Semua Bab PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS: Bab 201 - Bab 210
229 Bab
S2 053
Riasan wajah Milen berantakan seiring air mata berlinang di pipinya. Siapa saja yang melihat akan menyangka bila Milen baru saja mengalami kedukaan. Namun, kontras dengan busana indah perlambang kesukaan."Kamu harus terima kenyataan kalau ayahmu bukanlah orang baik, Milen, melainkan sebaliknya, dia menghalalkan segala cara atas nama tanggung jawab pada keluarga," lontar Xaba dari jarak kurang lebih dua meter.Xaba tidak iba pada kekasih yang selama dua tahun telah mendampingi dirinya.Pupus sudah hubungan mereka, perempuan yang dulu menunjukkan sikap baik terhadap Xaba, nyatanya, berpura-pura mencintai Xaba demi memuluskan niat balas dendam untuk ayahnya.Milen tetap merasa tidak berterima Kasman yang telah lama meninggalkan dunia untuk selamanya disebut sebagai orang yang tidak baik."Tutup mulut kamu, Xaba!" hardiknya sembari menunjuk pria yang gagal menjadi suaminya.Bisik gaduh kembali terdengar dalam ruangan. Milen mengangkat rok panjangnya ingin meninggalkan ruangan. Semakin lam
Baca selengkapnya
S2 054
"Dasar, Bodoh!" umpat Wisang.Pria itu mengulir artikel di ponselnya, ia menggunakan alat komunikasi dengan nomor dan jenis ponsel menggunakan identitas barunya.Semenjak perubahan identitas, ia dan Milen tidak pernah lagi berkomunikasi. Milen yang meminta dengan alasan menjelang momen pernikahan ia tidak ingin diganggu."Sejak aku berurusan dengan pihak berwajib, seharusnya kamu itu sadar juga pasti dibuntuti. Mereka bukan orang bodoh, seharusnya kamu juga melarikan diri, Milen."Itu bukanlah semacam kalimat sesal, Wisang malah bersyukur Milen tewas saat pernikahannya. Wisang merasa dirinya akan jauh lebih aman lantaran orang yang mengetahui kebusukannya tidak ada lagi di dunia ini."Tapi, syukurlah kamu sudah tenang di sana bersama ayahmu, Kasman. Tinggal aku menunggu waktu sampai tenang kembali."Wisang menoleh ke arah cermin, paras orang lain sekarang ada di wajahnya. Pria itu memutuskan untuk mengikuti prosedur bedah plastik di negeri baru yang ditinggali saat ini.Siapa pun kena
Baca selengkapnya
S2 055 - Rumah Sakit
Xabier dikabarkan oleh penasihat hukumnya bahwa proses hukum Milen tidak dilanjutkan lantaran yang bersangkutan telah meninggal dunia."Saya hanya berharap Wisang segera ditangkap pihak berwajib. Orang itu dari dulu sangat berbahaya," ucap Xabier saat ditemui oleh penasihat hukumnya di restoran Pohon Rindang. "Ya, Pak. Wisang saat ini masuk dalam daftar pencarian orang." Penasihat hukum menunjukkan gambar wajah Wisang disertai identitas diri dan ciri-ciri yang dikeluarkan oleh pihak berwajib."Dikabarkan lari ke luar negeri. Hanya saja, Bapak dan keluarga harus terus waspada."Di masa lalu, Xabier pernah berurusan dengan Wisang. Ia tahu pasti bagaimana Wisang merupakan orang yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang ia inginkan."Maaf, saya terburu-buru," ucap seseorang yang menyenggol bagian lengan sehat Ayasya."Elang?" ujar Ayasya terkejut, ia memerhatikan paras panik pria yang melintas dengan fokus rendah. Di pakaian putih yang dikenakan, ada lumuran darah mengerin
Baca selengkapnya
S2 056 - Enam Bulan Kemudian
"Mas, nanti pulang jam berapa?"Ayasya duduk di hadapan Xaba dipisahkan oleh sepetak meja makan. Xaba menoleh dan memberi perhatian pada sumber suara."Mungkin siang, hari ini hanya jumpa penggemar, tidak lama."Tangan Ayasya di meja bergerak-gerak, pupil matanya pun ke sana kemari, Xaba mengamati lalu menerka ada sesuatu di balik sikap Ayasya. "Saya... mau izin mengikuti interview pekerjaan hari ini, Mas."Kelopak Xaba mengedip-ngedip dengan tetap mengarah pada Ayasya. Pikirannya mencerna maksud Ayasya. "Interview kerja? Apa gaji selama tiga bulan ini tidak cukup?" tanya Xaba memastikan dengan kernyitan heran di dahi."Bukan, Mas. Em, tidak selamanya saya bekerja untuk Mas Xaba. Saya ingin berkarya dengan bekerja keluar rumah," dalih Ayasya.Enam bulan berlalu sejak peristiwa yang hampir merenggut nyawa Xaba, tiga bulan ini Ayasya menjadi asisten untuk membantu keperluan Xaba, ia turut pindah ke Jakarta."Bekerja di mana? Restoran lagi?"Ayasya mengangguk. "Saya senang bekerja di r
Baca selengkapnya
S2 057 - Kejujuran Menyakitkan
Ayasya menyimpan rasa kesal usai Xaba meminta menikah dengannya."Dia pikir pernikahan itu main-main, dulu dijodohkan dengan saya keberatan, sekarang meminta jadi istri."Lebih baik Ayasya mengurung diri di kamar daripada melihat Xaba yang lalu lalang di apartemen mewahnya."Aku beri waktu berpikir hingga malam nanti karena kamu katakan besok sudah mulai bekerja. Bila menolak, maka lebih baik bagi kamu kembali ke Surabaya, bukan di Jakarta. Untuk kamu ketahui, biaya tinggal di sini tergolong tinggi, gaji kamu bakal kurang untuk capai hidup sejahtera."Demikian kalimat terakhir Xaba sebelum Ayasya undur diri.Dirinya pun tidak ingin kembali ke Surabaya, toh akan kembali lagi pada keluarga Santos. Ayasya sebenarnya berniat untuk pelan-pelan keluar dari lingkaran keluarga kaya itu agar hidup lebih mandiri.Di kamarnya, Xaba terlibat percakapan dengan Batari, pria itu menceritakan niat menikahi Ayasya. "Apa kamu nyatakan perasaan pada Ayas?" tanya Batari penasaran, ia duduk bersebelahan
Baca selengkapnya
S2 058 - Marahan
Mas Xaba,Terima kasih telah mempekerjakan saya selama tiga bulan di Jakarta. Telah saatnya saya menapaki jalan hidup di kaki sendiri. Maaf, melalui cara ini berpamitan dengan Mas Xaba.Dari AyasXaba meremukkan kertas berisi tulisan tangan Ayasya. Ia menemukannya di atas meja makan saat akan sarapan pagi. Xaba terlambat bangun dari biasanya lantaran mempelajari cerita baru untuk proyek film terbaru.Perempuan itu tetap menyediakan keperluan Xaba untuk yang terakhir kali. Xaba menatap nanar hidangan yang tersedia."Sialan kamu, Ayas!" umpat Xaba dengan tangan mengepal.Xaba beranjak dari duduk, ia meraih ponsel di dalam kamar lalu mencari nama Ayasya. Panggilan Xaba tidak direspon beberapa kali, padahal aktif, secara emosional Xaba terganggu dengan cara Ayasya menghindar.Pria itu kembali mengulir ponsel dan menemukan nama seseorang yang dianggap bisa membantu."Carikan seseorang. Nomor ponselnya saya kirim."Beberapa menit menunggu, Xaba menerima pesan berupa lokasi nomor, kartu, sam
Baca selengkapnya
S2 059 - Mulai Berani
Jadilah hari kemarin sebagai momen jumpa penggemar dadakan di restoran Bumi Kembang. Bukan hanya Sastri dan pramusaji, melainkan para pelanggan lain yang kebanyakan perempuan pun meminta giliran foto bareng dengan Xaba.Di sudut restoran, Ayasya meringis dan berdiri dengan perasaan sebal melihat betapa nyaman Xaba disentuh dan dipeluk oleh para penggemar.Pria itu melempar senyum pada setiap perempuan yang mendatanginya. Ayasya bersungut-sungut sendirian tanpa bisa melakukan apa-apa. [Di mana kamu, sudah pagi.][Datang ke unitku.]Ayasya membaca pesan singkat Xaba di ponsel lalu gegas ke unit apartemen yang letaknya bersebelahan.Belum lagi Ayasya memencet tombol bel, pintu unit telah terbuka."Masuk." Kepala Xaba bergerak menyuruh Ayasya. Ayasya masuk, berjalan menuju arah dapur untuk mengerjakan tugas pagi menyediakan sarapan dan pakaian Xaba."Hari ini Mas ada syuting di daerah Puncak, menginap selama dua malam," ucap Ayasya membaca jadwal yang ditempel di dinding luar kulkas."H
Baca selengkapnya
060 - Laura Rose Breighman
Selama dua hari Ayasya merasa gundah lantaran Xaba tidak memberi kabar sama sekali. Ia pun tidak memiliki alasan kuat untuk menghubungi Xaba sekedar menanyakan kabar dan kapan kembali ke Jakarta. Di unit yang bersebelahan dengan Xaba, Ayasya uring-uringan. Ia sengaja membuka akun artis perempuan yang pergi ke Puncak bersama Xaba tempo hari."Cantik," ucapnya sambil tersenyum, tetapi dalam suasana hati yang galau.Foto Xaba bersama dengan artis perempuan dan tim kerja mereka di publikasi dalam alun sosial. Pada lembaran terakhir, tinggal hanya foto Xaba dan artis tersebut. Ayasya menghela napas dalam. "Pria tampan pasti menyukai perempuan cantik." Ayasya terkekeh mengingat penawaran Xaba untuk menikah dengannya."Kalau Mas Xaba menikahi saya, yang ada perkawinan saya ditimpa perselingkuhan. Iiii...," ungkapnya geli dan ngeri membayangkannya.Bunyi bel di unit Ayasya terdengar, lamunannya terhenti, berubah menjadi pertanyaan tentang siapa yang datang pada malam hari ini.Beberapa kali
Baca selengkapnya
S2 061 - Penjelasan Xaba
Tadi pagi Ayasya pergi kerja tanpa berpamitan dengan Xaba, baik secara langsung maupun melalui pesan singkat.'Makan malam telah saya sediakan dan juga pakaian Mas untuk besok. Mohon maaf, besok pagi saya tidak bisa datang ke unit Mas, pagi-pagi saya berangkat karena ingin menyiapkan laporan untuk restoran.'Demikian pesan tertulis Ayasya di meja makan, ditemukan Xaba sepulang syuting. Xaba meremukkan lembar kertas kecil berisi tulisan Ayasya. Xaba menghubungi Ayasya melalui ponsel, sayangnya telepon Ayasya tidak aktif.Sambil menunggu ponsel Ayasya kembali aktif, Xaba membersihkan diri ke kamar kecil lalu menikmati menu yang telah dihidang oleh Ayasya.Pria itu mencoba kembali menghubungi Ayasya, hasilnya tetaplah sama. Ponsel Ayasya tidak aktif.Disertai gerutuan, Xaba menghampiri unit Ayasya. Ia memencet bel di dekat pintu, tetap saja tidak ada tanda-tanda Ayasya membukakan pintu untuknya. Terpaksa Xaba mengetuk hingga menggedor pintu Ayasya dengan kencang."Hei, berisik! Anda me
Baca selengkapnya
S2 062 - Keduanya Bimbang
"Bagaimana kabar Ayasya?" Batari menghubungi Xaba melalui telepon."Ibu kalau menanyakan kabar Ayas seharusnya menghubungi orangnya."Batari terkekeh mendengar jawaban Xaba yang terkesan tidak peduli, tidak sesuai dengan pertanyaan."Kenapa? Lagi berantem?"Xaba mendengus begitu Batari meneruskan topik tentang Ayasya. "Sulit ditaklukkan, Bu," ungkapnya dengan nada rendah.Gelak tawa Xabier terdengar dari seberang."Papa menguping?" terka Xaba merasa heran Xabier bersama Batari di jam kerja. "Papa tidak ke restoran?""Ini pakai pengeras suara. Jadi, Papa kamu bisa dengar cerita kita. Ibu sedang di restoran pusat menemani papa kamu," terang Batari."Oh."Xaba telah menceritakan bagaimana perasaan dirinya terhadap Ayasya pada Batari, ia mendukung ide Xaba sewaktu meminta Ayasya ikut bersamanya ke Jakarta dengan alasan mengurusi kebutuhan Xaba paska peristiwa penembakan."Xaba, Ibu kamu juga dulu begitu, sulit takluk, maunya jauh dari Papa, padahal rindu berat." Tawa Xabier menyusul meng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status