Semua Bab Simpanan Tunangan Tuan Presdir : Bab 51 - Bab 60
97 Bab
Bab 51—Paksaan Leo.
Sesi pilih memilih souvernir pun akhirnya selesai. Sekitar pukul delapan malam mama Anne meminta Leo untuk mengantar Sanaya pulang ke apartemennya. Beliau tidak mau sang calon menantu kemalaman."Kamu bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut, ya? Jangan sampe menantu mami yang cantik ini lecet. Awas aja!" pesan mama Anne pada anak lelaki satu-satunya itu.Leo hanya menanggapinya dengan anggukan seraya berpikir, kenapa sang mami begitu menyukai Sanaya. Padahal jika dilihat-lihat tidak ada yang spesial dari calon istrinya itu. Kalau dibilang cantik, sih, Sanaya memang cantik. Menarik dan enak dipandang. Memiliki bodi bak model kenamaan. Kulitnya juga sang bersih, putih dan terawat.Namun, apalah arti semua itu, jika dia tidak bisa mencicipi atau merasainya terlebih dulu. Berbeda dengan kekasihnya yang terpaksa harus dia sembunyikan. Leo bahkan sudah menikmati setiap jengkal tubuh sang kekasih yang sangat dia cintai itu."Nay pulang dulu, ya, Mi …." Sanaya berpamitan sekali lagi pada mami, mem
Baca selengkapnya
Bab 52—Dilan Kecewa.
Leo memagut sebentar bibir Sanaya, beringsut mundur sambil tersenyum miring. "Malam ini kamu terbebas lagi, Sayang. Tapi lain kali gak akan," ucapnya seraya mengusap bibir bawah tunangannya itu dengan ibu jari.Seandainya, Leo tidak mendapat telepon dadakan dari sang kekasih, mungkin detik ini juga Sanaya sudah dia kerjai. Sayangnya, niat tersebut lagi-lagi harus tertunda, lantaran prioritas kekasihnya lebih penting.Sementara Sanaya tentu langsung bernapas lega, karena akhirnya bisa terbebas dari singa lapar. "A-aku turun." Dia hendak membuka pintu mobil, tetapi Leo mencegahnya."Biar aku yang buka." Leo pun turun, lalu mengitari badan mobil.Dari dalam mobil Sanaya mengerutkan kening, merasa aneh dengan sikap Leo yang tidak seperti biasa. "Dia kenapa? Tumben mau bukain pintu?" gumamnya, lalu turun dari mobil setelah Leo membukakan pintu untuknya."Besok aku jemput kaya biasanya." Leo berkata seraya memegang lengan Sanaya. Menatap calon istrinya sejenak, lalu mendaratkan ciuman lagi
Baca selengkapnya
Bab 53—Pengakuan Dilan.
"Mbak Sanaya ngapain ke sini?"deg!'Mbak? Dilan manggil aku Mbak lagi?'Terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Dilan, terlebih lelaki itu memanggilnya dengan sebutan Mbak. Sanaya sampai tak bisa berkata-kata. Datarnya suara Dilan membuatnya semakin serba salah.Mereka sempat sepakat tidak akan bicara formal ketika sedang berdua saja. Namun, malam ini kesepakatan tersebut nyatanya tak berlaku lagi, lantaran Dilan yang mungkin sedang merasa kesal."Aku … aku mau jelasin—""Jelasin apa, Mbak? Gak ada yang perlu dijelasin. Semua gak ada gunanya," sela Dilan memotong ucapan Sanaya dengan raut kecewa. Dia melanjutkan menghisap rokok yang ada disela-sela jarinya, lalu membuang asal asapnya.Penjelasan? Apa penting baginya sebuah penjelasan? Bila pada kenyataannya hubungan mereka memang tak pernah berarti apa-apa bagi Sanaya.Sanaya mendekat, meskipun hatinya terasa sakit mendengar ucapan Dilan yang terdengar menusuk. Lelaki di hadapannya ini benar-benar marah hingga tak mau mendengarka
Baca selengkapnya
Bab 54—Beri aku waktu
"... Selama ini aku berusaha tahan. Aku berusaha nahan perasaan aku ke Mbak Sanaya. Tapi tetep gak bisa! Kenyataannya, perasaan aku emang gak bisa diilangin gitu aja. Aku cinta sama Mbak Sanaya. Aku sayang sama Mbak Sanaya. Mbak denger! Aku suka sama Mbak Sanaya.""Dilan …?"Pernyataan Dilan jelas membuat Sanaya termangu. Ketakutannya pun akhirnya menjadi kenyataan. Dilan menyimpan rasa untuknya selama ini.Lalu Sanaya? Bagaimana dengan perasaannya sendiri?"Nay ..." Dilan mengusap pipi Sanaya, hingga membuat perempuan itu terkesiap, lalu menatapnya nanar. "Maaf, aku udah melanggar kesepakatan kita. Aku gak bisa nahan perasaan ini, Nay. Aku gak bisa."Seringnya bersama, justru seperti sebuah pupuk yang memupuk benih cinta di dalam hatinya untuk Sanaya. Dilan sudah berusaha memupus harapan dan angan untuk bisa menjalani kehidupan bersama perempuan pemilik hatinya ini.Namun, hari ini ketika dia melihat Sanaya disentuh oleh laki-laki lain, hatinya berontak, merasa tidak terima. Dilan se
Baca selengkapnya
Bab 55—Suka, gak?
Seminggu berlalu, pernikahan Sanaya dan Leo tak terasa sudah semakin dekat. Setelah memilih souvernir pernikahan, maminya Leo mengajak calon menantunya yang paling cantik berbelanja ke sebuah Mall terbesar di ibu kota. Kali ini wanita paruh baya itu ingin melihat hasil cincin pernikahan yang telah dipesan sejak dua bulan lalu.Sanaya bisa apa, selain menuruti permintaan calon mertuanya. Padahal rencananya, dia dan Dilan hendak pergi jalan-jalan setelah dari restoran. Tetapi, mami Anne tiba-tiba datang dan mengajaknya pergi."Nay, abis dari toko perhiasan kita belanja yuk! Nanti kamu bisa pilih sendiri apa yang kamu mau buat seserahan," ujar Mami Anne antusias. Maniknya berbinar dan tak sabar ingin segera merayakan pesta tersebut.Keduanya lantas turun dari mobil, lalu masuk ke Mall yang cukup ramai, apabila di siang hari seperti sekarang. Mami Anne menggandeng tangan Sanaya, seolah dia tak menjaga jarak sama sekali dengan calon menantunya ini."Gimana, Nay, kamu mau, gak?" Mami Anne s
Baca selengkapnya
Bab 56—Tak akan bisa berhenti.
Menyudahi membicarakan Leo, mami Anne lantas beralih pada sang menantu."Gimana, Nay, suka gak?" tanya mami."Bagus, kok, Mom." Sanaya tersenyum, menatap cincin berlian yang melingkar di jari manisnya. Secara sadar dia pun berandai-andai, apabila cincin tersebut dari Dilan.'Ah, mikir apa aku ini?' Sanaya menggelengkan kepala, mengenyahkan harapan yang hadir dalam benaknya."Pas?" Meriana menimpali.Sanaya menatap Meriana, kemudian menyahut, "Pas, kok,Tan."Cincin pernikahan yang dibelikan calon mertuanya ini bagi Sanaya sangatlah spesial. Tak hanya sebagai simbol, tetapi juga sebagai bukti jika mereka sangat menghargai hubungan ini. Mami Anne lah yang paling antusias dengan pernikahan ini. Sanaya merasa sangat berdosa dan bersalah lantaran telah membohonginya."Sayang, Leo gak bisa ikutan nyoba," ucap Meriana.Mami Anne pun menyayangkan ketidak hadiran Leo. "Mungkin beberapa hari lagi dia bisa ke sini, Mer," ucapnya sambil mengambil cincin yang akan dipakai Leo. "Ini kayanya juga uda
Baca selengkapnya
Bab 57—Menghindar.
"Bentar, Dilan." Langkah Sanaya terhenti karena ponselnya berdering. Dilan pun ikut menghentikan langkahnya. "Kenapa, Nay?" tanyanya, sambil memperhatikan Sanaya. "Hape aku bunyi. Aku cek dulu." Tergesa, Sanaya melepas genggaman tangan Dilan, lalu membuka tas selempang yang menjuntai di dadanya. Mengambil benda pipih yang tak kunjung berhenti berdering itu, nama pemanggil yang tertera di layar sontak mengerutkan kening Sanaya. Manik Dilan yang sedari tadi masih memperhatikan kemudian berkata, "Angkat aja, Nay. Maminya Leo 'kan?" "Iya." Pandangan Sanaya terangkat, beralih pada Dilan. "Aku jawab apa kalo misalkan Mami nanya?" Dia seakan sedang meminta bantuan Dilan, lantaran bingung ingin menjawab apa. "Bilang aja kamu balik ke restoran. Soalnya urgent," ujar Dilan memberi saran. "Oke." Sanaya mengangguk mantap, kemudian mengatur napasnya sesaat untuk mengenyahkan gugup. Menggeser tombol hijau ke atas, lalu menyapa, "Halo, Mom?" Semacam ada sesuatu yang mengganjal di dada Sanaya
Baca selengkapnya
Bab 58—Tidak tepat!
Penolakan dan bungkamnya Sanaya jelas membuat Dilan sedikit merasa kesal. Kenapa Sanaya seolah menghindar? Andaikan dia jujur pun, Dilan tidak akan keberatan. Mungkin, lain waktu dia bisa menanyakan hal tersebut. Setidaknya ada keterbukaan diantara mereka."Nay, ka—"ting!"Ck!" Dilan berdecak ketika denting pintu lift mengganggu obrolannya dengan Sanaya.Sementara Sanaya diam-diam menghela lega, karena Dilan tidak jadi melanjutkan ucapannya. Menoleh ke arah pintu lift yang terbuka lebar itu, Sanaya lantas berucap,"Dilan, ayo keluar. Pintunya udah kebuka."Dengan helaan berat dan setengah hati, Dilan melepas pinggang Sanaya, meraih tangannya dan menggandengnya. "Ayo."Keduanya melangkah keluar dari lift, berjalan menuju unit Dilan dengan pikiran bercabang ke mana-mana. Sanaya masih belum tenang, sebab Dilan pasti akan bertanya lagi."Masuk, Nay." Suara Dilan mengagetkan Sanaya yang nampaknya tidak fokus."Ah, i-iya." Tergagap, Sanaya bahkan ragu-ragu melangkahkan kakinya untuk masuk
Baca selengkapnya
Bab 59—Puas kamu???
Merasa tidak sanggup melanjutkan, Sanaya akhirnya memilih pergi ke kamar mandi. Dadanya memanas seperti terbakar. Pemandangan yang dia saksikan barusan sungguh membuat perutnya mual."Kenapa juga Dilan mau-maunya dicium sama Bianca? Ck! Ngeselin!" Sanaya bersungut-sungut sendiri di depan kaca wastafel. Bayangan Bianca saat mencium Dilan terus terngiang di ingatan. Tadi pada waktu dia hendak menutup pintu, telinganya tak sengaja mendengar Dilan menyebut nama Bianca. Karena penasaran, Sanaya pun akhirnya mengurungkan niatnya yang hendak masuk ke kamar mandi lebih dulu. Memilih mengintip lewat celah pintu, dan menguping percakapan kedua orang tersebut. Awalnya Sanaya senang, sebab Dilan terlihat tak acuh dan bersikap dingin kepada Bianca. Obrolan mereka pun semakin menarik perhatiannya, ketika Dilan mengatakan jika dia sebenarnya tidak ingin melakukan pernikahan itu. Intinya adalah, Dilan terpaksa karena Bianca yang mengejarnya. Namun, kesenangan Sanaya tak berlangsung lama, lantaran
Baca selengkapnya
Bab 60—"Let's make love, Honey."
Cemburunya orang suka itu memang berbeda, Dilan sampai tak berhenti tersenyum melihat sikap Sanaya yang katanya cemburu dengan Bianca. Perempuan itu tak malu lagi mengakui perasaannya.Apa semua perempuan akan seperti ini, kalau sedang cemburu? Marah dan kesal tidak jelas."Puaaasss! Puaaaaas ... banget!" Saking senangnya, Dilan menarik pinggang Sanaya hingga tubuh mereka saling merapat. "Kalo gini 'kan aku udah gak bingung lagi," ucapnya menyingkirkan helaian rambut Sanaya.Kening Sanaya mengernyit, Dilan bicara apa lagi, coba? Bingung? Apanya yang membuat bingung?"Bingung kenapa? Apa selama ini kamu bingung?" tanya Sanaya, menggigit kecil bibir bawahnya, sambil lekat-lekat menatap manik Dilan yang sibuk memainkan ujung rambutnya dengan jari."Bingung. Karena aku merasa digantung, Nay."Meskipun dia seorang laki-laki, Dilan juga butuh kepastian. Sanaya selalu menolak dan beralasan ini itu ketika Dilan mengajaknya serius."Aku bukannya mau ngegantung kamu. Bukannya kamu tahu gimana p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status