Olivia merasa dijebak oleh sahabat yang sudah dianggapnya saudara sendiri. Sejak saat itu dia selalu terlibat dengan Ronan, pria kaya yang terkesan arogan dan juga kejam di sebuah kamar hotel. Hingga tanpa bisa dielakkan, Olivia kehilangan kehormatannya karena paksaan dari Ronan.
Lihat lebih banyakOlivia terkejut saat dia dijemput paksa dua orang pria berpakaian preman di tempatnya bekerja. Gadis dengan rambut digulung ke atas ciri khas pelayan restoran itu didorong masuk ke dalam mobil.
Di sana telah menunggu seorang pria dengan wajah tak kalah garang. Mobil meluncur tanpa meminta persetujuan Olivia.
"Siapa kalian? Kemana kalian akan membawaku?" Wajah gadis dengan rambut kecoklatan itu terlihat ketakutan.
"Kau harus menggantikan Silvia dengan tugasnya." Pria dengan wajah dingin itu terlihat kaku dan geram.
"Silvia? Ada apa dengannya? Dia berada di rumah sekarang." Olivia masih tak mengerti. "Tugas apa yang kalian maksud?"
Pria itu memilih tak menjawab.
Olivia semakin panik saat mobil berhenti di depan gedung hotel berbintang lima. Hatinya ketar-ketir memikirkan kalau dirinya sedang diculik dan akan dijual pada pria hidung belang.
Dan firasat Olivia benar-benar kuat saat kedua lengannya diapit dua preman tadi untuk menyeretnya ke lantai atas.
Ada dua orang lagi yang kini menunggu di depan pintu kamar. Tapi pakaian mereka terlihat lebih rapi dan elegan.
"Lakukan tugasmu, dan urusan kita selesai!" Pria berwajah dingin itu memberi kode pada si penjaga. Kemudian salah seorang dari mereka mengetuk pintu.
"Pak Ronan. Gadismu tiba."
Gadisnya? Pak Ronan? Olivia bertanya-tanya dalam hati. Dia benar-benar terjebak seperti yang dia pikirkan tadi. Dia benar-benar sedang dijual.
Tubuh Olivia terdorong kuat saat pintu terbuka. Olivia semakin ketakutan kala melihat seorang pria dengan setelan jas rapi bertubuh tegap tinggi sedang berdiri di hadapannya.
Olivia menelan ludah. Semakin ketakutan dengan firasatnya. Di hadapannya pasti pria hidung belang bernama Ronan. Dia menginginkan Olivia melayaninya malam ini. Orang-orang di luar tadi pasti komplotan mucikari.
Tapi tentu saja Olivia merasa heran. Dia sama sekali tak pernah terlibat dengan kasus prostitusi seperti ini. Dan tiba-tiba dia teringat akan kata-kata mucikari tadi. Menggantikan Silvia, katanya?
Dahinya mengernyit dengan debar jantung yang tak lagi beraturan. Ada apa dengan Silvia? Mereka bahkan tinggal serumah dan bekerja di tempat yang sama. Adakah yang tidak dia ketahui tentang gadis itu?
"Maaf, Pak." Olivia memberanikan diri membuka suara. "Kurasa ada kesalahpahaman di sini. Aku tidak peduli kau pria macam apa. Tapi kupikir kau salah orang. Aku tidak pernah menjual diri pada pria mana pun." Olivia masih berlaku sopan.
Setidaknya dia menyapa pria gagah itu dengan sebutan Bapak, seperti bawahannya di luar sana. Olivia berpikir kalau orang itu pasti berada dalam status sosial yang jauh di atasnya. Untuk itu dia mencoba bersikap hormat.
"Aku sudah membayar mahal untuk ini. Aku hanya butuh kau membuka kancing bajumu!" Suara beratnya memerintah dengan ekspresi tak bersahabat.
"Jangan kurang ajar!" Kesopanan Olivia rupanya tak dianggap. "Kubilang kau salah orang. Pria-pria itu salah membawa orang. Dan mereka__."
Ronan tak ingin mendengar alasan apa pun. Seperti tergesa-gesa dia mendekati Olivia yang masih kukuh dengan pendiriannya. Tanpa permisi pria itu mencengkram kerah baju Olivia.
Namun dengan cepat tangan gadis itu mendaratkan telapak tangannya ke pipi pria itu. Ronan terdiam. Lalu air mukanya berubah geram.
Olivia yang melihat tanda bahaya langsung melangkah mundur. Ronan tak tinggal diam. Tangannya kembali ingin meraih kancing baju gadis itu. Namun Olivia langsung mendorong tubuhnya, lalu menjauh. Kini dia berdiri di sisi ranjang.
Ronan menyeringai dengan tatapan merendahkan.
"Kau bersikap jual mahal, namun memancingku untuk menuju ranjang bersamamu. Licik sekali. Kau pikir kau begitu menarik?" Ronan berjalan mendekat.
Olivia semakin panik, dan Ronan kini telah berada tak sampai satu jengkal di hadapannya.
"Mari kita selesaikan dengan cepat. Aku tak punya waktu bermain-main denganmu." Ronan mencengkram bahu Olivia dengan kuat. Gadis itu menjerit, lantas mengambil lampu tidur di atas nakas dan mendaratkan sekuat-kuatnya ke kepala Ronan.
Arrgghh!
Suara Ronan terdengar histeris. Memandang Olivia dengan geram. Bersamaan dengan darah yang mengalir dari keningnya, pria itu ambruk di tubuh Olivia.
Olivia begitu ketakutan. Takut kalau-kalau pria itu mati karena ulahnya. Dia akan menjadi pembunuh dan dipenjara seumur hidup.
Oliva mendorong Ronan hingga terlentang. Lalu berlari ke arah pintu. Belum lagi sempat Olivia memegang gagangnya, pintu telah dibuka dari luar.
Dua pria itu terbelalak melihat keadaan atasan mereka. Salah seorang dari mereka memberikan pukulan di pipi Olivia hingga gadis itu terjerembab ke lantai. Kemudian pria berjas hitam itu berjongkok menarik paksa kancing baju Olivia.
Olivia menjerit tak sempat menghindar. Lalu pria itu melepaskan cengkramannya dan mendorong Olivia begitu saja. Seperti tak menemukan apa-apa di sana.
"Bawa gadis ini ke kantor polisi! Aku akan menghubungi ambulance." Suaranya tak kalah tegas dengan pria yang sedang tak sadarkan diri tadi.
"Kenapa baru sampai selarut ini?" Ronan mencegat Olivia saat wanita itu ingin masuk ke kamarnya.Ronan memerintahkan Kim untuk menjemput istrinya pulang dari bekerja. Namun perjalanan yang seharusnya tidak sampai tiga puluh menit menjadi lebih dari satu jam, hingga Kim terlambat membawa istri majikannya kembali ke rumah sesuai perintah Ronan."Maaf, aku mengantar temanku dulu ke rumahnya." Olivia sedikit merasa sungkan.Setelah insiden Ronan memanggil kata 'sayang' terhadap Olivia malam itu, Olivia terpaksa mengakui semuanya. Dia dan Ronan sudah menikah. Ketiganya terperanjat heran. Seperti tak percaya.Olivia memohon agar mereka merahasiakannya. Mau tak mau mereka menuruti permintaan wanita itu. Lagipula kini mereka sudah tahu bahwa suami Olivia adalah seseorang yang berpengaruh. Tentu saja mereka harus menurut jika tidak ingin berurusan dengan Ronan Ellyas. Mereka bahkan telah menyaksikan sendiri bagaimana cara pria itu menghukum orang-orang yang telah berani mengganggu istrinya.La
"Kau memberitahu suamiku bahwa sepupu-sepupunya mengerjaiku?" Olivia merasa tak percaya."Tentu saja, Oliv. Siapa lagi yang menyelamatkanmu selain aku, hah?" Silvia membanggakan dirinya.Malam itu Silvia sedang melihat-lihat akun sosial media miliknya. Dia yang kini mulai berteman dengan para kaum bangsawan di sosial media melihat rekaman siaran langsung yang dibuat oleh Elsa. Silvia tersenyum jahat menyaksikan adegan itu. Dia begitu menikmati gadis yang dia benci menjadi bulan-bulanan semua orang di dunia maya. Olivia pasti akan merasa malu sekali jika semua kerabat dan sahabat-sahabat keluarga Ellyas sampai mengetahui latar belakang Olivia yang sebenarnya.Dengan begitu Olivia akan mendapatkan penolakan dan intimidasi hingga akhirnya menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan Ronan dan keluarganya.Namun tiba-tiba Silvia teringat. Ronan selalu saja punya cara untuk menyelamatkan istrinya. Bahkan menghukum siapa saja yang berani menyentuh Olivia. Silvia kemudian berbalik arah. Cepa
Olivia merasa takjub menatap bangunan besar dan lebar yang baru saja dia masuki. Deru mesin-mesin raksasa membuatnya berdecak kagum dengan produksi massal bahan baku tekstil dengan beraneka macam warna. Kepala Olivia bahkan berputar dan kakinya sampai berjalan mundur demi bisa memperhatikan keadaan sekeliling di pabrik tersebut.Laura tersenyum getir. Namun dia bisa melihat bahwa Olivia tampak peduli dan lebih antusias dibanding Silvia yang hanya bersikap angkuh dengan memamerkan bahwa gadis itu adalah putri pemilik pabrik demi mendapatkan pengakuan dari semua orang.Kemudian Laura menambah sedikit lagi waktu pengawasan agar Olivia bisa melihat-lihat lebih lama bagian produksi sebelum akhirnya memasuki ruangan kantor."Masuklah!" Laura meminta pada Olivia melewati pintu yang baru saja dibukakan oleh Armaya. Tanpa ragu Olivia melewati Laura dan menurut untuk masuk lebih dulu. Namun tiba-tiba Olivia tercengang saat melihat beberapa orang berpakaian rapi sudah duduk seperti menyambut k
Mau tak mau Olivia harus menuruti keinginan suaminya. Wanita itu sampai di depan bangunan pabrik milik keluarga Ellyas setelah diantar oleh Kim yang kembali menjemputnya sesudah mengantar Ronan ke kantor pusat perusahaan.Seperti instruksi Ronan, Olivia telah sampai lebih dulu hingga saat dia berdiri di depan gerbang, mobil hitam Laura berhenti di tempatnya menunggu."Selamat pagi, Bu." Olivia langsung menyapa ibu mertuanya begitu wanita itu turun dari kendaraannya.Laura menatapnya dengan dingin. Merasa bahwa dia tak memiliki janji untuk bertemu dengan menantunya itu."Apa yang kau lakukan di sini?""Hum... itu... aku...." Olivia tampak gugup. Dia tahu wanita paruh baya itu tak menyukainya. Namun dia bisa merasakan bahwa Laura tak pernah punya niat untuk berbuat jahat padanya."Ronan yang memintamu datang?" Laura seperti bisa membaca raut wajah gadis itu."Aku... ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, Bu. Aku... bersikap lancang dengan meninggalkan meja makan begitu saja."Laura
Ronan menarik sudut bibir. Kemudian memberikan kode pada asisten pribadinya. Kim mengerti, lalu mematuhi semua perintah majikannya."Pergi dari sini, dan jangan pernah datang lagi!" Ronan memberi titah dengan tegas.Gadis-gadis itu tampak ketakutan, lalu bergegas hendak keluar."Satu lagi!" Langkah mereka kemudian terhenti mendengar suara dingin itu dari Ronan. "Ucapkan terima kasih di masing-masing akun kalian atas makanan gratis yang kalian makan!"Ketiganya mengangguk dengan cepat. Lalu saling mendorong agar bisa keluar dari tempat itu dengan segera.Ronan melirik arloji mewah di pergelangan tangannya, lalu melirik ke arah istrinya."Selesaikan pekerjaanmu, Sayang. Aku tunggu di luar!"Ronan bergegas meninggalkan tempat itu. Sengaja membiarkan Olivia menjelaskan sendiri pada ke tiga rekannya semua tentang semua yang terjadi."Wanita itu tidak bisa menyangkal lagi bahwa aku ini suaminya, bukan?" Ronan tersenyum penuh percaya diri dari kursi penumpang di mobil mewahnya."Benar, Pak.
"Apalagi yang kalian tunggu. Cepat bersihkan sepatunya!"Ketiga gadis itu langsung melotot. Kemudian masing-masing memohon kepada pria itu."Tidak, Ronan. Kenapa kau meminta kami melakukannya?" Anne lebih dulu bersuara."Benar, kakak sepupu. Kami hanya bercanda. Kami tidak sungguh-sungguh ingin mempermalukannya.""Lagipula ini idenya Elsa. Dia yang meminta kami datang dan mengganggu Olivia. Dia juga yang merekam video itu dan menyebarkannya.""Benar. Ini semua salah Elsa. Biarkan kami pulang, Ronan.""Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian menyalahkanku, hah?""Ini memang salahmu.""Ya. Ini salahmu!""Kalian__."Ketiga gadis itu masing-masing saling melempar kesalahan. Ronan yang sama sekali tidak peduli siapa dalang di balik semua itu terlihat cukup tenang."Tunggu apa lagi? Berlutut dan minta maaflah! Kalian menyukai hiburan? Semakin malam semakin ramai yang akan menonton, bukan?" Ronan menyeringai."Ronan, kami mohon__.""Berlutut! Atau kalian ingin ibu atau ayah kalian yang melaku
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen