Semua Bab KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU: Bab 71 - Bab 80
125 Bab
73. Partner! (Bagian B)
73. Partner! (Bagian B)"Tunggu, Ibu belum selesai ngomong!" potong Ibu dengan cepat. Aku hanya bisa mendesah pelan."Apa menurutmu wajar? Dia datang dengan dandanan kurang sopan, di acara makan malam keluarga kita? Bahkan, dia sempat mengeluarkan suaranya hanya untuk menyerukan pertanyaan konyol yang sama sekali nggak lucu jika ditujukan untuk lelaki bergelar suami, apalagi hal itu diucapkan langsung di depan Ibu, yang dia tahu sebagai ibu kandung Rengga. Apa kamu ndak memikirkan, bagaimana perasaan Bapak dan Ibumu juga waktu itu? Keysa, walaupun itu hanya bergurau atau candaan. Suami orang atau sebaliknya, ndak cocok dijadikan bahan lelucon di depan keluarga besarnya! Satu lagi pertanyaan Ibu kali ini, apa kamu ndak merasa curiga dengan tatapan wanita itu yang mencuri-curi pandang ke suamimu? Bahkan, Ibu sering kali menangkap Rengga juga meliriknya sebelum semuanya menyadari. Apa Rengga sudah terbiasa begitu dengan lawan jenis selama ini? Apa menurut kamu itu hal yang wajar? Karena,
Baca selengkapnya
74. Ancaman Risa (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU74. Ancaman Risa (Bagian A)Setelah mengobrol dari hati ke hati bersama dengan Ibu tadi, aku merasa sedikit lega. Setidaknya, aku bisa berbagi sedikit beban yang aku rasa.Mas Rengga lebih banyak melamun, setelah ku dengarkan isi rekaman ku bersama dengan Risa saat kami hadir dalam undangan podcast. Entah, apa yang berusaha dia pikir. Aku sendiri tak bisa menyelami isi hati dan pikirannya saat ini. Mas Rengga sungguh terlihat kacau dan berantakan. Aku tak menyangka, seorang Risa saja bisa membuatnya seperti itu."Rengga, Keysa … lusa Ibu kembali ke Jogja, ya. Kalian harus baik-baik! Menurut Ibu, kamu sudah ndak perlu lagi ikut perjalanan dinas yang menyisir dari kota ke kota, apalagi sampai ke luar pulau. Usia kalian sudah matang, cobalah berpikir untuk masa depan. Fokus memiliki turunan, itu bisa menjadikan kalian semakin dekat. Pernikahan memang bukan hanya tentang generasi penerus, tapi apa salahnya jika kalian berusaha untuk mencoba lebih keras? K
Baca selengkapnya
75. Ancaman Risa (Bagian B)
75. Ancaman Risa (Bagian B)Aku menggeleng."Nggak usah, Mas. Jangan terlalu berlebihan!" sahutku berusaha terlihat datar. Aku hanya melengkungkan senyum dengan kondisi terpaksa."Keysa, nggak usah malu sama Ibu, suamimu ini pelaut! Tentu nggak akan oleng hanya karena membawa beban tubuhmu saja!" kata Ibu terkekeh.Aku semakin canggung, jika Mas Rengga berlaku seperti ini, sebelum insiden dengan kondisi begini. Tentu saja dengan hati yang riang gembira aku sudah naik ke atas punggungnya, tanpa dipaksa. Tapi kali ini? Rasanya risih, saat mengingat bahwa bisa jadi dia juga melakukan hal yang sama pada Risa. Sehingga aku bukanlah satu-satunya yang menaiki punggung kokohnya. Ah, pikiranku mendadak menjadi ngawur. Tak bisa terkontrol begitu saja."Key, kok malah melamun? Udah, sana! Naik ke atas, cepat istirahat. Bukankah besok jadwal mu padat?" kata Ibu mengingatkan."Iya, Bu. Tapi, sungguh, Keysa tak ingin beradegan seperti ini. Biar Keysa jalan saja, ini terlalu berlebihan!" tukasku de
Baca selengkapnya
76. Ancaman Risa (Bagian C)
76. Ancaman Risa (Bagian C) "Key, jangan begitu! Sampai kapanpun aku nggak mau pisah sama kamu! Jangan mengada-ngada pakai bahas perceraian! Karena semua itu nggak akan pernah terjadi, Keysa! Please, aku sayang sama kamu. Aku pengen punya masa depan yang baik dan tenang denganmu. Aku punya cita-cita untuk hidup bahagia bersama denganmu! Tolong lah, Key! Dengarkan aku sekali lagi, aku sama sekali nggak mau pisah sama kamu!" ujar Mas Rengga setengah berteriak."Sst! Jangan berisik, Mas! Asal kamu tahu, ya. Kalau memang kamu sayang sama aku, cinta sama aku. Punya cita-cita bahagia bareng aku dan segala tetek bengek yang bertajuk bahwa aku duniamu, seharusnya nggak akan pernah ada dia dalam kehidupan kita! Kamu, lupa Mas? Apa yang kamu bilang waktu pertama kali gundik itu menginjakkan kakinya ke rumah ini? Kamu tuli? Amnesia atau mungkin pikun?" Aku ikut berteriak. Rasanya gelora emosi yang sudah membara ingin segera kuluapkan saat ini juga."Key, kamu nggak paham! Ah, sudahlah, Key. Aku
Baca selengkapnya
77. Rengga Sakit (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU77. Rengga Sakit (Bagian A)Aku berusaha untuk memejamkan mata, namun rasanya begitu sulit sekali. Berusaha menggulingkan tubuhku ke samping kanan, lalu ke samping kiri. Terlentang, tengkurap, bahwa hingga meringkuk. Semua posisi sudah aku coba, tapi tetap saja tak ada posisi yang membuatku nyaman hingga akhirnya tertidur. Aku sungguh memikirkan pesan dari Risa tadi. Meskipun tak ada nama dan hanya sebaris nomor saja, aku bisa tahu dan dengan cepat menebak, bahwa sudah jelas dan pasti itu milik Risa. Siapa lagi memangnya? Jika bukan wanita berulat bulu.Aku menatap langit-langit kamar karena rasanya mataku tak kunjung terpejam. Hingga kemudian aku mendengar suara pintu yang berderit, tak lama tertutup kembali. Meskipun tanpa melihatnya, aku sudah tahu bahwa itu pasti Mas Rengga yang masuk. Benar saja, guncangan lembut terasa di balik punggungku. Suamiku itu sedang berusaha naik ke atas kasur dan menaikkan selimut hingga ke batas dada.Aku pura-pura
Baca selengkapnya
77. Rengga Sakit (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU77. Rengga Sakit (Bagian A)Aku berusaha untuk memejamkan mata, namun rasanya begitu sulit sekali. Berusaha menggulingkan tubuhku ke samping kanan, lalu ke samping kiri. Terlentang, tengkurap, bahwa hingga meringkuk. Semua posisi sudah aku coba, tapi tetap saja tak ada posisi yang membuatku nyaman hingga akhirnya tertidur. Aku sungguh memikirkan pesan dari Risa tadi. Meskipun tak ada nama dan hanya sebaris nomor saja, aku bisa tahu dan dengan cepat menebak, bahwa sudah jelas dan pasti itu milik Risa. Siapa lagi memangnya? Jika bukan wanita berulat bulu.Aku menatap langit-langit kamar karena rasanya mataku tak kunjung terpejam. Hingga kemudian aku mendengar suara pintu yang berderit, tak lama tertutup kembali. Meskipun tanpa melihatnya, aku sudah tahu bahwa itu pasti Mas Rengga yang masuk. Benar saja, guncangan lembut terasa di balik punggungku. Suamiku itu sedang berusaha naik ke atas kasur dan menaikkan selimut hingga ke batas dada.Aku pura-pura
Baca selengkapnya
78. Rengga Sakit (Bagian B)
78. Rengga Sakit (Bagian B)Kedua mata Mas Rengga pun tak ingin terbuka, masih saja tetap terpejam sembari mengigau. Hal itulah yang membuat aku dan Ibu merasa panik dan ketakutan. "Padahal semalam pun Mas Rengga masih baik-baik saja loh, Bu, tapi tadi waktu Keysa mau bangunin sholat Subuh, tiba-tiba aja Mas Rengga badannya panas dan menggigil. Mengigau terus!" ujarku memberi penjelasan pada Ibu. Ibu hanya diam saja, tak menanggapi perkataanku. Sampai pada akhirnya, aku mendengar suara deru mobil yang semakin mendekat."Itu kayaknya Dokter sudah datang, Bu. Biar Keysa turun ke bawah, Ibu tunggu di sini, ya!" Ibu hanya mengangguk cepat dan aku bergegas turun ke lantai bawah. Seorang Dokter dan wanita muda memakai jas putih mengekor di belakang sang Dokter turun dari mobil. Aku langsung membuka pintu dan mempersilahkannya masuk."Mohon izin, Bu. Ini Pak Rengga drop sekali tubuhnya. Nanti biar saya coba resep kan beberapa vitamin untuk memulihkan tenaga, juga obat penurun demam. Jika
Baca selengkapnya
79. Rengga Sakit (Bagian C)
79. Rengga Sakit (Bagian C)"Bu, jika Ibu ingin sarapan, aku sudah belikan Ibu makanan. Ada gado-gado, bubur ayam dan lontong sayur. Terserah Ibu mau sarapan yang mana, ada di bawah semua. Nggak papa kan kali ini Ibu sarapan sendiri? Nggak baik perut Ibu kosong terlalu lama. Biar Mas Rengga, Keysa yang menyuapi dan merawatnya, Bu!" ujarku sembari tersenyum. Aku meletakkan nampan berisi mangkok bubur, segelas air putih dan obat-obatan di atas nakas, di sana lah aku melihat benda pipih Mas Rengga dalam keadaan mati. Sepertinya, lelaki itu mematikan ponsel nya semalam, begitu pikirku. Aku mencoba untuk meng-charger ponselnya dalam posisi mati. Setelahnya, aku bersiap untuk menyuapi suamiku."Oke, Ibu ke bawah dulu. Kalau ada perlu sesuatu, kamu panggil Ibu, ya, Key!" kata Ibu sembari beranjak dari duduknya. Dia berdiri, lalu melangkahkan kakinya, beranjak pergi meninggalkanku."Siap!" Aku mengacungkan jempol dan mulai mengambil semangkuk bubur.Terdengar suara derap langkah kaki Ibu ya
Baca selengkapnya
80. Ajakan bertemu (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU80. Ajakan bertemu (Bagian A)"Kamu ini pandai sekali lah dalam membuat Ibu penasaran!" ujar Ibu dengan wajah tak sabaran."Sebentar, Bu. Ini juga sedang Keysa baca!" timpalku seraya membuka pesan yang dikirimkan oleh nomor terduga Risa.Pesan pertama yang terletak di paling atas, dikirim sekitar dini hari. Pukul tiga pagi. Wah, rupanya dia masih terjaga di saat aku sudah berkecimpung dengan mimpi indah.[Mas, aku serius. Aku tak pernah main-main. Bukankah dari awal aku selalu mengatakan bahwa aku mencintaimu? Kenapa kamu berubah saat kembali pulang? Ada apa denganmu? Apa istrimu yang super sibuk dan merasa paling sempurna itu sudah bisa mengalihkan perhatianmu dariku, Mas? Tolong, jawab, Mas! Aku tahu kalau kamu masih terjaga saat ini. Tolong balas!]Begitu lantang dan jelas aku membaca pesan pertama dari nomor asing tersebut. Aku menghela napas sejenak, kemudian melirik Ibu yang sedang menatapku dengan wajah tak karuan."Kurang ajar sekali dia, ngga
Baca selengkapnya
81. Ajakan bertemu (Bagian B)
81. Ajakan bertemu (Bagian B)Aku tercengang, membaca pesan terakhir dari Risa. Seniat itukah? Maksud aku, apa dia sebegitu terobsesinya kah dengan suamiku? Hingga rela menurunkan harga dirinya sedemikian rupa, hanya untuk mengambil perhatian dari suamiku? Oh, ya, hampir saja aku lupa.Tentu saja dia tak tahu malu, bukankah dia sudah tak mempunyai harga diri lagi? Sungguh, wanita sepertinya tak layak disebut sebagai manusia. Aku geram dibuatnya. Ku lirik Ibu yang berada tak jauh dariku, aku hanya ingin tahu bagaimana reaksinya saat mendengar aku membacakan pesan dari Risa. Apa kira-kira yang akan direncanakan oleh Ibu selanjutnya?"Apa? Dia bilang apa? Keysa, kamu yakin dia mengirimi pesan seperti itu pada ponsel Rengga? Kamu nggak salah baca kamu, Key?" tanya Ibu dengan mata membeliak lebar. Sepertinya dia ingin memastikan, bahwa semua yang aku ucapkan berasal dari pesan-pesan singkat yang sudah dikirimkan oleh nomor asing tersebut."Iya, Bu. Demi apapun, Keysa membaca sesuai denga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status