Lahat ng Kabanata ng PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS: Kabanata 81 - Kabanata 90
229 Kabanata
081
Xabier memilih keluar ruangan lagi, dia memaklumi ketidaknyamanan Batari bila tetap bersikeras di dalam ruangan. Sewaktu menikmati kesendirian di bangku ruang tunggu pasien eksklusif, ponsel Xabier berdering."Ya, halo, Ma." Andalaska menelepon anaknya. "Xabi, mama ke restoran kamu, tetapi kata pegawai kamu tidak masuk.""Em iya, Ma, Batari sudah melahirkan. Cucu mama laki-laki."Tidak ada balasan dari Andalaska membuat Xabier agak cemas."Ma... halo."Rupanya Andalaska telah mematikan panggilan tanpa berkata apa-apa. Xabier menyimpan ponselnya, tetapi ingatannya terbang pada percakapan dirinya dengan orang yang ditugaskannya mencari informasi tentang peristiwa malam penganugerahan karyawan terbaik di sebuah hotel berbintang.Apa maksud mama menjebakku seperti itu? tanya Xabier dalam hati. Pikirannya tenggelam jauh menggali alasan kuat dibalik kesengajaan Andalaska.Tidak lama kemudian, panggilan dari seseorang menyentak lamunannya. Dengan rasa malas Xabier menjawab ponselnya. "Halo
Magbasa pa
082
"Maaf, Pak. Pertanyaan itu tidak ingin saya jawab," ucap Batari. Dia melangkah berdiri menjauhi Xabier dan Xaba, jalannya masih belum sempurna."Apa masalahnya?" Xabier mengikuti Batari menuju balkon. Batari membukanya dan melangkah keluar untuk menghirup udara."Apapun jawaban saya, itu tidak penting untuk Bapak." Batari mengeraskan hatinya, ia melempar jauh pandangan lurus ke depan."Jadi, yang penting buat kamu siapa? Apa? Dia? Pria desa itu."Batari tidak suka mendengar tuduhan Xabier. Ia menoleh dan menyorot tajam Xabier."Mengapa masih bertanya, Pak? Bukankah Bapak ingin menceraikan saya? Jadi, apapun isi hati dan pikiran saya, tidaklah penting buat Bapak, bukan?" Napas Batari tersengal, sepertinya emosi tengah menanjak, Batari tidak ingin mereka berakhir dalam pertengkaran.Xabier terhenyak menyadari pertanyaannya telah memicu emosi Batari. Ia tidak ingin meneruskan pembicaraan yang bisa saja membuat Batari drop.Xabier pergi meninggalkan kamar Batari. Tinggallah Batari yang te
Magbasa pa
083
"Kamu semalam dari mana? Mama cek ke kamar tidak ada, dihubungi ponselnya tidak aktif," tegur Andalaska di ruang makan sembari mengoles selai ke roti untuk sarapan."E... dari rumah kak Xabi, Ma," jawab Xinda meragu. Dia tahu perihal kejadian yang membuat mamanya enggan untuk menginjakkan kaki lagi di rumah Xabier. Andalaska menatap malas putri bungsunya itu. "Tidak diusir atau perempuan desa itu berakting seperti orang paling menderita?" Andalaska menyuapkan roti ke mulutnya."Tidak, Ma. Semua baik-baik saja," responnya. Meskipun semalam ada adegan ia harus keluar kamar, itu hanya soal kenyamanan Batari untuk menyusui, batin Xinda. Andalaska berdecih mengingat Batari sosok minor di pandangannya."Cucu mama sangat tampan, mirip dengan kak Xabi. Mama ke sana deh."Andalaska melirik dengan sorotan tajam dan menghakimi. "Mama tidak sudi melihat anak dari perempuan itu, sudah mama janji kalau tidak akan menginjak kaki di sana.""Mama." Xinda menegur mamanya, tidak sadar nada suaranya me
Magbasa pa
084
Serafina keluar dari ruangan Xabier dengan wajah muram. Dia tidak menyangka kalau Xabier akan membombardirnya dengan peristiwa lama.Di dalam ruangan, Xabier menutup kasar dokumen keuangan yang dibaca olehnya. Ada perasaan bersalah saat ia berucap terlalu tegas pada Serafina, bagaimana pun Serafina perempuan yang pernah dekat dengannya.Xabier memejamkan matanya berusaha menenangkan diri. Tidak lama kemudian, ponselnya berdering. Ada panggilan dari orang yang ditunjuk untuk mengurusi masalah hukum kejadian di terminal. "Saya ingin menyampaikan kalau bukti baik dari saksi dan rekaman CCTV di lokasi terminal sudah kita dapatkan dan telah diserahkan pada pihak berwajib.""Kerja yang cepat," puji Xabier. "Kemungkinan besok akan keluar hasil status dari Wisang," lanjutnya lagi. "Tidak sabar menunggu penangkapannya."Percakapan itu membuat semangat Xabier bertambah, suasana hati pada kejadian bersama Serafina mengalami perubahan.Di kediaman Xabier, Batari tengah merapikan pakaian putra
Magbasa pa
085
Xabier terperangah dengan sikap Batari yang mendadak meraih Xaba dalam pelukannya, bahkan Batari membawa Xaba menjauh ke arah lain kamar. Perubahan demi perubahan sikap Batari dapat dirasakan oleh Xabier, kali ini terlihat seperti orang dilanda kecemasan.Xabier melangkah mendekati Batafi dna Xaba dengan tetap menjaga jarak, Xabier bisa merasakan ketidaknyamanan Batari. Sementara itu, Batari berusaha keras untuk bersikap biasa pada Xabier."Xaba ingin saya beri ASI, Pak." Batari mencari alasan agar Xabier bisa segera keluar ruangan. Batari merasa dengan melihat perlakuan manis Xabier menciptakan rasa sesal semakin dalam di dirinya, dia terus-menerus menolak kedekatan Xabier dan Xaba.Katakanlah dia ibu yang jahat, hanya saja perpisahan pasti tidak terelakkan di antara mereka dan belum tentu Xaba akan mendapat kepastian akan keberadaannya.Xabier menghela nafas dalam, dia lelah dengan sikap Batari yang selalu menolak kehadirannya. Xabier punya kepekaan terhadap perubahan sikap Batari.
Magbasa pa
086
Sekuat tenaga Batari menahan diri agar jangan menunjukkan sikap cengengnya. Dulu ia bisa berlaku demikian sebab ada bude Suyati yang sering mendengar unek-unek dan menghibur hati di kala gundah.Kini menyandang gelar ibu, Batari harus keras pada diri sendiri."Lalu, mengapa pria desa bisa berada di tempat yang sama dengan kamu?" Xabier merendahkan nada suaranya."Sudah saya bilang, saya menolak saat diajak oleh Mas Wisang. Mengapa dia ada di sana saya tidak tahu, Pak." Suara Batari meninggi, geram dengan pertanyaan yang menyiratkan kecurigaan Xabier. "Di sana aku menemukan kamu terduduk kesakitan, ada hubungan dengan dia, bukan?" Xabier ingin melihat sikap jujur Batari, meskipun telah mengetahui semuanya. Batari memejamkan kedua mata lalu menghela nafas lelah, dia tidak memahami maksud Xabier menanyakan peristiwa di terminal untuk apa. "Karena saya menolak, dia... dia... menarik tubuh saya untuk ikut bersamanya," ucap Batari sambil memeragakan diri.Batari merasa cukup atas pertanya
Magbasa pa
087
Batari tidak jadi melangkah ke dapur, ia kembali ke kamar lalu mengunci pintu. Batari menyenderkan tubuhnya ke daun pintu sembari memegang dadanya yang berdegup kencang.Dipejamkan kedua matanya sambil menghela nafas untuk menentramkan rasa batin yang beriak tak jelas. Batari menggeleng-geleng berusaha menolak apa yang baru saja terjadi sebagai dorongan kebutuhan seorang suami pada istrinya."Tidak, pak Xabier bukan untuk saya. Tadi suatu kekeliruan," ujar Batari memberi kekuatan pada diri sendiri. Batari melakukannya sebab yakin tidak ada perasaan berubah pada diri Xabier terhadapnya. Meski Batari melihat kebaikan Xabier, baginya itu sebatas tanggung jawab tidak lebih.Saat kelopak matanya terbuka, manik Batari memanas seperti akan menangis kembali. Batari mendongakkan kepalanya, mengipas-ngipas seakan ingin menghalau bening itu untuk turun yang kadang mampu melemahkan dirinya lagi.Suara tangisan Xaba menjeda permenungan Batari, gegas ia mendapati bayi mungil yang sedang kehausan. B
Magbasa pa
088
Sore ini, usai Andalaska mengunjungi beberapa butik miliknya ia kembali pulang ke rumah. Andalaska wanita kaya raya, tetapi merasa hampa sebab kedua anaknya telah memiliki pilihan hidup masing-masing. Namun demikian, Andalaska tetap berusaha menarik anaknya bila mereka dianggap tidak sesuai jalur, seperti Xabier yang dirasa perlahan menjauh darinya. Untuk Xinda, agar anak perempuannya itu tidak bernasib seperti Xabier, Andalaska telah mengultimatum jenis teman yang boleh menjadi calon pasangan putrinya itu. Andalaska duduk santai seorang diri di ruang keluarga, menyalakan televisi menggonta-ganti saluran."Diberitakan seorang pria berinisial BW, menjadi tersangka dalam upaya penculikan seorang perempuan BA, istri dari pengusaha dan model kenamaan, EXS." Diperlihatkan seorang pria berdiri memakai pakaian oranye di belakang penegak hukum berbaju coklat.Mata Andalaska membelalak, menyesuaikan pandangan dengan melihat kembali apakah benar paras yang ada di televisi merupakan Wisang. An
Magbasa pa
089
Xabier bermain sebentar dengan putranya, Xaba. Xabier yang tadinya lelah karena menjalani hari kerja yang sibuk dibuat semangat begitu melihat Xaba dan gerakan kecilnya.Tidak bisa Xabier menahan senyum saat bertemu dengan cerminan kecil dirinya. Xaba yang mungil hadir melembutkan hati Xabier yang lama kaku dan pelit senyum.Xaba terlihat mulai mengantuk, beberapa kali dia menguap dan seperti ingin beristirahat."Kamu mau tidur ya, yang nyenyak ya jagoan papa, jangan cepat besar, soalnya orang dewasa hidup penuh masalah," ujar Xabier bercanda sambil tersenyum.Batari tidak bisa menahan senyum di belakang tubuh Xabier. Apa yang dikatakan suaminya tentu saja tidak dimengerti oleh Xaba, Batari berpikir kalau Xabier sepertinya perlu teman cerita.Xabier menyerahkan Xaba ke dalam gendongan Batari. Kali ini Batari tidak impulsif lagi sebab setiap kali ingin menggendong Xaba, Xabier selalu minta izin pada istrinya itu."Sesudah menidurkan Xaba, temui aku di ruang keluarga," ucap Xabier lalu
Magbasa pa
090
Sampai pagi harinya, Xabier tidak berniat untuk membahas tentang Wisang lagi. Beberapa kali Batari minta untuk bicara lagi pada Xabier."Tentang Wisang lagi?" Batari mengangguk.Xabier menatap malas pada Batari yang terlihat memperjuangkan kebebasan Wisang, sementara Xabier dengan usaha besar mengupayakan Wisang mendapat ganjaran."Aku banyak pekerjaan di restoran, mau kunjungan ke cabang."Begitulah alasan terakhir Xabier, tanpa mau menatap istrinya lagi. Xabier tidak habis pikir sebegitu berharganya kebebasan seorang Wisang untuk Batari.Xabier meninggalkan Batari usai berpamitan pada Xaba yang ada dalam gendongan Batari. Menegur Batari di depan Xaba tidak dilakukan Xabier, ia masih punya hati untuk anaknya itu.Batari seperti orang lesu sebab permintaannya tidak digubris olehsuami. Batari kembali ke kamar sebab bayi kecilnya terlihat mengantuk. Xaba ditaruh kembali ke kotak tidurnya yang seketika itu langsung lelap.Batari tersenyum melihat putranya yang wajah blasterannya semaki
Magbasa pa
PREV
1
...
7891011
...
23
DMCA.com Protection Status