Semua Bab Suamiku Gay?!: Bab 71 - Bab 80
91 Bab
Bab 70 - Menyudahi Kisah Masalalu 1
"Terimakasih Mbak" Teresia berujar ramah pada seorang suster yang baru saja mengantarkan makan siang untu Arga. Meskipun Teresia harus mengatakanya dengan wajah memerah malu, karena sosok Arga yang tak mau melepas pelukannya, wajah pria itu disembunyikan dalam perutnya dan membuat Teresia tak leluasa bergerak. "Sama-sama, semoga suaminya cepat sembuh ya" balas suster tersebut dengan ramah, dan dengan sengaja perawat wanita itu menyentuh lengan Arga membuat Arga makin mengeratkan pelukannya pada perut Teresia. Ohh, pemandangan saat Arga digoda oleh para perawat di rumah sakit ini menjadi hiburan tersendiri untuk Teresia.Terlebih perawat itu hanya terkekeh geli melihat tingkah manja Arga pada Teresia. Meski perawat tersebut sudah izin dan meminta maaf pada Teresia, Arga yang mendapat godaan tak lansung itu masih kesal dengan Teresia yang mengizinkan para perawat untuk menyentuhnya. Teresia berkata bahwa itu adalah balasan karena Arga tidak membangunkannya lebih dulu saaat Dokter Ri
Baca selengkapnya
Bab 71 - Menyudahi Kisah Masalalu 2
"Sudah, jangan diteruskan" lirih Teresia melihat air mata Arga nampak terus mengalir hebat dan napas Arga berhembus kuat. "Tidak, aku harus menyelesaikannya, aku tidak mau ada yang mengganjal lagi dan aku mau kamu tau seluruh cerita ini" bisik Arga kemudian menempelkan wajahnya pada ceruk leher Teresia. Menghirup sejenak aroma tubuh wanitanya untuk membuat pikirannya tenang. Meyakinkan bahwa masa-masa itu sudah ia lewati. Teresia mengusap kepala dan rambut Arga, menenangkan pria itu dari gejala panik yang melanda. "Aku tidak bisa menghitung berapa hari aku disekap mereka, karena mereka tetap melakukan kegiatan hariannya, namun mengurungku di rumah kecil yang aku sendiri tidak tau dimana itu. Mereka akan datang saat sore menjelang malam sampai pagi lalu meninggalkanku dan datang lagi di hari berikutnya. Puncaknya aku yang berpikir akan mati karena memang aku tak pernah makan makanan yang mereka beri, mereka menghukumku dengan menuliskan nama mereka di sini" Arga membuka kancing piy
Baca selengkapnya
Bab 72 - Melekat dan Erat
Arga merasa sangat segar saat akhirnya ia bisa mengguyur tubuhnya. "Anusmu? Apa masih sangat sakit?" tanya Teresia merasa sangat bersalah jika mengingat kejadian yang menimpa Arga tepat di depan matanya namun dia tak menolong Arga. Arga mengurung Teresia dengan memeluk pinggul Teresia yang berdiri di samping ranjang. Tangan Arga terulur untuk mengusap lembut wajah Teresia. "Aku sudah jauh lebih sehat! Jangan lagi pasang raut wajah begitu!" pinta Arga dengan lembut. Teresia mendesah pelan dan menempelkan keningnya pada kening Arga, wanita itu memejamkan kedua matanya dan kemudian membukanya pelan, menatap mata Arga dengan jarak sedekat itu. Teresia menggigit bibirnya dan kemudian menjauhkan wajahnya. "Ehm, kalau kita melakukan 'itu? Apa kamu akan merasa sakit?" tanya Teresia dengan wajah memerahnya, dia salah tingkah setelah mengatakannya, Teresia bahkan harus menundukan wajahnya karena itu. Wajah Arga menegang dan terpaku tak bisa berbicara menatap pada Teresia yang takut jika
Baca selengkapnya
Bab 73 - Tamu di Tengah Malam
Teresia menahan menggigit bibir nya, wajahnya tak bisa lebih merah lagi kali ini saat di dekat ranjang ada seorang perawat yang tengah mengganti sprei setelah Teresia dan Arga selesai bermain di atas sana. "Te-terimakasih Mbak" ujar Teresia dengan wajah tertunduk dalam pada perawat wanita itu yang datang setelah Arga panggil untuk mengganti sprei nya. Astaga, Teresia baru saja keluar dari kamar mandi untuk membersihkan diri dan saat dia keluar sudah ada seorang perawat yang menggantikan sprei tempat tidur Arga. Dan laki-laki itu? Pria itu dengan enaknya tertidur di atas sofa panjang di dekat jendela tanpa melihat bagaimana wajah Teresia yang memerah malu. "Sama-sama Buk, itu suaminya suruh pindah di ranjang lagi ya Bu, sudah selesai saya pasang spreinya" goda si perawat yang tau aktivitas apa yang baru saja Teresia dan Arga lakukan. "I-iya Mbak" Sepeninggal Perawat tersebut dengan membawa sprei kotornya, Teresia melangkah mendekat pada sosok Arga yang dengan enak terlelap tanp
Baca selengkapnya
Bab 74 - Kenekatan Revo
"Apa Tuan Romi akan melewatkan makan malamnya lagi?" tanya Tenzo yang diberi gelengan oleh para Chef di rumah Ayah Romi itu. "Pak Tenzo sudah coba panggil?" tanya Chef Radit. Tenzo menggeleng pelan "jika Tuan sudah berada dalam ruangan kerjanya, andai pintunya terkunci itu berarti dia sedang ingin sendiri dan tidak ingin diganggu. Dan sejak siang tadi pintu ruang kerjanya terus terkunci dan Tuan tak kunjung keluar" Perasaan khawatir perlahan menyelusup masuk ke dalam hatinya. "Ahh pagi tadi ada Tuan Revo yang berbicara dengan Tuan Romi di ruang kerja Tuan Romi. Tapi saya tidak lihat Tuan Revo dan Tuan Romi keluar setelahnya" ujar Artur mengingat-ingat. Tenzo mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Mungkin menurutnya, Revo dan Ayah Romi berbicara sebentar dan diiringi pertengkaran kecil yang sering terjadi, lalu Ayah Romi memilih mengurung dirinya sendiri setelah berbicara dengan Revo. "Tapi sudah hampir malam, dan Tuan tak kunjung keluar. Apa sebaiknya ku panggil?" kedua Chef ters
Baca selengkapnya
Bab 75 - Eksekusi
"Revo!!" bentak Arga dengan suara bergetarnya saat Revo dengan santainya mengusap wajah Teresia dengan moncong pistol yang digenggamnya. Arga ingin mendekat, namun karena tanganya masih terikat oleh infus, tak pikir panjang Arga mencabutnya meski terasa sangat sakit Arga tak mempedulikannya, karena yang paling utama adalah sosok Teresia yang sudah terlihat ketakutan. Darah di tangannya menetes ke atas lantai saat Arga mendekat ingin menenangkan Revo yang ia yakin emosinya tengah tidak stabil. "Aku mohon jangan lakukan itu, jangan bunuh Teresia. Pikirkanlah lagi masa depanmu Revo, masih banyak hal yang belum kamu lakukan" bujuk Arga yang langkahnya perlahan kian dekat pada Revo. "Masa depanku sudah tidak ada, aku sudah kehilangan semua impian dan harapanku akan masa depan. Yang aku inginkan hanya memutuskan semuanya dan membuat kalian menyesal!" Arga tidak tau seberapa dalam luka hati Revo sampai pria itu terlihat benar-benar serius dengan perkataannya. "Kalau begitu jangan korba
Baca selengkapnya
Bab 76 - Perpisahan
Ayah Romi masuk ke dalam ruang rawat Arga ditemani dengan dua orang petugas polisi yang mendobrak pintu ruang rawat Arga saat mereka gagal mencoba membuka secara perlahan tadi nampak terkunci dari dalam. Kedua mata Ayah Romi nampak nanar melihat Revo yang duduk di atas sofa seolah tak terkejut dengan kedatangannya. "Revo!" panggil Ayah Romi pada putranya yang tak kunjung mengangkat wajah, namun saat langkah Ayah Romi mendekatinya Revo mendadak bangun dan menatap Ayahnya dengan wajahnya yang nampak dipenuhi oleh sesal dan kesedihan yang begitu mendalam. "Maaf karena aku sudah mengancam anak dan menantu kesayanganmu, Ayah- Ehh tunggu apa selama ini kamu memendam benci ketika aku memanggilmu Ayah? Atau haruskah aku panggil kamu Om?" dengus Revo namun satu tetes air matanya itu mengalir jatuh yang dengan cepat pria itu usap kasar. "Revo, buang pistol itu, dan datanglah kemari! Kita sudahi semuanya ... Jangan seperti ini Revo!" bisik Ayah Romi dengan suaranya yang menyimpan kesedihan
Baca selengkapnya
Bab 77 - Berduka
Tubuh Revo baru saja dikebumikan, dan di antara banyaknya orang yang mengantar Revo pulang ke rumah terakhirnya, hanya sosok Arga yang nampak paling terluka karena pria itu tidak bisa membantu untuk menguburkan jasad Revo. Traumanya masih melekat jiwanya, dia kesulitan berada di sekumpulan orang-oraang ramai, dan itu membuat Revo bergetar ketakutan belum lagi pikirannya yang terus tertuju pada malam penembakan Revo. Arga begitu pucat hanya bisa menatap melalui jendela mobil di dampingi Teresia yang nampak iba melihat pada suaminya. Napas Arga berhembus kuat, air mata terus terjatuh di pipi Arga tanpa pria itu sadari. Teresia sungguh tau bagaimana rasa sedih yang menggerogoti jiwa Arga saat ini. Dan sebagai istri, Teresia hanya bisa menggenggam kuat tangan Arga serta menguatkannya melalui kata-kata. "Kenapa saat itu aku tidak bisa menariknya! Aku sangat menyesalinya!!" Arga meninju sandaran kursi di depannya, dan itu membuat Teresia terkejut, Teresia dengan segera memeluk tangan A
Baca selengkapnya
Bab 78 - Penyebab dan Awal Terjadinya
Sudah hampir tiga bulan setelah kepergian Revo yang masih meninggalkan duka dan kesedihan di rumah Ayah Romi.Ayah Romi yang kini nampak lebih sering berada di ruang kerjanya. Keceriaan pria baya itu juga nampak menurun.Kehilangan Revo sungguh meredupkan cahaya pada Ayah Romi, Arga dan Teresia selalu menghibur Ayah, namun hal itu tak berlansung lama. Pria itu akan kembali pergi ke ruang kerjanga untuk merenung kembali."Apa Ayah masih belum mau keluar?" tanya Arga yang baru saja pulang dari kantornya pada Teresia yang membuka pintu.Teresia menggeleng pelan "Ayah keluar, tapi hanya untuk makan siang, lalu kembali masuk ke ruang kerjanya. Ayah masih sulit untuk terima kepergian Revo"Arga mengangguk, dia mencium kening Teresia dan menyerahkan tas kerjanya pada Teresia untuk dibawa wanita itu ke dalam kamar."Aku akan temui Ayah" Teresia mengangguk, lalu mengambil jalan yang berbeda dengan Arga. Pria itu pergi ke ruang kerja sang Ayah yang berada di lantai satu, sementara Teresia naik
Baca selengkapnya
Bab 79 - Berakhir Sama
Malam itu, Ayah Romi mengatakan bahwa ia akan lembur, dia mungkin tidak pulang ke rumah. Dan jawaban sang istri hanya berpesan bahwa Ayah Romi harus makan dan jangan terlalu keras bekerja. Hati Ayah Romi terasa begitu sesak untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di rumahnya. Pulang dalam pikiran yang berantakan, Ayah Romi lansung masuk ke dalam rumahnya dan melihat bahwa semua lampu di rumah sudah gelap. Naik ke lantai atas, di mana kamarnya dan kamar Silvi berada, langkah Ayah Romi perlahan memelan dan jantungnya berdebar dengan begitu kuat saat ia bisa mendengar obrolan keduanya yang terjadi di atas ranjang. "Hidungnya seperti kamu" itu suara Adiknya, perasaan Ayah Romi begitu hancur mendengar jawaban Silvi yang menanggapi ucapan Adiknya tersebut. "Mana? Semua orang yang lihat anak ini juga pasti tau kalau wajahnya jiplak wajah kamu!" Suara kekehan Revo membuat hati Ayah Romi benar-benar tersayat. Hatinya hancur begitu saja dikhianati kedua orang yang paling ia sayang. "
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status