Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 14POV Ali"Gimana, Ali. Betah kerjanya?" tanya Om Handoko saat kami sedang sarapan. Pagi ini Om Handoko mengajakku untuk sarapan bersama, katanya ada hal yang akan disampaikan."Alhamdulillah, Om. Betah, kerjanya juga nggak capek-capek banget," jawabku sambil tersenyum. Aku senang, karena diterima baik oleh keluarga ini. Anaknya Om Handoko – Andre juga sangat baik padaku. Kami seumuran, jadi bisa dengan cepat akrab satu sama lain. Hanya saja, dia sibuk dengan kuliahnya sementara aku sibuk dengan pekerjaan di kantor. Aku kira, bisa mengobrol ataupun bersantai ketika sudah dirumah. Tapi aku salah, aku malah harus belajar lagi dengan Om Handoko mengenai perusahaan. Karena aku yang hanya tamatan SMA, tidak begitu paham tentang perencanaan marketing."Alhamdulillah, bagus kalau kamu betah. Om juga berharapnya gitu," ujar Om Handoko."Tapi, bisa nggak Om kalau aku dipindah tugaskan ke bagian lain?" tanyaku hati-hati, takutnya aku dikira terlalu lancang deng
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 15POV RahmanBetapa senangnya hatiku hari ini, aku seperti merasa terlahir kembali dengan semua anganku. Bagaimana tidak, Maya membelikan aku mobil keluaran terbaru. Mobil yang selama ini aku impikan akhirnya bisa kudapatkan tanpa harus bekerja keras. Tidak salah memang keputusanku meninggalkan anak-anak dan si Aini, karena setelah aku pergi dari hidup mereka, hidupku menjadi lebih baik lagi.Ini kali perdana dalam hidup aku mempunyai mobil pribadi sendiri, walaupun mobil ini bukan atas namaku tapi aku sangat bahagia. Aku duduk di belakang stir mobil, melihat diriku di spion depan. Ternyata wajah tampan ini mampu membuat setiap wanita luluh, aku tersenyum sinis mengingat semua yang aku miliki sekarang. Saatnya pamer, aku akan berangkat kerja hari ini. Aku pergi lebih cepat dari biasanya, aku juga sudah menceritakan sama rekan kantor jika hari ini aku akan membeli mobil. Mereka pasti akan iri melihat kesuksesanku.Ddrrtt….Saat sedang di perjalanan, po
"Kira-kira kenapa ya?" tanyaku."Gak tau, kali aja kena omel lagi. Kerjaan kamu kan berantakan," ucapnya lagi sambil melenggang pergi ke meja kerjanya. Aku sesekali melirik kearah Ali, kebetulan didalam satu ruangan ini ada sepuluh meja kerja untuk karyawan. Ruangan ini khusus untuk karyawan bagian marketing, jadi otomatis aku harus satu ruangan dengan Ali. Dia sama sekali tidak pernah bicara padaku, jika ada sesuatu hal yang ingin disampaikan dia akan berbicara seadanya saja.Aku pun bergegas pergi menuju keruang Kepala, mungkin aku akan di omeli habis-habisan kali ini. Karena dari kemarin aku selalu salah saat membuat laporan penjualan.Tok Tok Tok"Permisi," aku membuka pintu dan segera masuk kedalam. Tapi disani tidak ada siapa-siapa, hanya ada aku yang berdiri masih memegang kenop pintu.Karena aku merasa tadi memang dipanggil, lebih baik aku memang menunggunya disini saja. Akupun duduk di sofa yang ada di ruangan ini, ternyata ruangan ini sangat nyaman dan bagus. Kenapa Maya tid
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 16POV RahmanAku tercengang mendengar penjelasan Pak David barusan. Aku tidak menyangka jika Handoko adalah pemilik dari perusahaan ini. Bibirku terasa kelu, aku berusaha memegang dada yang terasa sakit. Bagaimana bisa dia lebih maju dariku. Bukankah dulu aku mendengar berita jika keluarganya sudah bangkrut. Kenapa sekarang Handoko malah semakin jaya."Kenapa? Kamu kaget Rahman? Ternyata aku adalah bos kamu," ejek Handoko sambil tersenyum sinis. Aku sungguh terhina dengan perlakuan dia sekarang. Ingin sekali aku keluar saja dari perusahaan ini. Tapi nyatanya aku tidak bisa, Maya pasti akan marah-marah karena aku keluar dari perusahaan.Apalagi selama ini aku juga sangat susah mencari pekerjaan kantoran. Maya pasti akan terus menghinaku jika terus jadi pengangguran. Lebih baik memang aku diam, karena memang aku yang salah."Ini laporan kamu yang buat? Laporan ini salah. Tolong perbaiki, ini saja kok nggak becus," tegas Handoko lagi sambil melemparkan m
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 17POV AliTidak terasa aku sudah bekerja selama dua bulan di sini. Aku juga sudah mendaftarkan kuliah di salah satu Universitas Terbuka. Jadi aku bisa kuliah via online, jam masuknya juga Sabtu dan Minggu. Jadi aku bisa membagi waktu antara pekerjaan dan pendidikan."Kamu udah siap, Al?" tanya Pak Handoko saat aku sedang bersiap di kamar. Hari ini rencananya kami akan menjemput Ibu dan adik-adikku. Mereka akan pindah semuanya ke sini. Pak Handoko sudah mengatur semuanya. Termasuk tempat mereka tinggal nanti, dan juga proses pindah sekolah mereka."Udah, Om. Tapi kata Ibu kita tunggu di ruko aja. Karena mereka udah jalan," jawabku sambil memakai sepatu."Oh ya? Maaf ya, ini semua gara-gara Om tadi yang ada meeting mendadak," jawab Om Handoko sambil menghela nafas berat."Ya nggak, Om. Nggak masalah, lagian kan kita udah nyuruh orang buat jemput mereka," ucapku lagi. Setelah selesai, aku mengambil ponsel dan berjalan ke arah Om Handoko yang masih berdir
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 18POV AliAku pergi meninggalkan mereka dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Dadaku bergemuruh hebat, air mataku tidak bisa lagi aku tahan. Segera aku tarik kaca helm agar tidak terlihat oleh pengendara lain. Aku terisak dalam diam, harapan kami memang sudah hancur. Tapi aku tidak menyangka jika kami dianggap beban oleh Ayah.Aku pikir Ayah meninggalkan kami karena sudah tidak lagi mencintai Ibu. Atau juga mungkin karena Ibu dan Ayah sudah tidak sekata. Tapi nyatanya aku salah, Ayah pergi karena kami. Anak-anaknya yang banyak, makanya dia pergi dan meninggalkan tanggung jawabnya.Dadaku kian sesak, pandanganku mulai kabur karena menangis. Aku berusaha membuka kaca helm dan ingin menghapus air mata yang sudah menerjang bebas. Tiba-tiba.Bruk!Aku jatuh tersungkur dengan motor di atas paha. Ada mobil di depan yang sedang ikut berbelok, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas tadi. Karena terhalang dengan air mata. Terasa ada yang memegangiku untuk b
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 19POV Ali"Kamu kenapa sih? Emangnya muka aku kayak setan ya?" tanyanya kesal karena melihatku terkejut saat setiap kali melihatnya. Padahal nyatanya, jantungku sedang tidak bisa diajak bekerja sama setiap kali melihatnya. Ali, sadar. Kamu bahkan belum tau namanya."Nggak, bukan gitu. Tapi tiba-tiba saja jantungku sakit," jawabku sambil memegang bagian depan dada. Aku bahkan bisa mendengar sendiri suara detak jantung yang tidak beraturan. Ternyata benar kata orang-orang, cinta pada pandangan pertama itu ada.**"Jantung kamu masih sakit?" tanya wanita itu setelag kami sampai di depan bengkel. Motorku tadi ternyata sudah diperbaiki, karena memang kerusakannya tidak terlalu parah. Jadi bisa langsung diperbaiki hari ini juga. Setelah dari rumah sakit tadi, aku langsung menyuruhnya untuk mengantarkan aku ke bengkel. Karena aku tidak ingin terlambat sampai ke tempat Ibu. Dia pasti akan sangat cemas jika aku tidak sampai-sampai ke sana."Tidak. Terimakasih
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 20 POV Ali"Kamu kok nggak bilang-bilang sih kalau ketabrak? Ibu kan bisa jemput kamu ke sana," ucap Ibu saat melihat kondisiku. Ketika aku masuk tadi, Ibu langsung menangis melihat kaki dan dahiku yang luka. Untungnya Salma belum bangun, jadinya aku tidak harus mengahadapi dua wanita sekaligus."Ali nggak papa, Bu. Makanya Ali nggak ngasih tau," jawabku sambil terus memeluk Ibu yang masih terisak. Om Handoko dan Andre masih menyuruh orang untuk membereskan beberapa barang yang dibawa dari desa ke sini. Rumah yang dulu kami tempati sudah disewakan oleh Ibu. Katanya Ibu tidak ingin menjual warisan orang tuanya. Walaupun rumah itu bisa mengingatkan Ibu tentang Ayah. Tetap saja Ibu tidak ingin menjualnya."Jadi tadi kamu ke sini bawa motor sendiri, Al?" tanya Andre padaku."Nggak. Aku tadi diantar teman, Dre. Kebetulan tadi jumpa di jalan," jawabku yang dibalas anggukan oleh Andre."Yaudah kamu istirahat aja ya. Jangan banyak gerak, kalau perlu besok kam