Semua Bab GADIS PEMBUAT ONAR TUAN RONAN: Bab 11 - Bab 20
98 Bab
Part 11
Olivia memegang dadanya sendiri. Kepalanya terasa begitu pusing. Gadis itu berpikir bahwa Ronan sengaja menyuruhnya menemui Roy untuk melihat apa yang sudah pria itu lakukan.Ronan hanya ingin menunjukkan bahwa ancamannya tidak main-main. Kata-katanya bukan sekedar kiasan untuk menakut-nakuti. Tiba-tiba saja Olivia teringat akan ancaman Ronan dengan membelah kepala.Dia memegangi keningnya sendiri. Tempat yang sama saat darah mengalir hingga mengotori wajah pria menakutkan itu. Ingin sekali rasanya gadis itu mematahkan tangannya sendiri karena telah lancang membuat kepala pria itu berakhir dengan dua jahitan.Olivia kembali ke rumah. Dia akan memikirkan apa yang akan dilakukannya untuk Ronan nanti.*"Gadis itu belum datang?" Ronan mengisap cerutu di ruang kerja di kediamannya."Anda memberinya waktu tiga hari, Pak." Kim menjawab apa adanya.Dia merasa ada yang tidak beres dengan majikannya. Dia bahkan tak pernah merasa tidak sesabar ini saat menandatangani kontrak bernilai milyaran.
Baca selengkapnya
Part 12
"Anda mempermainkanku, Pak. Anda tahu uang itu tidak ada padanya. Anda hanya ingin membuatku melihat betapa kejamnya anda." Olivia berhasil menghafal dengan baik apa yang ingin dia katakan.Ronan tertawa sumbang."Kau bilang aku kejam? Bukankah harusnya kau merasa senang karena pria yang menjualmu mendapat hukuman?""Roy juga dijebak. Silvia melarikan diri dan menunjukku sebagai gantinya tanpa persetujuan. Anda bahkan sudah menangkapnya. Anda sudah berhasil mendapatkannya. Uang itu juga ada pada Silvia. Kenapa masih melibatkanku dalam transaksi kalian? Urusan kita hanya soal melukai anda. Itu pun karena tindakan membela diri. Harusnya anda juga tahu soal itu."Olivia sejenak terdiam. Dia bahkan tak berani bertanya bagaimana keadaan Silvia. Apakah setelah tidur dengannya, Ronan membuang atau mungkin memeliharanya. Angka dua puluh lima terlalu besar untuk wanita penghibur sekelas Silvia. Olivia berpikir, pria itu pasti begitu tergila-gila pada saudari angkatnya."Kau banyak bicara rupan
Baca selengkapnya
Part 13
Ronan menyapu bersih benda-benda di atas meja dengan tangannya. Semuanya jatuh berserakan ke lantai. Semua itu dia lakukan setelah mengusir Olivia dengan kejam. Memberi perintah agar gadis itu jangan pernah lagi menunjukkan wajah ke hadapannya. Ronan mengatakan kalau gadis itu tak perlu membayar sepeser pun karena apa yang Ronan inginkan sudah berhasil dia dapatkan. Lalu urusan mereka telah selesai malam itu.Ronan menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas kursi. Membayangkan wajah angkuh Olivia yang masih mencoba melawan dengan sisa tenaga yang tidak ada apa-apanya. Alih-alih memohon, berulang kali dia meludahi wajah Ronan yang tengah buas.Sekian lama hidup dalam kesendirian, gadis miskin itu yang membuatnya tak mampu lagi mengendalikan diri. Ronan menyesali apa yang sudah terjadi. Melanggar prinsip dan termakan ucapannya sendiri. Dia telah menodai gadis itu.*Olivia masih memikirkan kalung miliknya yang ada pada Silvia. Satu-satunya barang berha
Baca selengkapnya
Part 14
"Maaf, Bu. Aku sudah bilang tidak mau melakukannya." Olivia menjawab tegas.Saat rombongan sosialita itu baru saja tiba, salah seorang dari mereka bertanya siapa yang akan melayani. Saat tahu Olivia orangnya, wanita paruh baya itu meminta Olivia memasukkan sesuatu pada minuman seseorang yang dimaksud. Dengan imbalan uang tentu saja."Serbuk itu tidak akan membuatnya mati. Aku hanya ingin membuat wanita arogan itu mabuk. Dia akan banyak mengoceh dan mulai mempermalukan dirinya sendiri. Aku tidak menyuruhmu membunuh orang, Nona. Aku hanya ingin menunjukkan pada semua orang, bahwa ketua asosiasi kami punya banyak cela dalam hidupnya.""Apa pun itu, aku tidak mau melakukannya. Biarkan aku pergi." Olivia bersikeras."Dasar orang miskin tidak tahu terima kasih. Bahkan uang yang akan aku berikan lebih banyak dari gajimu di sini.""Permisi, Bu. Aku harus kembali bekerja." Olivia tak menggubris ucapannya. Lalu pamit dengan sopan.Wanita itu mendengus
Baca selengkapnya
Part 15
Olivia tiba di kediaman Laura dengan selembar kartu nama. Asisten pribadi Laura menyambut Olivia dan membawanya ke bagian dapur. Kepala pelayan memberikan satu stel pakaian seragam ala pelayan kelas atas. Olivia tampak menawan dengan  pakaian yang begitu pas menempel di lekuk tubuhnya.Makan malam kali ini terkesan begitu mewah. Olivia berpikir bahwa wanita yang telah merekrutnya itu bukan hanya beralasan agar dapat memberinya uang. Namun melihat kesibukan malam ini, wanita itu benar-benar butuh tenaga tambahan. Olivia merasa senang. Mulai menikmati pekerjaan dengan upah luar biasa yang menantinya.Olivia baru saja mengantar minuman ke ruang tamu. Lalu kembali dengan nampan kosong melewati ruang keluarga hendak menuju dapur. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat melihat sesosok yang selama ini dia cari. Olivia belum yakin. Bagaimana caranya orang itu bisa berada di tempat mewah ini. Namun sepertinya dia akan mati penasaran jika tidak me
Baca selengkapnya
Part 16
"Ternyata memang kau! Apa yang kau lakukan di rumahku?" Ronan menatap Olivia dengan tajam tanpa melepaskan pegangannya."K_kau?!" Olivia terbata."Ada apa ini?" Disusul kemudian suara Laura yang menghampiri mereka. "Ronan? Kenapa kau mencekal tangan Olivia.""Ibu mengenalnya?" Mata Ronan menyipit.Ibu? Mata Olivia menatap Laura dan Ronan secara bergantian. Berusaha bertanya, namun tak kuasa mengeluarkan suara."Olivia, ini putraku. Ronan. Dan itu...." Wanita yang tampak anggun itu melihat ke arah Silvia meski dengan tatapan yang entah. "Dia Silvia. Adiknya Ronan." Alih-alih mengucapkan sebagai putrinya, Laura lebih memilih menyebutnya adik dari putranya. Wanita itu seperti tak memiliki perasaan pada Silvia.Olivia tercengang. Masih berusaha mencerna tiap keterangan dari wanita paruh baya itu. Tangannya melemah. Entah ikut merasa senang, karena saudara yang telah bersamanya sejak kanak-kanak  itu akhirnya bertemu dengan kelu
Baca selengkapnya
Part 17
Para tamu mulai berkumpul agar bisa melihat gadis yang ingin diperkenalkan pada mereka. Martin, pria yang duduk di kursi roda memperkenalkan putri kandungnya yang selama ini dia cari. Pria yang baru saja genap berusia enam puluh tahun itu begitu bahagia.Gadis muda yang berdiri angkuh di sampingnya adalah anak dari wanita lain yang diam-diam dia nikahi tanpa sepengetahuan Laura, dua puluh satu tahun silam.Karena tak mampu membantah perintah orang tuanya, Martin tak berani mengakui anak yang dikandung istri mudanya. Akhirnya dia meninggalkan wanita malang itu tanpa perasaan.Setelah bertahun-tahun berlalu, rasa bersalah mulai menghantui Martin. Apa lagi kondisi Martin dan Laura yang tak kunjung memiliki anak. Rasa rindu akan wanita dan darah dagingnya semakin memuncak kala dia mengalami stroke dan tak dapat bergerak lagi lima tahun yang lalu.Hingga dia mengerahkan semua orang untuk mencari keberadaan istri dan anak yang telah dia telantarkan. Laura yang
Baca selengkapnya
Part 18
Silvia tampak gelagapan. Ada apa dengan benda yang dia anggap tak berharga itu. Dia tahu cincin itu sudah bersama Olivia sejak masih kanak-kanak. Itu tak mungkin barang curian. Namun jika dia mengaku bahwa itu bukan miliknya, dialah yang akan dituduh sebagai pencuri. Dan reputasinya akan semakin buruk di hadapan orang-orang itu."I__itu... milikku." "Milikmu? Bagaimana bisa kau memilikinya?" Lagi-lagi Martin penasaran."Ibuku yang memberikannya." Silvia mengingat ucapan yang selalu dikatakan Olivia."Ibumu?" Getaran suara Martin tak bisa dielakkan lagi. Silvia semakin ketakutan dengan jawaban asalnya."Di mana wanita itu? Maksudku... ibumu."Pikiran Silvia tak menentu. Kebohongan yang satu membuatnya harus menutupinya dengan kebohongan yang lain lagi."A__aku tidak tahu. Dia meninggalkanku begitu saja di panti asuhan. Aku tak pernah bertemu dengannya lagi. Aku bahkan tak tahu apakah dia masih hidup atau sudah mati." Kalimat-kali
Baca selengkapnya
Part 19
Sekali lagi Olivia harus kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kalungnya kembali. Dan lagi-lagi semua karena Ronan yang menghalangi. Kini dia harus kembali berurusan dengan pria itu jika ingin bertemu dengan Silvia. Sungguh seorang kakak yang benar-benar ingin melindungi adik perempuannya.Ditambah lagi dengan pengakuan silvia tentang kalung itu yang sudah tak ada lagi padanya. Membuat Olivia semakin frustasi.Semangat hidup Olivia kembali melemah. Sejak kejadian di ruang kerja Ronan satu bulan yang lalu, hati Olivia seakan mati. Tak ada apa pun yang membuatnya merasa bahagia saat ini.Hanya satu hal yang membuat Olivia masih bisa bernapas lega. Setidaknya kejadian malam itu tak membuatnya sampai hamil. Beberapa hari setelah kejadian, Olivia datang bulan. Dan ketakutannya akan jejak yang ditinggalkan Ronan perlahan memudar.  *Malam sudah larut. Restoran baru saja tutup. Olivia keluar belakangan. Mendadak Silvia muncul dan langsung menarik
Baca selengkapnya
Part 20
Hati Olivia merasa lega. Akhirnya masalahnya telah selesai. Kini dia merasa senang telah mendapatkan kembali benda kesayangannya. Gadis itu sudah bisa tidur nyenyak malam ini. Merasa ibunya yang entah berada di mana sedang memeluknya dari kejauhan, melalui kalung itu.Setelah semua ini, dia tak punya alasan lagi untuk bertemu Silvia. Juga anggota keluarganya yang lain. Laura tak akan mungkin punya waktu untuk mencarinya kembali.Di tengah kerumunan pesta, Laura tak akan menyadari bahwa gadis itu telah menghilang. Olivia sadar, dia tidak sepenting itu.*Ronan dapat menyaksikan dengan jelas pertemuan kedua gadis itu dari kursi belakang mobil. Dia telah menunggu Olivia sejak sebelum restoran khas  makanan barat itu tutup. Namun belum sempat dia menghampiri, Silvia telah lebih dahulu menariknya. Dan dia hanya meminta Kim untuk memindahkan mobilnya agar bisa melihat apa yang dilakukan kedua gadis itu."Anda ingin aku membawanya ke sin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status