Semua Bab Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku: Bab 31 - Bab 40
56 Bab
Wasiat Almarhum
"Apa yang mau Mas bicarakan?" "Maukah adek, ke tempat biasa. Untuk mengobrol berdua?" "Baiklah." Awalnya aku malas menuruti keinginannya. Namun, bagaimanapun Mas Adi adalah tamu. Dia datang jauh-jauh dari Jakarta ke Jawa. Pasti ada hal penting yang mau dibicarakan. Jika mengobrol di pabrik, akan terganggu para pekerja. Kami melangkah menuju perkebunan kopi. Ada sebuah gubuk dan bangku di sana. Tempat yang sering kami kunjungi saat masih suami istri. Aku suka mengajak Mas Adi istirahat dan makan di sini. Gubuk ini terletak diperbatasan antara perkebunan kopi milikku, dengan perkebunan sayur warga sekitar. Udara segar dan pemandangan indah, memanjakan mata. Di sini, menjadi tempat ternyaman ketika melepas lelah. "Katakan maksud dan tujuan Mas ke sini. Tolong, jangan mengulang masa kelam diantara kita. Aku sudah hidup bahagia, Mas." "Maaf, Dek. Mas ke sini tak ada maksud mengusikmu lagi. Mas hanya ingin menyampaikan titipan almarhumah ibu." "Almarhumah?" tanyaku kaget. "Iya Dek
Baca selengkapnya
Tamat season 1
"Gibran." terlihat, ternyata bukan hanya ada Gibran. Di belakangnya juga datang Mas Adi, dan Lik Sumi. "Eva. Selamat datang di kafe 'dunia penikmat kopi' aku sudah menepati ucapanku sama kamu." "Gibran. Kenapa kamu gak pernah menemuiku? kenapa sekarang kamu baru seperti ini?" "Maaf Eva. Aku tidak berani bertemu denganmu. Sebelum aku sukses membuktikan bahwa aku bisa menepati janji." Aku hanya menggeleng. Rasa kesal membuncah. Perasaanku campur aduk. Antara bahagia tapi kecewa. Gibran telah membuktikan kebenaran tentangnya. Selama ini, dia sering ke sini, tapi tidak mau menemuiku. Mas Adi juga berbohong. Kemarin, dia berlagak pura-pura tak tahu. Mengapa mereka sekongkol membohongiku? apa ruginya, jika jujur ​​dari awal? "Eva, mohon bantuannya dulu penjelasanku. Jangan berpikir buruk. Aku akan menjelaskan semuanya." Gibran melangkah maju ke panggung, yang sudah di dekor untuk acara hari ini. Dia berbicara pada seseorang, yang aku taksir sebagai pembawa acara. Betul saja, Master o
Baca selengkapnya
Tujuh Tahun Kemudian
POV Eva Tujuh Tahun Kemudian "Hallo, Sayang," ujar Mas Gibran melalui sambungan telepon. "Iya, Mas. Kenapa? kamu kapan pulang? udah jam segini." "Mas kayanya pulang malem, Sayang. Jadi, kamu tidur duluan yah." "Pulang malam lagi? aku sudah siapin kamu makan malam, Mas." "Iya, Sayang. Maafin, Mas. Ada banyak yang harus diurus untuk pengiriman produk kopi terbaru kita. Ditambah lagi, Mas harus mengecek keuangan beberapa kafe kita." "Hmmm, ya sudah." "Maaf, Sayang. Jangan marah yah." "Iya." Sambungan telepon segera aku matikan. Aku memijat pelipis karena sedikit pusing. Terlalu lama menunggu Mas Gibran pulang. Sudah pukul 22.00 WIB Mas Gibran belum pulang juga. Entah ke mana sebenarnya dia. Semenjak usaha kafe dan pabrik kopi kami semakin maju, suamiku itu semakin sibuk. Bahkan, jarang makan bersama. Ada apa dengan suamiku? rasa kesal dan was-was bercampur jadi satu. Takut masa lalu terulang lagi. Dulu Mas Adi sering bersikap tak acuh seperti ini. Akhirnya, dia ketauan selin
Baca selengkapnya
Pesta Pernikahan
Apa benar ini surat undangan suamiku? tak mungkin. Jika dia benar-benar selingkuh, kenapa bertindak bodoh mengirim surat undangan ini? aku harus segera ke alamat pesat pernikahan dalam undangan ini. Besok acaranya dimulai. Aku harus memastikan kenyataan yang sebenarnya. "Lik ... Lik Janah!" teriakku seketika panik. Berlari masuk ke beberapa ruangan rumah, mencari Lik Janah. Nyeri dan sesak di dada berusaha aku tahan. Air mata diusap kasar. Tak boleh lemah. Aku harus kuat menghadapi apapun. Tak akan aku biarkan ada yang menghancurkan hatiku lagi. "Cah Ayu, kamu kenapa, toh? kaya dikejar-kejar maling." "Lik, hari ini juga, temani Eva ke Jakarta. Ada hal yang harus diselidiki." "Maksudnya, gimana, Nok?" "Nanti Eva jelaskan, Bu. Tolong panggil Pak Udin. Eva mau dia yang menyupiri mobil." "Ya sudah, Nok. Lilik bilang Pak Udin dulu." Lik Janah bergegas menuju salah satu tetangga desa. Dia yang biasa diajak orang untuk jadi supir. Aku memang tak punya supir pribadi, karena jarang per
Baca selengkapnya
Salah paham
"Eva, tenanglah. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan." "Betul, Mbak. Kamu salah paham," ujar perempuan tak tahu malu itu. "Halah, pintar ngeles kalian. Sudah tertangkap basah, masih saja mengelak," ujarku sinis. Jujur, dada sesak. Kaki gemetar. Aku terus berusaha beristigfar. Memohon kekuatan atas apa yang terjadi. Meskipun pernah merasakan dikhianati, tetap saja kali ini sangat menyakitkan hati. Seseorang pria yang tahu latar belakang masa laluku. Dia yang datang untuk menyembuhkan lukaku. Malah dia juga yang menghancurkanku. "Eva, ayok kita turun dari sini. Biar Mas jelaskan semuanya." "Tidak. Semuanya sudah jelas. Tega kamu, Mas. Menghancurkan kepercayaanku demi perempuan murahan ini." "Eva jaga bicaramu. Jangan menjelekkan Rani seperti itu. Dia perempuan baik-baik. Dia sahabat sekaligus saudaraku." Plak! Plak! Aku tampar Mas Gibran, bergiliran dengan Rani. Mereka tercengang sambil memegangi pipi yang kemerahan. Sementara para tamu riuh bergunjing. "Eva. Kamu keterlalu
Baca selengkapnya
POV Gibran
POV Gibran "Nanti kita lanjut lagi. Tenanglah, jangan banyak pikiran. Gibran itu setia. Aku berani menjaminnya," kekeh Rani. Lalu, merangkul istriku menuju meja makan. Mereka tidak sadar, aku mengamati tak jauh dari tempat mereka berdiri. Tampaknya benar kata Rani, ada seseorang yang ingin mengusik rumah tanggaku. Sama sekali tidak terpikirkan untukku berpoligami atau selingkuh.Sikapku berubah, hanya karena sedang fokus mengumpulkan uang untuk program bayi tabung. Sengaja tak membicarakannya dengan Eva, agar istriku tidak kepikiran.Jujur, memang sulit menerima keadaan. Sebagai pria, aku sangat mendambakan menjadi seorang ayah. Namun, mau bagaimana lagi. Semesta belum mengizinkan. Aku akan terus berusaha. Berdoa, dan menempuh jalur medis semaksimal mungkin. Bukan malah mencari perempuan lain. Itu bukan solusi, tapi jurang yang menjerumuskan pada kehancuran. "Ayok dimakan," ujar Rani sangat antusias. Sahabat sekaligus saudara jauhku selalu begitu. Sangat ramah kepada siapapun. It
Baca selengkapnya
POV Rani
"Panjang kalau diceritain. Intinya kamu harus hati-hati sama anak itu. Aku malah takutnya, dia yang merencanakan kekacauan semalam.""Kamu serius, Ran? coba jelaskan sama aku. Apa Salwa masih nekat kaya dulu pas masih SMA?" tanya Gibran bingung.Aku juga bingung harus menjelaskannya seperti apa. Tak mau membongkar aib buruk adik sendiri. Namun, aku sangat khawatir kalau obsesi Salwa mendapatkan Gibran malah jadi bumerang untuk pernikahannya dengan Eva. Aku tak mau Salwa jadi pelakor seperti ibunya. Akan tetapi, aku bisa berbuat apa di tengah tekanan Salwa yang tingkah lakunya di luar nalar? "Kalian kenapa masih di sini? lebih baik kita ngobrol bareng di depan. Biar aku bawakan minum," ujar Salwa tiba-tiba kembali ke dapur. "Mbak Rani, suruh Mas Gibran ke depan," ujarnya dengan tatapan memaksa dan menunjukan bahwa kemauannya harus selalu dituruti. "Gibran, ayok kita ke depan. Kasian istrimu sendiri," ujar Mas Gilang beranjak dari duduk. Dua pria tersebut pergi ke ruangan depan. Seme
Baca selengkapnya
Salwa Nekat
"Salwa, apa kamu sengaja mau mencelakai Gibran dan Eva?" bertanya saat bertemu Salwa di ruang Tamu. Bukannya menjawab, anak itu malah tersenyum mengerikan. "Iya. Aku sengaja melakukannya agar bisa ikut dengan mereka." "Hah? gila kamu." "Sudah-sudah kakakku tercinta. Kamu ikuti saja permainanku. Biarkan aku mengantar mereka pulang sekaligus ikut dengan mereka." "Salwa, kamu harus aku ajak ke rumah sakit jiwa. Biar isi kepalamu tidak penuh kejahatan. Heran, ibumu salah apa menyampaikan laporan segila ini." Prang! Gelas yang ada di meja dia banting sekuat tenaga. Hancur berkeping-keping di lantai. Salwa berdiri dengan raut emosi. Mukanya sangat seram. Bagaikan singa yang siap menerkam. "Ikuti kemauanku, dan beraktinglah dengan baik untuk mempermudah rencanaku," dia mengungkapkan secara tajam. Dia ambil serpihan kaca. Berjalan maju ke arahku. perlahan aku mundur. "Salwa hentikan. Kami akan mempermudah rencanamu. Asal jangan nekat," ujar Mas Gilang tiba-tiba datang dan langsung me
Baca selengkapnya
Peringatan
POV Eva "Eva, simpan surat ini, dan baca saat kamu sudah sampai rumah. Ingat, baca di kamar, dan hanya Gibran yang boleh tahu isinya." "Surat apa?" Apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini. Mengapa penghuninya tampak aneh. seolah-olah ada hal besar yang ditutup. Sikap Rani tampak berubah-ubah. Apalagi saat ada Salwa di antara kami. "Aku mohon, simpan saja. Ikuti arahaku. Sulit untukku menjelaskannya." Aku turuti saja kemauan Rani. Beberapa menit kemudian, dia menghampiri suamiku. Lalu, aku lihat dia juga memasukan surat ke saku Mas Gibran. "Ada apa sebenarnya, Rani?" "Nanti kamu akan tahu. Bersikaplah biasa. Aku juga sudah memberi petunjuk kepada Girban. Tolong ... hanya kalian yang bisa membantu," bisik Rani. Keningku mengkerut. Ada apa sebenarnya? masalah tampak serius. Namun, aku harus sabar menunggu waktu yang tepat untuk membuka surat. Sesuai Arahan Rani. "Hei, mobil sudah siap. Ayok, Mbak Eva kita bersiap pulang," ujar Salwa dengan ceria. Saat kedatangan Salwa, lagi
Baca selengkapnya
Wanita Penggoda
"Mas yakin Rani dan Gilang tidak berbohong. Biar Mas ceritakan kejadian beberapa tahun lalu."Mas Gibran mulai menceritakan masa lalunya. Dia pernah dijebak oleh Salwa. Perempuan itu menggunakan ponsel kakaknya. Sengaja mengirim pesan berisi minta tolong. Lalu, Mas Gibran diarahkan ke sebuah diskotik. Di sana, Mas Gibran malah dijebak, tiba-tiba di pukul dari belakang. Saat setengah sadar, Mas Gibran melihat Rani melabrak Salwa, dan mengajaknya untuk pulang."Kamu serius, Mas?""Iya, Sayang. Pas itu aku emang setengah sadar. Tapi, aku yakin banget Salwa membawaku di kamar hotel. Hanya berdua saja. Itulah alasan aku tak mau mengizinkan dia ikut bersama kita.""Maafkan aku, Mas. Aku gak tahu kalau kejadiannya seperti itu ""Tidak apa-apa, Sayang. Kita ikuti saja permainan dia. Jangan langsung melawan apalagi menghindarinya. Mas takut dia nekat. Bukan hanya keselamatan Rani yang terancam. Pasti kita juga dalam kondisi bahaya.""Iya, Mas. Kita sepemikiran."Aku tak menyangka, ternyata per
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status