All Chapters of Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50
56 Chapters
Sewa Rahim
"Sudahlah, Mas. Bersikap biasa," lirihku. Aku sengaja menyuruh mereka pergi berdua. Agar dengan leluasa menghubungi Rani. Aku mau mengorek lebih jauh terkait Salwa. Sebagai langkah antisipasi sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. "Ya sudah, kali ini saja.""Demi untung kita, Mas."Mas Gibran hanya menunjukkan raut sungkan. Dia tampak tidak senang dengan ide-ide anehku. Mau bagaimana lagi, Salwa sudah ada di tengah-tengah kami. Kami juga harus memikirkan cara agar dia menjauh dari keluargaku. "Ayok, Mas. Aku sudah siap.""Sayang, Mas berangkat dulu.""Aku juga berangkat yah, Mbak.""Iya, hati-hati, yah."Mereka pergi menggunakan mobil menuju pabrik kami yang berjarak sekitar 30 menit dari rumah. Setelah mereka menghilang dari pandangan, aku bereskan dulu pekerjaan rumah. Lalu, membuka leptop, dan mengecek email Mas Gibran. Suami Rani bilang dalam surat, kalau dia akan menceritakan semuanya melalui email. "Nah, ini pasti email-nya."Aku baca paragraf demi paragraf dari email ya
Read more
Kebakaran
"Tidak. Aku tak mau melakukan rencana gila ini!" sentaknya emosi. "Tapi, Mas ... mau pakai cara apa lagi untuk mengusir Salwa. Kamu sudah baca email Gilang 'kan? Kasihan Rani dan Gilang. Kita juga harus membantu mereka.""Tidak usah, Sayang. Mereka lebih tahu apa yang harus dilakukan. Kita fokus saja dengan rumah tangga kita. Mas sudah merencanakan pertemuan dengan dokter hebat di Semarang. Kita bakal usaha buat bayi tabung lagi.""Soal Salwa gimana, Mas?""Biar Mas yang nyuruh dia pergi dari sini.""Ya, sudah kalau itu yang terbaik menurutmu.""Iya, Sayang. Kita fokus dengan kebahagiaan kita saja." Aku mengangguk ragu. Dari pengalamanku selama ini, biasanya orang seperti Salwa tak akan menyerah begitu saja. Dia punya seribu satu cara mendapatkan apa yang diinginkan. Namun, jika suamiku mengatakan hal demikian, lebih baik aku ikuti saja kemauannya. *****"Salwa, duduk di sini, kami mau bicara," ucap Mas Gibran setelah sarapan. "Ada apa, Mas?""Kami sudah memutuskan, kalau kamu leb
Read more
Salwa Kembali
"Kita lihat nanti. Mas tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini. Kacau. Hampir setengahnya pabrik kita hancur dimakan api." Mas Gibran mengacak rambut frustasi. "Sabar, Mas. Kita pasti bisa menghadapi cobaan ini." "Maafkan Mas, Eva. Mas tidak mengurus bisnis milikmu dengan baik. Mas malu," ucap Mas Gibran berkaca-kaca. Suamiku terduduk lesu sambil menyandar ke tembok. mata berkaca-kaca. Wajahnya tak karuan, dipenuhi hitam-hitam karena asap kebakaran. Keringat tampak membasahi permukaan kulitnya. "Jangan bicara begitu, Mas. Kita hadapi semuanya bersama. Masih ada tabungan. Kita pakai dulu buat perbaikan. Setelahnya, kita bisa menjalankan bisnis ini seperti semula. percayalah, dibalik kesusahan pasti ada kemudahan." Aku usap lembut pundaknya. Duduk di samping suamiku, sambil mengelap keringat dan debu yang menempel di area wajahnya. "Maaf." Hanya kata itu yang terucap dari bibir tipisnya. Tiba-tiba, Mas Gibran memelukku dengan erat. Napasnya naik turun menahan gejolak kekece
Read more
Merayu Salwa
POV Gibran "Kamu dekati Salwa, Mas. Ambil hatinya." "Tapi, kamu janji jangan curiga atau cemburu berlebihan. Ini semua hanya sandiwara," ucapku memastikan. "Siap, Sayang. Mungkin, Gusti Allah sedang menguji kekuatan cinta kita. Aku yakin, akan ada hadiah indah yang nantinya diberikan sang pencipta." "Aamiin. Semoga kita menemukan jalan terbaik untuk masalah ini." Terpaksa harus mengikuti ide istriku. Tampaknya Salwa memang belum berubah. Dia masih nekat. Sesuai janjinya dulu. Saat aku memutuskannya. Dia bilang, akan terus berusaha mengambil hatiku, dan membuatku jatuh ke pelukannya. Aku harus bisa menguasai perasaannya. Menyelamatkan Pak Hakim, ayahnya Rani. Agar dia tidak semakin nekat. Awalnya tak mau ikut campur. Hidupku sudah terlalu rumit memikirkan keturunan. Tak mau ditambah kacau karena terlibat dengan urusan Rani dengan adiknya. Namun, ternyata aku salah. Baru aku sadari, bahwa diriku juga menjadi penyebab tingkah gila Salwa. Maka, aku juga harus menghadapinya. **
Read more
Godaan Pelakor
"Gilang dan Rani bilang, saat mereka ke sana, tidak ada pasien bernama Hakim di rumah sakit itu.""Maksudnya, Salwa bohong sama Mas?" "Iya. Mas harus korek-korek informasi lagi tentang Pak Hakim. Kita selamatkan dulu dia. Barulah usir Salwa ke penjara.""Iya, Sayang. Mas bakal berusaha akting lagi.""Hehehe, maaf yah, Mas. Kita harus kaya gini.""Mas yang harusnya minta maaf sama kamu Sayang. Masalah besar ini datang karena masa lalu, Mas.""Intinya kita harus bersatu.""Siap. Malam ini juga kita bersatu."Aku menatap istriku dengan genit. Eva tersipu malu. Lalu, aku peluk tubuhnya lebih erat. Kami mulai menghabiskan malam dalam muara surga duniawi. Berharap, cinta suci ini selalu kekal abadi. Serta, semesta Sudi menghadirkan buah cinta untuk kami. *****"Sal, kita makan siang di kota. Sekalian cari bahan-bahan yang diperlukan di pabrik," ucapku di dalam mobil."Berdua saja, Mas?""Iya. Aku malas mengajak Eva. Dia hanya bisa membuatku pusing. Jika bersamanya selalu ingat, kalau kami
Read more
POV Salwa
"Ya, sudah, aku beri waktu dua Minggu. Lebih dari itu, mungkin aku akan berubah pikiran," ancamku berusaha menekan Mas Gibran.Melihat sikapnya yang mulai baik, dan ucapannya tadi, membuatku yakin bisa mendapatkan hati Mas Gibran. Cinta pertamaku sejak aku masih kecil. "Baiklah, Salwa. Mas akan mendiskusikannya lagi dengan Eva.""Jangan lama-lama, Mas. Kamu tak akan menemukan perempuan yang mau berkorban demi kamu seperti aku." Mas Gibran hanya menanggapi ucapanku dengan senyuman. Lalu, melanjutkan memasukan sate ke mulutnya. Andai Mbak Rani tidak merusak kisah cintaku dengan Mas Gibran. Mungkin, aku bisa bahagia memiliki dia seutuhnya. Dulu Mas Gibran hanya menganggapku sebagai adik. Dia malah menyukai Mbak Rani. Bukan hanya itu, Mbak Rani sudah merebut semuanya dariku. Dia selalu menjadi yang paling unggul. Anak kesayangan ayah. Bahkan, ibuku selalu menbanding-bandingkanku dengan Mbak Rani.Dari situlah, aku sangat membencinya. Sengaja menyiksa dia dengan kerinduan pada Ayah. Agar
Read more
Eva dan Gibran Ribut
"Kamu mau apa, Sal?" tanya Mas Gibran gugup saat perlahan aku mulai mendekatkan wajahku."Aku ingin membuatmu bahagia, Mas."Tok ... tok ... tok!"Eva.""Eva sudah datang, Sal. Ayok, kita keluar," ucap Mas Gibran bergegas keluar mobil.Sialan. Perempuan mandul itu cepat sekali datang ke sini. Mengganggu momen romantisku saja. Sedikit lagi, aku bisa memberikan kehangatan pada Mas Gibran. Andai aku berhasil, Mas Gibran pasti tergoda, dan perlahan melupakan istrinya. Lihat saja nanti, aku akan mencari kesempatan lagi untuk menggoda pujaan hatiku "Lagi ngapain kalian di mobil?" tanya Mbak Eva dengan raut kesal.Aku suka sekali melihat dia jengkel. Syukurin. Emang enak aku buat cemburu? meskipun belum bisa menggoda Mas Gibran, setidaknya aku bisa membuat istrinya terbakar api cemburu. Sehingga, berpotensi menimbulkan keributan. Disitulah kesempatan emas datang lagi untukku. Pria tidak terlalu suka dengan perempuannya yang pencemburu. Apalagi, banyak berprasangka. Itulah penyebab banyak p
Read more
Eva Beraksi
POV Eva "Aduh, kenapa perempuan itu sadar keberadaan cctv yang baru aku pasang kemarin?" tanya pada diri sendiri. Tadi, sekilas aku mendengar pembicaraan Mas Gibran dengan Salwa. Semua yang terjadi, merupakan hasil rekayasa antara aku dan Mas Gibran. Aku sengaja menyuruhnya pergi ke kota. Agar aku bisa memasang cctv dengan leluasa di rumah ini. Terutama di kamar Salwa, dan depan pintu kamarku. Video-video itu akan menjadi bukti akal bulus perempuan kegatelan itu. Semalam, aku pura-pura ribut dengan Mas Gibran. Sengaja, agar mempermudah mencari alasan untuk mempercepat acara pernikahan pura-pura antara Mas Gibran dan Salwa. "Aku mengajak Salwa keluar dulu, Sayang. Agar dia tidak curiga soal cctv di rumah ini.""Iya, Mas. Hati-hati. Buat dia terlena dengan rayanmu. Agar aku bisa dengan bebas menemukan banyak bukti untuk membongkar kejahatannya.""Siap, Sayang.""Oh, iya, barang bukti yang kamu temukan di pabrik, apa sudah diperiksa polisi?""Dalam proses penyelidikan Mas. Jepitan d
Read more
Persiapan Pernikahan
POV Salwa"Mas, aku mau gaun pernikahan yang cantik, dan bunga melati asli," ujarku sangat bahagia saat ada di dalam mobil. Semakin hari, sikap Mas Gibran semakin manis saja. Dia mengajakku mencari keperluan untuk pernikahan. Sering-sering saja Mas Gibran dan Mbak Eva ribut. Agar aku punya kesempatan mendapatkan hati Mas Gibran sepenuhnya. "Iya, kamu pilih saja yang kamu mau.""Aku juga pengen kita tetap mengundang warga sekitar. Biar aku tetap diakui sebagai istrimu.""Soal itu tentu, Sal. Aku pasti mengundang warga sekitar sebagai saksi.""Bagus, Mas."Bibirku merekah bagai bunga mawar. Tak menyangka bisa ada di posisi ini. Aku pikir, dekat lagi dengan Mas Gibran hanya mimpi. Nyatanya, dia akan menjadi suamiku. Kami akan hidup bahagia. Memiliki anak-anak yang lucu. Lalu, Mbak Eva tinggal didepak sesuka hati.“Mas, aku mau makan di restoran terenak di daerah sini.”“Baiklah.”Setelah berkeliling mencari kebaya dan MUA yang bagus, aku ajak Mas Gibra. Ternyata cukup melelahkan juga m
Read more
Kekacauan Di Acara Pernikahan
"Apa?""Maaf, Bos. Tiba-tiba semua orang di rumah ini pingsan, lalu saat kami memeriksa kamar bapak, kamarnya kosong.""Bodoh. Kenapa kalian sangat ceroboh!" sentakku emosi. Sialan. Siapa yang sudah menculik ayah. Berani-beraninya bermain-main denganku. Aku bingung harus bagaimana. Tak mungkin pulang. Besok acara akad nikah. Namun, jika tidak bisa ditemukan, Mas Gibran bisa curiga. "Tangkap Rani, dan Gilang. Kalau ini semua ulah mereka, sakiti saja mereka. Kalau tidak, cepat cari di mana pun keberadaan ayah. Kalau tidak, kamu tahu akibat.""Ba-baiklah, Bos."Sambungan telepon aku matikan dengan emosi membuncah. Aku banting ponsel ke kasur. Tidak jadi istirahat. Aku harus memikirkan cara untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Sampai jam menunjukan waktu dini hari, aku belum bisa tidur. Masih menunggu kabar tentang ayah. Para anak buah tak bisa diandalkan. Hanya menangkap Rani dan Mas Gilang saja butuh waktu berjam-jam. Tak mau terus dihantui rasa kesal, dan
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status