All Chapters of KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU: Chapter 111 - Chapter 120
125 Chapters
112. Kegaduhan di rumah! (Bagian B)
112. Kegaduhan di rumah! (Bagian B)Tapi, aku juga penasaran dan ingin tahu. Sejauh mana Risa akan menempel dan berambisi pada suamiku? Sampai di mana tingkah kampungannya itu untuk mencoba menggoda suamiku, aku ingin tahu!"Kapan kita bertemu dengannya?" tanya Mas Rengga lagi. Dia memang belum fit, baru saja merasa enakan tubuhnya. Tapi harus dipaksa untuk menghadapi hantaman cobaan ini. Biarlah, bukankah semua ini terjadi juga karena dirinya yang memulai terlebih dahulu?"Aku belum tahu, dia akan mengirimkan waktu dan lokasinya segera. Nanti, setelah dia membalas, aku akan memberitahumu. Sebaiknya, saat ini kamu buka saja blokiran pada semua sosial media nya. Biarkan dia mencari dan memghubungimu. Berterus teranglah padanya bahwa kamu sakit. Aku hanya ingin tahu, apa reaksinya nanti? Itu juga akan membantuku untuk menjauhkan dia dari kamu. Aku harus cukup mempunyai bukti-bukti jika ingin menghempaskannya dari rumah tangga kita. Aku juga nggak akan segan untuk mempermalukannya lagi.
Read more
113. Kegaduhan di rumah! (Bagian C)
113. Kegaduhan di rumah! (Bagian C)"Aku mau turun ke bawah, ada petugas sedang antar mobil. Kamu mau ikut ke bawah, atau tetap di sini saja?" tanyaku yang kini sudah siap dengan gamis instan dipadukan dengan jilbab senada. Mas Rengga tampak berpikir sejenak, sebelum kemudian mengangguk untuk mengiyakan ajakan ku."Aku ikut turun aja di bawah. Sudah bosan rasanya pemandangan yang dilihat cuma meja rias, lemari dan kamar mandi!" jawab Mas Rengga."Oke, ayo turun ke bawah! Kasihan mereka sudah menunggu lama!" ajakku yang langsung saja menggamit lengannya agar segera beranjak turun."Kenapa mobilmu sampai dibawa oleh Petugas? Kamu habis dari mana? Kampus? Tumben, nggak pamit dulu. Kamu nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Mas Rengga bertubi-tubi."Alhamdulillah, aku nggak kenapa-napa kok. Tadi mobilku ban nya kempes, tapi aku udah telepon petugas buat tolong dan perbaiki. Baru selesai sekarang, itu diantar di bawah!" jawabku dengan jujur."Syukurlah kalau begitu. Terus kamu pulang naik apa? T
Read more
114. Kegaduhan di rumah! (Bagian D)
114. Kegaduhan di rumah! (Bagian D)Sudah keluar dari topik saja itu pembahasan! Membuatku salah tingkah, antara menuruti atau tidak nanti malam."Ya sudah, ayo kita makan malam dulu. Tadi Ibu mengolah sup dan goreng ayam, masak yang ada di dalam kulkas mu saja. Yang penting kenyang, makan seadanya!" ujar Ibu dengan wajah serius. "Tejo biarkan dia tiduran di sofa, capek dia habis menempuh perjalanan jauh!"Aku mengerutkan kening, jika makan sayur sup makaroni dengan ayam goreng dikatakan sebagai makan seadanya, lalu yang mewah bagaimana? Oh, jelas, aku paham betul. Mengingat Ibu mertuaku itu orang istimewa, alias bukan wanita sembarangan. Jadinya ya, sudah biasa menganggap seperti itu.Saat asyik makan, tiba-tiba saja ponsel Ibu berdering. Ibu yang fokus dengan suapan dalam mulutnya pun sontak langsung meletakkan sendoknya di atas piring, meminum segelas air putih dan beranjak ke kamar untuk mengambil ponselnya yang berbunyi. Sedangkan aku dan Mas Rengga kembali asyik menikmati santa
Read more
115. Mungkinkah? (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU115. Mungkinkah? (Bagian A)Langkah kuayun sedikit maju, agar lebih dekat dengan Ibu. Ku letakkan telinga di sampingnya, sembari menunggu Ibu membisikkan sesuatu. Jantungku ikut berdebar rasanya saat Ibu ingin memberikan informasi padaku."Ada yang memberitahukan Romo, bahwa Rengga selama ini ikut perjudian secara online. Datanya lengkap ada semua, mulai dari identitas diri hingga mutasinya. Uang keluar masuk hingga meja perjudian jumlahnya bukan lagi jutaan, Keysa. Tapi ratusan juta yang terbaca di sistem. Ibu juga bingung, apa mungkin si pengirim ini hacker atau sejenis detektif? Kenapa dia bisa tahu mutasi rekening, lengkap dengan bukti cetak rekening koran. Si pengirim ini akan mengancam untuk menyebarluaskan informasi terkait. Romo malu, dia merasa gagal menjadi seorang Ayah untuk anaknya. Dia dihina hanya pintar mengatur struktur kesultanan, tapi ndak becus ngurus keluarganya sendiri! Ibu ya, bingung, terus mau bagaimana? Cuma yang Ibu heran, ua
Read more
116. Mungkinkah? (Bagian B)
116. Mungkinkah? (Bagian B)"Kalau Ibu boleh tahu, ada keperluan penting apa sehingga kalian harus menghadiri nya? Urusan apa, Key?" tanya Ibu menatapku dengan sorot mata penuh tanya. Dia mencoba untuk mencari jawaban pada kedua netraku."Ini, soal Risa ….""Wanita itu lagi? Kenapa? Ada apa lagi?" tanya Ibu dengan raut wajah terkejut."Dia ingin mengadakan konferensi pers. Kami diundang untuk hadir. Semua ini hanya untuk klarifikasi saja, Bu. Terkait apa yang sudah terjadi kemarin. Risa menuntut kami untuk memberikan statement palsu pada netizen. Dia tidak ingin nama baiknya dipertaruhkan. Sudah aku bilang, ini semua berawal dari kesalahan Keysa. Jadi, biarkan kali ini Keysa yang akan bertanggung jawab, ya, Bu. Hanya sebentar, begitu acara selesai. Kami akan segera kembali lagi ke sini, dan mari kita pikirkan solusi untuk perihal masalah yang diketahui oleh Romo. Biarkan juga Romo istirahat, menenangkan pikiran dulu, Bu," jawabku dengan jujur. "Kamu yakin? Membawa Rengga untuk bertem
Read more
117. Mungkinkah? (Bagian C)
117. Mungkinkah? (Bagian C)Aku hanya tersenyum tipis membaca pesannya. Bukankah kemarin dia bilang akan mengancam melakukan hal yang buruk? Tapi, sudahlah. Buktinya sekarang dia sudah baikan dan tampak biasa saja.Kembali aku membaca pesan kedua darinya.[Wah, akhirnya! Aku bisa juga mengajak istrimu bertemu untuk mengklarifikasi, Mas. Aku harap kamu juga ikut, ya? Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan ke kamu, Mas. Sampai kapan kita menutupi seperti ini terus? Aku sudah jenuh, bukankah kamu sudah memberiku kepastian dari waktu lalu? Kapan akan terealisasi?]Senyumku seketika memudar saat membaca pesan kedua dari Risa. Walaupun sudah tahu bagaimana hubungan mereka. Tetap saja, aku merasa bahwa dadaku semakin sesak sekali. Mengetahui kenyataan sedekat ini … untuk bertahan saja rasanya tidak mudah."Key, Keysa?" panggil Mas Rengga yang langsung membuatku mendongak, mengalihkan pandangan dari layar ke arah sumber suara yang memanggilku."Ya?" sahutku sembari menaikkan alis."Sedang
Read more
118. Mungkinkah? (Bagian D)
118. Mungkinkah? (Bagian D)"Terserah. Kita pastikan saja nanti, Mas. Aku juga pusing. Masalah kita belum juga selesai, sekarang harus ditambah lagi masalah surat kaleng yang dikirim pada Romo. Setelah kamu bercerita padaku semuanya, setelah itu juga keluargamu akan tahu, Mas. Terutama Romo dan juga Ibu. Mari kita sebaiknya memikirkan bagaimana cara menyelamatkan nama baik keluarga terlebih dahulu!" ujarku penuh penekanan.Mas Rengga menatapku penasaran, dia seolah ingin tahu, apa maksud dari ucapanku."Maksud kamu bagaimana? Apa hubungannya surat kaleng Romo dengan masalah yang kita hadapi saat ini, Keysa? Kamu jangan membuatku semakin bingung dan merasa tak karuan seperti ini!" kata Mas Rengga dengan tegas. Dia berkali-kali terdengar menghembuskan napas kasar. Dadanya naik turun dengan cepat."Kamu belum tahu kan apa isi surat kaleng itu?" tanyaku padanya."Apa memangnya?" tanya Mas Rengga malah menatapku dengan intens."Di dalam surat kaleng itu mengatakan bahwa kamu terlibat besar
Read more
119. Paket Misterius (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU119. Paket Misterius (Bagian A)"Ini, Mas!" Mataku masih menatap layar ponsel milik Mas Rengga. Namun sayang, panggilan yang terdengar dari speaker mau tak mau harus merubah kedua ponsel ini menjadi mode pesawat. Namun, Mas Rengga selalu saja menyarankan untuk menonaktifkan nya saja. Entahlah, apa alasannya. "Jangan lupa untuk mematikan ponselnya, Key!" ujar Mas Rengga. Sepertinya dia melihat saat aku hanya mengubah sinyal ponsel menjadi mode pesawat. "Ini udah sama aja kali, Mas!" sahutku seraya mengacungkan dua ponsel ke arahnya dalam posisi mode pesawat."Jangan, Key! Lebih baik nonaktifkan saja! Sini!" pinta Mas Rengga mengulurkan tangannya padaku. "Iya, iya! Biar aku saja yang menggantinya," balasku sembari menekan tombol power hingga kedua ponsel dalam tanganku menggelap, dan kemudian mati."Sudah!" Aku mengangguk lalu memasukkannya ke dalam tas pinggang yang dipakai oleh Mas Rengga."Apa Risa mengirimkan pesan lagi padamu?" tanya Mas Rengg
Read more
120. Paket Misterius (Bagian B)
120. Paket Misterius (Bagian B)Pantas sedari tadi dia hanya menunduk, tidak berani menatap kedua bola mataku. Rupanya, Mas Rengga sedang menangis. Bahkan, air matanya ada yang menetes mengenai tanganku."Mas, kamu menangis?" tanyaku seraya mencoba untuk mengangkat dagunya secara perlahan."Keysa, ih. Nggak, ini aku cuma kelilipan," jawabnya dengan nada tegas. Aku tertawa. Rupanya, hanya dengan melihat Mas Rengga seperti itu saja sudah sanggup membuatku tersenyum."Ngapain menangis? Sudah lah, Mas. Santai aja. Kita jalani saja dulu. Yang pasti tugas pertama kita sekarang, mencari tahu keinginan Risa dan apa tujuannya melakukan ini semua. Lalu, kita tinggal mencari tahu siapa dalang di balik surat kaleng yang ditujukan untuk Romo." Aku hanya menenangkan dia apa adanya. Bukannya aku tidak luluh, hanya saja aku malas jika harus berdrama tangis menangis di tempat umum seperti ini. Bisa jadi jika ada yang mem videonya, kami pasti bakal viral lagi. Dan aku nggak mau menambah masalah lagi!
Read more
121. Paket Misterius (Bagian C)
121. Paket Misterius (Bagian C)Rupanya, wanita yang berusaha untuk menggeser posisiku adalah lawan yang cukup tangguh dan juga kuat."Iya, aku tidak sedetail itu, Key. Waktu Yono dan rekan lain memperkenalkan kami, aku juga tidak paham dia siapa. Apa pekerjaannya dan juga statusnya. Aku baru tahu setelah lumayan dekat. Barulah aku mengerti bahwa dia seorang selebgram yang sering diundang sebagai inspirator wanita muda. Cukup menarik!" ujar Mas Rengga."Apanya yang menarik?" tanyaku dengan mata membulat."Eh, nggak! Profilnya, menarik! Iya, hanya itu. Karena wanita bisa mendapatkan kekayaan seperti pengusaha yang sudah bergelut menjalankan bisnis selama puluhan tahun. Tapi, Risa? Hanya dalam hitungan jari saja tahunnya, sudah bisa mendapatkan banyak properti. Banyak investor berlomba-lomba ingin bekerja sama dengannya. Mungkin saja dia pintar berbisnis. Sehingga membuahkan hasil besar!" kata Mas Rengga. Dia menopang dagu nya kembali.Kali ini pandangannya lurus ke arah depan."Halah,
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status