All Chapters of Simpanan Tunangan Tuan Presdir : Chapter 41 - Chapter 50
97 Chapters
Bab 41—Tidak berani membayangkan.
"Ayah kira kalian menginap," ucap ayah, rautnya terlihat murung ketika Sanaya dan Dilan hendak berpamitan pulang. Ketiganya sudah berada di halaman rumah. Langit pun sudah menggelap. Sanaya memeluk pinggang ayah. "Maaf, Yah. Besok-besok, kalo ada waktu lagi Nay pasti nginep." Dilan pun turut menimpali. "Iya, Om. Besok-besok Dilan pasti bakal main ke sini lagi." "Ajak calon istrimu juga. Om mau kenalan sama dia," pinta ayah, raut murungnya telah berubah sumringah seketika. Kabar Dilan yang tiga hari lagi akan bertunangan disambut dengan bahagia oleh beliau. Maksud Dilan mengabari ayah hanyalah sekadar membagi kebahagiaan. Meski nyatanya dia sama sekali tidak merasakan hal itu. Yang ada sesak di dadanya malah justru semakin merajai. Pembahasan soal hubungannya dengan Sanaya tadi sore, berakhir dengan dingin. Bayangan adegan panas yang telah terancang di otaknya pun terpaksa harus buyar dan enyah. Berganti dengan rasa kecewa, dan tidak saling bertegur sapa hingga detik ini. "Pasti,
Read more
Bab 42—Lepas sendiri atau...?
"Nay ...." Dilan menegur Sanaya yang hanya terdiam, melepas kedua tangan Sanaya yang melingkar di lehernya, lalu dia bangkit dan duduk di samping gadis itu. "Mikir apa, hm?" Sanaya menoleh, bibirnya yang ranum mengulas senyum. "Enggak, gak lagi mikir apa-apa," kilahnya, kemudian menyandarkan kepalanya di dada Dilan. "Apa aku ini egois?" Kening Dilan langsung mengernyit mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir Sanaya. Dia merentangkan tangan di balik punggung Sanaya, memeluknya erat seperti biasa. "Egois dalam hal apa dulu, nih?" "Egois, karena udah bikin kamu terikat sama perjanjian konyol. Egois karena udah nutupin hubungan kita ke ayah. Egois karena aku gak bisa berhenti bermain-main dengan semua ini. Aku takut, Dilan. Aku takut ngebayangin kamu gak ada di sisiku." Bisa dikatakan jika dirinya memang selama ini selalu bergantung pada Dilan. Rasa takutnya akan kehilangan Dilan jauh lebih besar daripada rasa takutnya ketahuan Leo. Sanaya
Read more
Bab 43—Pertunangan Dilan.
Tiga hari kemudian ~Di dalam mobil Sanaya berulang kali mengembuskan napasnya gusar. Namun, tak kunjung mengurangi rasa sesak yang terus saja merajai.Perasaan apa ini, Tuhan? Kenapa aku rasanya ingin menangis, pikirnya.Malam ini dia dan Leo akan pergi menghadiri acara pertunangan Dilan dan Bianca di salah satu hotel ternama ibu kota. Undangan yang diberikan secara khusus oleh Irene selaku teman dari calon ibu mertuanya. Sebenarnya, Sanaya malas dan tidak berminat sama sekali datang, tetapi maminya Leo terus memaksa.Terlebih, dia yang selaku atasan Dilan, rasanya aneh jika tidak menghadiri acara dari salah satu karyawannya. Ayah juga sudah berpesan dan meminta Sanaya untuk mewakilinya.Dia lantas bisa apa? Meskipun enggan, tetapi Sanaya harus tetap berusaha bersikap biasa saja. Agar tak ada orang yang menaruh curiga padanya. Dilan pantas bahagia, mendapatkan gadis yang baik pula."Gak nyangka, ternyata karyawan kamu bisa dapet calon istri orang kaya juga. Beruntung banget dia, ya.
Read more
Bab 44—Kecurigaan Leo.
Berusaha untuk tetap tenang dan biasa saja, ternyata semua itu sungguh melelahkan. Terbukti, bila saat ini Sanaya sedang tidak baik-baik saja, semenjak pernyataan Leo yang hendak bertanya kepada ayah Wili. Tubuhnya memang berada di sini, di tengah keramaian lautan manusia yang mengisi ballroom hotel. Sementara pikirannya berkelana ke mana-mana.Bisa ditebak, jika tamu yang hadir dalam acara pertunangan ini bukanlah dari kalangan biasa. Sanaya bahkan melihat beberapa para selebgram dan selebriti ibu kota hadir di acara tersebut. Sanaya tak pernah menduga, jika Dilan akan mendapatkan pasangan dari keluarga terpandang dan memiliki nama besar. Tak heran, jika Leo—tunangannya betah menggerutu dan menyindir nasib Dilan yang beruntung. Andai saja bisa, Sanaya ingin pergi dan menjauh dari lelaki itu. Telinganya sakit lantaran gerutuan tak berfaedah Leo. 'Hfuuh ….' Embusan napas jengah mungkin sudah ke sekian kali keluar dari hidung Sanaya. Melirik Leo yang berada di sampingnya tengah mengo
Read more
Bab 45—Kemarahan Leo.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Leo benar-benar merealisasikan niatnya. Menyewa sebuah kamar VIP bersama Sanaya untuk melancarkan aksi yang sudah dia susun di pikirannya. Yakni, ingin mencicipi tubuh calon istrinya itu. "Duduk, Nay. Aku pesen minum dulu," titah Leo, berjalan menjauh menuju sudut kamar untuk menekan tombol interkom yang berada di dekat pintu. Sementara Sanaya duduk dengan perasaan yang mulai tak keruan. "Aku harus gimana? Aku gak mau Leo berhasil jalanin rencananya," gumamnya sembari terus berpikir. Dia tidak mau bahkan tidak rela jika Leo sampai melakukan itu semua. Tidak! Sanaya tidak siap! Getar pada tasnya mengalihkan fokus Sanaya, yang lantas buru-buru mengambil benda pipihnya dari sana. "Dilan?" Ada pesan masuk dari Dilan ternyata. Pemuda itu menanyakan keadaan Sanaya. Tanpa menunggu lama, Sanaya segera membalas pesan tersebut. [Dilan, tolong aku. Aku ada di kamar 209. Please....] Terkirim! "Siapa, Nay?" Teguran Leo jelas mengejutkan Sanaya. Ga
Read more
Bab 46—Rileks.
Dering ponsel yang menggema di ruangan menghentikan teriakan dan gedoran tangan Leo pada pintu kamar mandi yang tertutup rapat itu. Dia mengumpat, lalu berbalik dan berjalan menuju nakas. Ponsel miliknya berdering tiada henti, Leo segera mengambil dan menggeser ke atas tombol berwarna hijau. "Ya, Sayang?" sapa Leo dengan suara yang sangat terdengar merdu dan mesra. Sang mantan pacarlah yang menghubunginya.Sementara di dalam kamar mandi, Sanaya mencoba mendengarkan percakapan tunangannya itu. Menempelkan daun telinganya rapat-rapat hingga dia bisa mendengar semuanya. "Brengsek! Tadi marah-marah kaya setan. Giliran dapet telepon ngomongnya di manis-manisin," umpat Sanaya, rasa benci semakin bertambah di hatinya. Leo benar-benar seperti monster yang mengerikan. "Oh, oke. Aku ke sana sekarang," ucap Leo. "Dia mau pergi? Yes!" Sanaya hampir melompat karena kegirangan. Semoga Leo benar-benar akan pergi. Dan, akhirnya dia bisa terbebas dari amukan lelaki kejam itu. Setelah memutus perc
Read more
Bab 47—Baru akan dimulai.
"Tidur, Nay." Dilan membawa tubuh Sanaya yang hanya berbalut bathrobe ke pelukan. Tangan kanannya mengelus belakang kepala Sanaya, sementara tangan kanan yang melingkar di pinggang mengelus punggung perempuan itu. Dada Dilan terasa begitu hangat karena embusan napas Sanaya, yang terasa menjalar hingga ke hatinya. Bisa menghabiskan malam dengan perempuan yang dia sayang selalu membuat hatinya damai dan tenang. Sanaya sendiri juga tengah menikmati kebersamaannya dengan Dilan. Dia pikir, Dilan tidak akan pernah mau menemuinya lagi setelah bertunangan dengan Bianca. Namun, ketakutannya yang tak beralasan terjawab sudah. Buktinya, pemuda ini mau menemani dan menghiburnya seperti biasa. 'Kamu laki-laki baik, Dilan. Bianca beruntung bisa dapetin kamu.' Dalam hati Sanaya tengah memuji keberuntungan Bianca yang bisa mendapatkan laki-laki terbaik seperti Dilan. Apalah dia? Yang mempunyai nasib tak seberuntung gadis di luaran sana. Bisa memilih laki-laki yang dimau dan disuka. Bisa menghabisk
Read more
Bab 48—Menunda kencan.
Menginap di hotel semalaman ternyata tak ada ruginya bagi Sanaya yang tengah dilanda rasa cemas dan gelisah. Kehadiran Dilan di sisinya selalu sukses memberinya semangat dan pikiran positif. Ketakutannya akan Leo pun perlahan sirna. Sanaya akan menghadapi pertanyaan tunangannya itu, apabila Leo kembali menanyainya.Sepulangnya dari hotel, Dilan mengantar Sanaya terlebih dulu. Pagi-pagi sekali mereka sudah chek-out dari sana karena tidak mau terjebak macet. Rona bahagia terpancar dari wajah cantik Sanaya yang terus bergelayut manja di lengan lelakinya.Apa? Lelaki?Seriously Sanaya?Kamu sudah mengklaim Dilan sebagai lelakimu? Apa jangan-jangan kamu sudah mulai menaruh hati padanya?Suara-suara dalam diri Sanaya seperti tengah mempertanyakan perasaannya terhadap Dilan. Dalam semalam hati Sanaya ternyata telah berubah.Apa karena dia takut kehilangan Dilan? Atau ... Sanaya memang tidak bisa hidup tanpa Dilan? Entahlah!Yang jelas, Sanaya membutuhkan Dilan, dan hanya lelaki itu yang bisa
Read more
Bab 49—Perintah Leo.
Di weekend seperti ini Restoran selalu di penuhi dengan pengunjung. Apalagi kebetulan hari ini ada yang menyewa ruangan VIP untuk acara khusus reuni. Restoran yang awalnya dibangun oleh William itu merupakan salah satu Resto yang cukup terkenal di kota Jakarta. Tak sedikit orang yang menjadi pelanggan tetap di sana dan sering menyewanya untuk berbagai macam acara.Namun seiring berjalannya waktu dan persaingan yang semakin ketat, Restoran tersebut tidak cukup mampu bertahan di era modern seperti sekarang. Banyaknya kafe-kafe yang bermunculan hingga membuat usaha ayahnya Sanaya itu perlahan meredup.Lalu, parahnya lagi Restoran yang menjadi satu-satunya sumber keuangan dan kehidupan banyak orang itu hampir mengalami kebangkrutan. William yang kebingungan dan tidak tega jika harus menutup Restoran, kemudian meminta bantuan kepada salah seorang temannya.Teman di masa kuliahnya dulu yang sekaligus sahabatnya itu, bersedia memberikan bantuan dengan meminjamkan dana yang cukup besar. Atas
Read more
Jangan Nay!
Pergi dalam kondisi perut lapar dan tertekan rasanya sungguh tidak nyaman. Apalagi atmosfer yang sangat tidak mengenakan terpancar dari aura wajah lelaki bermanik hitam kelam di sisinya. Pemandangan di luar jendela sepertinya lebih menarik dan menyenangkan, daripada Sanaya harus menatap sang tunangan yang berwajah menyebalkan.ck!Saat pergi meninggalkan Restoran, Sanaya belum sempat berpamitan pada Dilan, dikarenakan pemuda itu yang tidak berada di tempatnya. Cemas sekaligus gelisah merajai pikiran Sanaya sedari tadi. Takut jika Dilan marah atau tersinggung karena dia sama sekali belum menyentuh masakannya.Rencana pergi bersama pun harus tertunda, dan bodohnya dia yang belum sempat mengatakan apapun, mengenai acara dadakan ini. Sanaya harus datang ke rumah Leo untuk melihat contoh souvernir pernikahannya. Ajakan sang calon mertua yang tidak bisa dia tolak.Leo menghentikan laju mobil saat lampu lalu lintas berubah merah. Menarik tuas rem, lalu menoleh ke arah Sanaya. "Udah tau'kan
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status