All Chapters of Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30
56 Chapters
Dek, Maafkan Mas
POV Adi "Na-nayla kabur." Jantungku bergemuruh hebat saetelah mendengar kabar yang begitu menacap di hati. Betul prediksiku selama beberapa hari ini. Ada yang aneh dari Nayla. Dia pasti selingkuh dengan pria lain. Mulai dari ponsel yang diberi sandi tanpa aku ketahui. Lalu, Sudah hampir satu minggu kemarin, dia selalu pulang larut malam. Sikap Nayla pula yang memberi cambukan tersendiri kepadaku. Apalgi Ibu selalu saja membela Nayla. Bahkan saat Eva datang memintaku untuk menikahkan Tiwi, Ibu selalu saja menyalahkanku. "Di, kenapa kamu tidak bisa meluluhkan kembali hati, Eva? Jadi runyam seperti ini. Bagaimana nasib adikmu jika harus menikah muda. Harusnya kamu bisa mencari solusi dari permaslahan keluarga kita." Kata-kata Ibu setelah Eva pergi, sangat memukul batinku. Benar kata Eva, aku hanya dijadikan tumbal kebahagian keluarga ini. Mereka selalu membebankan semua masalah kepadaku. Ibu hanya menjadikanku alat untuk kebahagian Mbak Ratna, Mbak Neli, dan adikku. Namun, mereka tid
Read more
Sidang Perceraian
POV adi Suara ayam mulai memekikkan telinga. Menandakan malam berganti pagi. Langit mulai tersenyum kembali dengan cahaya mentari. Meskipun hatiku masih terasa gelap. Nayla sama sekali tidak mau berbicara denganku sejak bertemu dini hari tadi. Dia langsung tidur membelakangiku. Awalnya, aku berniat memeriksa ponselnya. Namun, tak kunjung bisa membuka sandi. Akhirnya, aku menyerah dan memilih mencari cara lain untuk membongkar skandal perselingkuhan yang mungkin saja dilakukan Nayla. "Di, kapan mau cari kerja? Mbak Sudah tidak punya simpanan lagi untuk biaya makan. Pusing harus gimana nantinya," ucap Mbak Ratna yang sedang memasak di dapur bersama Mbak Neli. "Iya, Di. Kerja, cari uang. Masa mau numpang makan terus." "Gak nyadar? Mbak Neli juga numpang. Udah punya suami, masih ngandelin orang tua." "Songong kamu, Di. Bukannya dengerin Mbak. Malah membalikan fakta." Mbak Neli menggoreng nasi dengan kesal. Beberapa butiran nasi sampai berjatuhan ke kompor. Aku abaikan tanpa menimpal
Read more
Harta Gono Gini
POV Eva (Harta Gono gini) Air mata runtuh. Batin rasanya begitu lelah. Pada persidangan kali ini, Mas Adi masih saja bersikukuh mempertahankan rumah tangga kami. Persidangan berjalan alot. Dia bahkan berani mengatakan siap menceriakan istri keduanya demi rujuk kembali. Dasar pria gila. Dia pikir, luka yang ditorehkan mudah disembuhkan. Hanya karena mulut manisnya? tentu tidak. Sakitnya penghianatan dan kebohongan, bagai peluru yang tepat mengenai jantungku. Menembus lapisan kulit terdalam, dan bersarang di hati. "Menangislah, Eva. Kamu butuh sesi mengeluarkan semua unek-unek, kekecewaan dan amarah yang ada di hati." Gibran mengelus pundakku saat diparkiran. Kaki rasanya berat melangkah masuk ke mobil. Aku ingin mengamuk. Meluapkan semua kepedihan yang sudah berbulan-bulan disimpan. Bahkan, setelah mengetahui skandal terlarang suamiku, tetap saja tak bisa keluar dari cengkeramannya. "Kenapa sulit sekali lepas dari Mas Adi, Ran?" "Tenang, Eva. Kamu pasti bisa lepas darinya." "Ak
Read more
Mata Duitan
Aku pegang kening, lalu memijit pelipis. Masalah duit, tidak ada habisnya diperebutkan. Manusia akan mati-matian mendapatkan uang, bahkan dengan cara yang salah sekalipun. Contohnya keluarga Mas Adi. Selalu mencari celah dan kesempatan agar bisa memiliki hartaku. Kenapa mereka tidak memulai hidup baru dengan cara mencari uang sendiri. Tanpa merongrong uang dan warisan yang aku punya. "Eva, buka pintunya!" Selesai mengerjakan solat isya, kupingku terganggu oleh suara teriakan dari pintu depan. Beberapa kali pintu di ketuk sangat keras. Siapa gerangan tamu yang datang tak diundang? tidak ada sopan santunnya bertamu ke rumah orang. Aku lipat mungkena. Menyimpannya di atas kasur. Kemudian, memakai kerudung langsungan. Segera menuju pintu depan. Sebelum pintu rumahku rusak. "Buka! perempuan penjahat. buka!" "Iya, sebentar!" Dengan setengah berlari aku buka pintu. Munculah sosok yang tidak asing. Mbak Ratna berdiri dengan raut penuh kekesalan dan amarah. Dia menatapku bagai sosok ast
Read more
POV Adi (Beban Hidup)
POV Adi "Kita ke rumah Eva," ucap Ibu. "Mau apa lagi, Bu?" tanyaku benar-benar tak setuju. "Untuk meminta uang pelicin persidangan, dan harta gono gini." "Tidak. Cukup, jangan mengemis lagi, Bu." "Diam. Jangan membantah." Ruang tamu makin panas. Ditambah cuaca siang hari yang semakin terik. Ide gile ibu menambah resah. Api seakan membakar ubun-ubun. Aku tak mau mengemis lagi. Yang aku inginkan hanya kembali pada Eva. Ingin menjalani hidup normal seperti biasanya. Bukan melakukan siasat licik. Akan tetapi, ulah Nayla yang seenaknya menjual mobil, membuat ibu mengeluarkan ide gila ini. Nayla benar-benar berubah. Dia sama sekali tidak perduli kepadaku dan keluarga. Dengan mudahnya menjual mobil, tanpa memberi sepersen pun kepada kami. Keluargaku sudah tidak punya tabungan. Mas Hendri tidak bisa diandalkan. Sudah lebih dari satu bulan, dia di PHK. karena perusahannya mengalami kerugian. Akhirnya, dia usul untuk meminjam uang dengan jaminan sertifikat rumah Mbak Ratna. Lalu mengguna
Read more
Aku mencintaimu, Dek
"Saya harap, Pak Adi bisa tegar dan sabar. Ibu anda terkena stroke total. Tubuhnya mengalami mati rasa. Hanya tangan saja yang masih berfungsi seperti biasa." Batin rasanya dilempar besi dengan berat puluhan kilo. Nyeri, menembus dari ulu hati dan menjalar melalui urat-urat sampai ke seluruh tubuh. Air mata meluncur bebas di kedua pipi. "Yang kuat, Mas." Eva menggenggam tanganku. Sorot matanya menunjukan rasa kasihan yang teramat dalam. Perlahan, dia usap air mata ini. Aku tak kuasa menopang tubuh. Seketika menghambur ke pelukan Eva. Menyandarkan segala duka lara yang dirasa. "Kamu pasti kuat. Jangan lemah. Ada Ibu, kakak dan adik perempuanmu yang harus dijaga." Eva mengusap lembut punggungku. Dia terus mengucap kata-kata positif untuk memberi kekuatan. Aku sampai tak bisa berkata-kata. Kebaikan Eva begitu luar biasa. Perempuan yang aku sakiti. Malah menjadi orang pertama yang memberi kekuatan menghadapi cobaan hidup. "Ingat janji Allah dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 286,
Read more
Di Kota Tua Dengan Gibran
POV Eva "Pake saja uangku dulu, Mas." Mas Adi menggeleng tanda menolak. Dia bersikeras ingin membiarkan Mbak Neli di rawat di rumah. Padahal, hal tersebut sangat mengancam keselamatan penghuni rumah dan Mbak Neli Sendiri. "Terima saja bantuan Eva. Gak usah malu-malu, Di. Kamu mau kita ditusuk si Neli yang lagi stres itu? udahlah, ayok Eva, Gibran, bawa adikku ke rumah sakit. Jangan lupa, kalian juga yang bayarin." Tanpa banyak basa basi, kami berusaha membujuk Mbak Neli agar mau naik ke mobil. Pura-pura membohonginya untuk bertemu Hendri. Dia tidak menolak. Tingkahnya benar-benar seperti anak kecil. Tertawa, berbicara ngawur, persis gelagat orang gila yang berseliweran di pinggir jalan. Aku tidak menyangka, kehilangan seorang suami membuat Mbak Neli begitu rapuh. Dia terlalu mencintai manusia di luar batas. Sampai logikanya keluar dari jalur kewarasan. Beruntung, Tuhan masih memberiku kesehatan mental. Meskipun sudah dikhianati, tetapi masih tegar berdiri. "Kondisi Ibu Neli cuk
Read more
Resmi Berpisah
"Aku ingin melamarmu." Mataku melotot. Segera aku lepaskan genggaman Gibran. Menatap kikuk ke arahnya. Ada perasaan takut yang menyelimuti. Entah kenapa, aku merasa khawatir setiap mendengar isi hati seorang pria. Aku takut, ucapan hanya sekedar kata. Bukan ketulusan tapi akal bulus, dan cintanya hanya palsu belaka. "Kenapa, Eva? apa kamu belum bisa melupakan Adi? aku siap menunggu, sampai kamu benar-benar melupakannya." "Gibran, tolong jangan bercanda. Leluconmu gak lucu." "Va, aku serius. Aku cinta sama kamu. Bukan soal harta, rupa atau apapun itu. Tapi aku suka hatimu. Aku suka sikapmu. Kamu perempuan hebat dan kuat." Bibirku membeku mendengar perkataan Gibran. Tak menyangka, secepat ini ada seseorang yang mengungkapkan perasaan kepadaku. "Va, aku benar-benar mencintaimu." Rintikan hujan menerpa baju kami. Gibran menarikku mencari tempat meneduh. Tak ada kata yang terucap. Kami sibuk dengan perasaan masing-masing. Aku tidak bisa membalas cinta Gibran. Meskipun bersamanya ada
Read more
POV Adi (Berusaha)
POV Adi "Di, kamu gak minta, sedikit aja harta Gono gini?" tanya Mbak Ratna di malam hari, saat kami mengobrol di ruang tamu. "Cukup Mbak. Gak usah bahas harta lagi, harta lagi. Kapan sih, Mbak Sadar? Eva udah baik banget sama kita. Gak malau terus-terusan niat meres dia?" Aku sudah tidak perduli bahwa Mbak Ratna adalah kakakku. Kali ini sikapnya benar-benar keterlaluan. Selalu saja berniat merepotkan Eva. Meminta sesuatu yang bukan milik kami. Sesekali, aku harus bersikap tegas padanya. Supaya dia sadar, keadaan keluarga kami seperti ini, karena kejahatan yang sudah dilakukan pada Eva. "Santai dong, Di. Gak sopan banget. Aku ini kakak kamu. Harusnya kamu hormat sama aku. Inget, cuman aku doang yang mau bantu kamu. Mbak cape dan malu Di, jadi buruh cuci gosok. Tapi, Mbak gak tega liat kamu nanggung beban sendirian. Eh, kamu dibelain malah ngelunjak." "Bukan gitu, Mbak. Adi cu-" "Halah, berisik. Terus aja merasa sok bener. Semua ini gara-gara kamu. Hidupku jadi belangsak. Ibu saki
Read more
POV Eva (Masa Iddah Berakhir)
POV Eva ( Masa Iddah berakhir) Udara pegunungan terhirup sampai ke rongga-rongga paru. Suara kicauan burung selalu menemani hari-hariku. Meskipun tak ada tambatan hati. Namun, aku bersyukur bisa menikmati sisa hidup, dengan bahagia dan merasa merdeka. "Sarapan, cah ayu," panggil Lik Janah. Aku selalu kalah cepat dengannya. Setiap pagi, Lik Janah sudah menyiapkan serba-serbi makanan untuk sarapan. Seulas senyum, ikut menghiasi wajahnya yang mulai menampakan kerutan. "Enggih, Lik." Aku tarik kursi, lalu duduk berhadapan dengan Lik Janah. Hanya ada kami berdua di rumah ini. Jujur, rasa sepi kadang menghantui. Akan tetapi, berusaha aku tepis, dengan cara berbaur bersama masyarakat sekitar. Mengikuti kegiatan yang menyita waktu. Agar aku lupa luka masa lalu. Sehingga, tidak lagi meratapi kesendirian. "Hari ini, bertepatan berakhirnya masa iddah, cah ayu, Enggih?" "Uhuk ... uhuk ...." "Minum, Ndok. Ya ampun, alon-alon." Perkataan Lik Janah, tiba-tiba membuatku tersedak. Segera aku a
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status