All Chapters of Simpanan Tunangan Tuan Presdir : Chapter 61 - Chapter 70
97 Chapters
Bab 61—Kabar Buruk.
"Nay, bangun. Udah pagi. Ayo, aku anter pulang." Dilan menepuk pelan pipi Sanaya yang masih terlelap di kasurnya. Sebelumnya, dia sudah bangun lebih dulu dan mandi. Kemudian membuat sarapan instan yaitu sereal dicampur susu. Dia kembali ke kamar setelah urusan di pantry selesai, dan mendapati perempuan yang semalaman bergumul dengannya masih pulas. Menggeliat, seraya bergumam, Sanaya membuka perlahan maniknya lalu mengerjap lambat. Pemandangan pagi ini sungguh sangat indah, dapat memandangi wajah tampan lelaki yang dia cintai dengan puas, merupakan keinginannya sejak lama. "Morning, Dilan …." Senyum Sanaya mengembang, mengulurkan tangan menyentuh wajah Dilan yang nampak segar juga penampilannya yang sudah rapi. "Morning, Nay." Dilan membungkuk, menyingkirkan helaian rambut Sanaya yang berantakan, kemudian melabuhkan kecupan mesra di kening, hidung dan terakhir di bibir. "Ayo, bangun. Sebelum pulang, sarapan dulu." Maniknya melirik nampan yang ada di atas nakas. Manik Sanaya i
Read more
Bab 62—Kondisi Ayah.
Di lorong Rumah Sakit, Sanaya berlari seperti orang yang dikejar-kejar hantu. Tak peduli dengan tatapan aneh dari beberapa orang yang dia lewati, Sanaya tetap berlari sekuat mungkin. Bahkan, Dilan yang mengikutinya dari belakang tidak Sanaya pedulikan, yang terpenting saat ini ialah dia ingin segera bertemu sang ayah. Kabar dari Mbok Mina, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah ayah Sanaya memberikan kabar yang amat sangat mengejutkan. Ayahnya sempat mengeluh dadanya sakit dan tiba-tiba pingsan. Anak mana yang tidak akan khawatir dan cemas jika mendengar kabar tersebut. Sanaya takut bila terjadi hal-hal buruk pada ayahnya setelah ini. "Nay!" Dilan berteriak, berkali-kali memanggil Sanaya yang semakin menjauh dari pandangannya. Hal itu tentu hanya sia-sia saja, sebab Sanaya tidak mendengar teriakannya. Dilan pun semakin mempercepat langkahnya untuk mengejar Sanaya yang sudah berbelok, menuju ruang perawatan ayah Wili."Mbok!" Ketika baru tiba, Sanaya memanggil seorang wanita pa
Read more
Bab 63—Belum siap ditinggal pergi.
Setelah keluar dari ruangan dokter Danu, Sanaya pergi menemui ayah yang sudah dipindahkan ke ruang perawatan dengan Dilan yang masih setia di sisinya. Keduanya masuk, melihat ayah yang masih belum sadarkan diri. Hati Sanaya seperti disayat, ketika melihat kondisi ayahnya yang memprihatinkan, berbagai macam alat medis menempel di seluruh tubuh renta-nya. Dari balik masker yang menutupi sebagian wajahnya, bibir Sanaya bergetar, menggumam memanggil, "Ayah ..." Kakinya melangkah mendekat, pandangannya mengabur karena cairan bening yang lagi-lagi mengembun di maniknya. Dia sentuh punggung tangan ayah Wili, sambil menatap iba raga tak berdaya itu."Kenapa jadi begini, Yah?" Sanaya menyayangkan kondisi ayah yang mendadak kambuh. Sebagai anak tentu dia merasa sangat bersalah lantaran tak pernah ada waktu untuk menjaga dan merawat ayahnya.Dilan merangkul pundak Sanaya, mengelus lembut lengan berlapis baju steril rumah sakit, sembari berkata, "Om Wili pasti kuat, Nay. Aku yakin beliau bisa s
Read more
Bab 64— Akting Leo.
"Nay!"Merasa ada yang memanggil, Sanaya menoleh, "Mom?" Dia pun berdiri, lantas menghambur ke pelukan calon mertuanya. "Ayah, Mom."Sanaya menangis lagi di pelukan mami Anne. "Yang sabar, Sayang. Yang sabar. Ayahmu pasti bisa sembuh," ucap mami Anne menenangkan sang calon menantu.Papinya Leo juga turut menenangkan Sanaya. "Ayahmu laki-laki yang kuat, Nay. Dia pasti bisa melewati masa kritisnya. Nanti, kalau perlu, papi akan bawa ayah kamu berobat ke Singapura." Sanaya mengurai pelukan, mengusap jejak basah di pipi kemudian menanggapi, "Singapura?" Kernyitan di kening menandakan jika dia cukup terkejut dengan penuturan papinya Leo."Iya, Singapura." Papinya Leo mengangguk mengiyakan. "Di sana alat-alat medisnya lebih lengkap." Sepengetahuannya seperti itu."Iya, Nay. Kita bisa membawa ayah kamu ke sana. Kalau dokter di sini udah gak bisa mengatasi." Mami Anne menambahkan, sambil mengelus rambut Sanaya dengan sayang. Dia terkejut ketika Sanaya menelponnya tadi, mengabarkan bahwa aya
Read more
Bab 65—Akan lebih seru!
"Leo, sakit!"Sanaya tertatih menyamai langkah Leo yang lebar-lebar sambil meringis menahan nyeri di pergelangan tangan. Lelaki itu menyamakan Sanaya seperti hewan yang bisa dia seret seenaknya. Menulikan telinga tak acuh dengan rengekan sang tunangan. Kaki panjangnya terus melangkah dengan raut geram menahan marah.Menyusuri lorong Rumah Sakit yang nampak sepi, dan langkahnya baru berhenti ketika sampai di lorong paling ujung. Tak ada manusia satupun yang lewat di sana. Kesempatan baginya untuk memberi pelajaran untuk perempuan murahan ini."Ka-kamu kenapa bawa aku ke sini? Kita mau ngapain di sini?" Sanaya bertanya dengan tergagap dan manik yang bergerak gelisah. Memindai sekitar dengan waspada, terlebih saat ini dia sedang bersama Leo.Alarm peringatan dalam dirinya seolah memberi pertanda jika semua ini tidak akan berakhir dengan baik. Apalagi, sorot menyeramkan terpancar dari manik Leo yang memicing ke arahnya."Kamu takut, Nay?" Satu sudut bibirnya terangkat tinggi, seakan dia m
Read more
Bab 66—Impas!
"A-apa maksud kamu, Leo? Jangan bilang kalau kamu mau ceritain ini ke Ayah?"Raut Sanaya seketika memucat, mendengar perkataan Leo yang lebih mengarah pada sebuah ancaman. 'Nggak! Leo nggak boleh kasih tau ini ke Ayah!' Batin Sanaya sudah waspada dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada ayah Wili, saat hubungannya dengan Dilan dibongkar Leo.Pasalnya, dokter Danu sudah mengingatkan Sanaya untuk menjaga dan menjauhkan ayah dari kabar buruk atau semacamnya. Terlebih, hubungan gelapnya bersama Dilan bukan hanya berita buruk yang akan mengejutkan ayah Wili, tetapi suatu aib yang akan sangat menghancurkan hati ayah. Leo menyeringai licik, sudut bibirnya berkedut pertanda dia benar-benar puas melihat Sanaya sudah ketakutan mendengar ancamannya. "Kenapa, Sayang? Apa kamu takut?" tanyanya sambil membelai pipi Sanaya dengan punggung tangan. Namun, segera ditepis oleh tunangannya itu. "Jangan gila kamu, Leo! Aku gak akan biarin kamu bongkar hubungan aku sama Dilan ke Ayah! Gak akan
Read more
Bab 67—Nikah Besok.
Hampir satu jam lebih, Sanaya duduk di pinggir ranjang rumah sakit, sambil tak lelah berdoa dalam hati agar sang ayah lekas sadarkan diri. Menghela berkali-kali, sesekali mengecek saluran infus yang terdapat di tangan kiri ayah Wili, Sanaya mengalihkan pandangan ke wajah yang mulai menua itu dengan iba."Bangun, Ayah. Nay pengen liat Ayah senyum lagi. Please ..." Dia bermonolog, memohon dan berharap sang ayah mau membuka mata. Mengusap punggung tangan yang kulitnya mulai mengeriput dengan rasa sayang tak terkira.Selain ayah, Sanaya tak memiliki siapa-siapa lagi. Selama ini dia hanya punya ayah di hidupnya semenjak sang ibu memilih pergi dengan laki-laki lain. Melihat ayahnya tak berdaya seperti ini tentu hatinya terasa sakit, dan tak dapat menyingkirkan pikiran-pikiran buruk yang terus saja menghantui.Ditambah dengan ancaman Leo dan pilihan yang sangat berat untuk Sanaya ambil. Pilihan yang sulit lantaran dia harus memecat Dilan dari restoran, sedangkan ayahnya begitu mempercayai le
Read more
Bab 68—Ke hotel!
Dengan tergagap, Sanaya mengiyakan permintaan ayahnya, "Nay ... Ma-mau, Yah." Maniknya melirik sekilas ke Dilan yang mungkin merasa terkejut. 'Maaf, Dilan. Maafin aku ...' Dalam hati Sanaya memohon maaf pada lelaki baik itu, yang pasti merasa sangat kecewa padanya. Dia tidak punya pilihan lain, bukan? Selain menyetujui permintaan ayah. Berada di posisi seperti sekarang juga bukan keinginan Sanaya. Ketika dia harus dihadapkan dengan sebuah pilihan terberat, dan hal itu membuatnya membenci keadaan ini. Kenapa harus ada pilihan? Kenapa dia harus memilih antara ayah dan Dilan? "Terima kasih, Nay. Kamu memang anak ayah yang paling berbakti." Perasaan ayah Wili tentu sangat lega dan bahagia, akhirnya dia bisa menyaksikan puteri satu-satunya menikah dengan laki-laki pilihannya..Namun, di antara kebahagiaan yang menyelimuti hati ayah Wili, ada dua hati yang patah dan terluka. Beliau tidak tahu, jika senyum yang terukir di bibir Sanaya hanyalah sebuah topeng demi menutupi rasa pedih yang
Read more
Bab 69—Menyudahi.
"Dilan, kenapa mesti ke hotel, sih? Kan, kita bisa bicara di kantin rumah sakit atau gak di parkiran." Sanaya protes tak terima karena Dilan malah membawanya ke hotel hanya sekadar untuk bicara empat mata. Seharusnya, tidak perlu sampai ke tempat ini. Toh, masih banyak tempat lain yang lebih nyaman, yang bisa dijadikan tempat untuk mengobrol. Alasan lainnya adalah, Sanaya hanya takut jika Dilan akan bertanya-tanya perihal persetujuannya untuk menikah besok. Dan, soal mengapa dia langsung mengambil keputusan sepihak tanpa berpikir atau berdiskusi terlebih dahulu."Kamu makan dulu, Nay. Baru protes ke aku." Dengan lembut tangan Dilan menarik tangan Sanaya yang berdiri menghadap jendela, membawa perempuan itu duduk di sofa tunggal yang kebetulan ada di kamar hotel.Dia sebenarnya juga merasa marah dan kesal, tetapi sebisa mungkin menahan diri agar tidak melampiaskannya secara berlebihan. Dilan sayang dan tidak mau sampai Sanaya merasa ketakutan. "... Makan dulu habis itu mandi terus k
Read more
Bab 70—Tak bisa menolak.
Detik itu juga jantung Dilan rasanya seperti diremas paksa. Jawaban Sanaya seakan menamparnya hingga menciptakan rasa sakit yang tidak hanya menghancurkan impiannya dalam sekejap mata. Namun, harapannya merajut masa depan bersama Sanaya luluh lantah tak bersisa. Setiap kalimat yang lolos dari bibir manis itu bak belati yang menusuk dan meninggalkan luka menganga.Dia yang bodoh atau memang Sanaya yang pandai menorehkan luka? Begitu mudahnya perempuan itu menganggapnya seperti sampah, yang bisa dibuang seenaknya kapan pun Sanaya mau.Namun, entah mengapa Dilan merasa ada yang tidak beres dengan raut Sanaya ketika melontarkan kalimatnya. Semacam ada tekanan dari sorot matanya yang memancarkan kebohongan.'Apa Sanaya lagi di bawah kendali seseorang? Kenapa gue ngerasa kalo dia gak rela mengakhiri hubungan ini?'Dugaan tersebut terbersit di benak lelaki yang sama sekali tidak berkedip dan hanya menatap lawan bicaranya. Sanaya pun belum lepas menatapnya, maniknya bergerak gelisah menunggu
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status