Semua Bab KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU: Bab 91 - Bab 100
125 Bab
92. Masuk Lambe Julid (Bagian C)
92. Masuk Lambe Julid (Bagian C)Ibu terlihat berpikir, lalu menghembuskan napas panjang. Hal itu malah membuatku semakin takut saja, aku takut Ibu marah dan jadi berbalik menyalahkan tindakanku yang gegabah."Nggak papa, Key!" Hanya itu yang keluar dari bibir Ibu, tapi tetap saja belum bisa membuatku merasa lega."Apa yang kamu lakukan itu sudah benar, kamu berhak untuk melakukannya, dan dia memang pantas untuk mendapatkannya," ujar Ibu seraya mengedikkan bahu.Kini, malah gantian aku yang melongo, hampir tak percaya dengan tanggapan yang diberikan oleh Ibu."Maksud Ibu? Jadi, Ibu nggak marah sama Keysa?" tanyaku tak yakin. Bahkan, aku sampai beberapa kali mengerjapkan mata."Iya, nggak papa. Itu bahkan belum seberapa. Perempuan itu harus tegas, diam bukan berarti lemah. Dan ndak selamanya diam itu akan dinilai sebagai emas. Sudah ndak zamannya. Ndak usah merasa bersalah. Itu sudah bagus, cukup untuk pembukaan, setidaknya dia tahu bahwa kamu sudah berusaha untuk memperingatkan dengan
Baca selengkapnya
93. Masuk Lambe Julid (Bagian D)
93. Masuk Lambe Julid (Bagian D)Aku pun setuju, dengan begitu aku tidak perlu bolak-balik dan berkeliling di jalanan lagi hanya untuk memgambil mobil yang sudah selesai diperbaiki.Aku hanya tinggal menunggu di rumah, menanti mobilku datang dan membayar sesuai dengan tagihan yang sudah disepakati.Kulihat Mas Rengga masih saja terlelap, aku tak tahu dia sakit apa sebenarnya. Aku memutuskan, jika esok hari masih panas, maka aku akan segera membawanya ke Rumah Sakit saja. Aku juga merasa khawatir padanya.Setelah selesai melihat kondisi Mas Rengga, aku turun ke bawah untuk menemani Ibu dan mengobrol dengannya."Keysa hanya takut, Bu, jika nantinya kejadian ini akan merusak citra Keraton dan membawa identitas Keysa sebagai menantu. Sebenarnya juga Keysa nggak tahu, bagaimana jika berita ini viral nantinya. Tapi, selama belum ada bukti, ya, Keysa akan anggap saja Risa sebagai perempuan yang halu, begitu kan ya?" tanyaku meminta saran pada Ibu."Sudah, nggak usah terlalu kamu pikirkan. Su
Baca selengkapnya
94. Rengga Ragu (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU94. Rengga Ragu (Bagian A)Aku bingung, sama sekali nggak menyangka akan se-dahsyat ini postingan yang dibagikan oleh seseorang.Aku sudah mengira, bahkan sudah memperhitungkan apa saja kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, andai video tadi tersebar. Tapi, sungguh aku tidak akan pernah mengerti, bahwa respon dari netizen bakal seantusias ini.Tanpa sadar, aku berjalan melangkah perlahan menghampiri Ibu, lalu duduk di sampingnya. Mataku masih menatap layar ponsel dan membaca semua komentar yang bertubi-tubi membanjiri postingan tersebut. Hampir sembilan puluh persen, mereka pro padaku, mendukung dan bahkan hingga mengumpat dan menandai akun Risa. Tapi, lima persen lagi seperti membela Risa, yang malah berujung diserang oleh netizen dan menuduh sebagai pendukung pelakor. Dan yang lima persen sisanya lagi, tampak netral dan mendoakan agar semua terselesaikan dengan cara baik-baik. Jujur, saat ini pun tanganku gemeteran. Aku juga tidak menyangka,
Baca selengkapnya
95. Rengga Ragu (Bagian B)
95. Rengga Ragu (Bagian B)Masalahnya, mereka mengundangku untuk datang bersama dengan Risa. Agensiku pun bilang, bahwa aku harus segera meluruskan masalah ini, satu-satunya ya, dengan datang dan muncul langsung bersama dengan Risa. Tak ada pilihan lain, itu pun jika aku masih menginginkan karirku di sosial media aman dan kembali tenang seperti semula. Jika tidak, atau menunggu berita meredup. Mungkin akan semakin banyak netizen yang bertanya-tanya dan merasa tidak puas. Lalu mereka mulai meninggalkan ku dan akhirnya akunku akan sepi dari tawaran atau job-job lainnya."Kenapa lagi? Memang susah jika harus berurusan dengan publik. Apalagi kamu seorang wanita penebar inovatif di kalangan perempuan lain. Mau atau tidak, cepat atau lambat, ya harus mau muncul. Atau kalau tidak, kamu bisa datang bersama dengan Rengga. Tapi, itu nanti. Setelah Rengga pulih, kasihan dia jika tertekan dan menjadi jatuh sakit. Sepertinya, Ibu rasa kalian memang harus segera bertemu bertiga. Untuk meluruskan
Baca selengkapnya
96. Rengga Ragu (Bagian C)
96. Rengga Ragu (Bagian C)Aku tercekat, rupanya dada ini masih saja berdegup dengan cepat saat dia memperlakukan ku sehangat ini. Namun, dengan perlahan, aku mulai menarik tanganku kembali.Mas Rengga malah semakin mengeratkan genggaman tangannya."Di sini saja, Key. Jangan pergi!" ujar Mas Rengga dengan suara lirih.Aku kembali terdiam, dan akhirnya berujung pasrah merelakan tanganku dalam dekapannya.Menjelang Magrib, Mas Rengga terbangun. Sehingga mau tak mau membuatku terbangun pula. "Bisa jalan, Mas? Mau mandi?" tanyaku saat melihat dirinya mulai menurunkan kedua kaki dari tempat tidur. Gerakannya lemah sekali hingga membutuhkan waktu sedikit lama hanya untuk menapakkan kaki di atas lantai."Sudah, kamu istirahat saja. Kasihan kamu capek! Aku cuma mau buang air kecil," pamitnya dengan seulas senyum. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat. "Biar aku bantu!" Aku langsung beranjak turun dan memapahnya secara perlahan. Tangan Mas Rengga cukup berat berada di leher ku, namun dengan
Baca selengkapnya
97. Obrolan (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU 97. Obrolan (Bagian A) "Bagaimana bisa kamu menyiram suamimu sendiri seperti tadi, Key? Apa yang sudah dilakukan Rengga padamu?" tanya Ibu yang kini melirik ke arahku dengan pandangan menyelidik. Lalu, beralih menatap Mas Rengga. Tangannya dengan gesit membantu mengusap dada dan sebagian tubuh Mas Rengga yang terkena siraman air, Ibu juga yang sudah membantu suamiku melepaskan pakaiannya. Aku hanya mendengus kasar. Dadaku bergemuruh dan napasku mulai naik turun tidak stabil. Aku tahu, Ibu pasti tidak terima melihat aku bersikap seperti itu, dia akan mengira aku sudah berani kurang ajar kepada suami sendiri. Apalagi, Ibu tidak tahu, apa penyebabnya sehingga aku bertindak senekat itu. "Lebih baik Ibu tanyakan sendiri pada anak semata wayang Ibu! Maaf ya, Bu, Keysa sama sekali nggak bermaksud untuk kurang ajar pada Ibu, apalagi suami sendiri. Tapi, perkataan dan sikap Mas Rengga sudah berlebihan, dia keterlaluan!" ujarku dengan mata menatap tajam k
Baca selengkapnya
98. Obrolan (Bagian B)
98. Obrolan (Bagian B)Aku membiarkannya, memberinya waktu untuk berbicara. Sudah lelah aku, dari tadi menanggapinya, memberikan ruang dan jeda waktu untuk mengobrol dengan jelas. Tapi, dia malah berbelit tak karuan. Jadi, ku biarkan saja dia semaunya."Soal Risa, aku mohon jangan pernah berniat untuk melukainya sedikit pun, apalagi menyakitinya, Key! Aku mohon dengan sangat padamu," ujar Mas Rengga dengan suara lirih sekali.Ponsel dalam genggaman tanganku, langsung terjatuh begitu saja di atas kasur. Aku menoleh padanya, hati ini sudah tak tahu lagi, bagaimana rasa dan bentuknya. Mungkin, sudah hancur berkeping atau terbelah-belah.Mataku memanas, seakan cairan bening dari dalam sana berdesak-desakan dan siap untuk turun. Namun, dengan sekuat tenaga aku coba untuk tahan. Aku tidak ingin menangis dan dianggap lemah olehnya. Apalagi, jika dia sampai berhasil untuk meraih tubuhku, lalu membawanya dalam dekapan. Ah, tidak, membayangkannya saja rasanya aku tak mau."Apa kamu bisa mengul
Baca selengkapnya
99. Obrolan (Bagian C)
99. Obrolan (Bagian C)"Oh, apa kemungkinan. Puluhan abdi negara yang berangkat saat itu hatinya tengah terisi penuh? Sehingga kamu saja yang mempunyai rasa kosong di sini?" tanyaku dengan mata nyalang. Aku menunjuk dadanya dengan senyum menyeringai."Bukan begitu, sebenarnya banyak juga bagian dari mereka yang menjalani hubungan begini di luar sana. Bahkan, yang lebih parah dari aku pun banyak, Key! Tapi kamu tenang saja, aku nggak pernah macam-macam ataupun bertingkah kurang ajar padanya. Aku bisa jamin itu! Hanya saja, ada satu hal yang membuatku tak bisa lepas darinya, Key, setidaknya dalam waktu dekat. Aku butuh waktu, untuk memperbaiki dan meluruskan semuanya, hingga tuntas! Aku harap kamu bisa sabar untuk menunggu!" ujar Mas Rengga dengan wajah tanpa dosa."Hahaha hahahahaha!""Key, kenapa?" tanya Mas Rengga tiba-tiba merasa bingung."Hahaha hahahahaha hahaha!" Aku kembali tertawa."Key!" ujar Mas Rengga dengan wajah panik."Hahahahaha hahahahaha!" Kali ini, aku semakin terbaha
Baca selengkapnya
100. Persyaratan keysa (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU100. Persyaratan keysa (Bagian A)"Maksud kamu bagaimana, Keysa?" tanya Mas Rengga yang kini menatapku dengan pandangan nanar. Aku pun tak tahu, apa bibir ini masih sanggup mengucap sepatah dua patah kata lagi, sedangkan hatiku sudah remuk sekali di dalam sini."Aku rasa kamu sudah tahu, Mas, apa maksudnya. Sekalipun kita harus bercerai pun kamu rela? Demi mempertahankan dia?" ulang ku dengan tegas. Aku menghapus air mata yang jatuh perlahan membasahi pipi."Di awal aku menjalani hubungan dengan dia, aku sudah memikirkan untuk segala jenis kemungkinan yang akan terjadi. Aku nggak mau kamu pergi, Keysa. Aku juga nggak siap hidup tanpa kamu, sungguh. Bukannya aku nggak berniat untuk memilih salah satu di antara kalian. Semuanya terlalu berat buat aku, Key. Itu pun bukan sesuatu yang mudah untuk diakhiri, Key, apalagi kamu yang memintanya. Sama dengan sebaliknya, aku pun juga tidak akan pernah mengakhirinya denganmu, sekalipun dia yang meminta dan memaks
Baca selengkapnya
101. Persyaratan keysa (Bagian B)
101. Persyaratan keysa (Bagian B)Jika kalian bertanya, apa yang membuat ku yakin dan menerima lamaran darinya beberapa tahun yang lalu?Maka, aku akan menjawabnya dengan hati berbunga-bunga dan mata berbinar.Romo dan Kanjeng Nyai, alias Ayah dan Ibu mertuaku, merupakan pasangan yang paling ideal dan cocok dijadikan panutan. Dengan gelar kesultanan yang mereka miliki, Romo sekali bersih dari urusan selir dan wanita manapun. Dia begitu romantis, hangat dan setia terhadap Ibu mertua. Walaupun pembawaannya sebagai pemimpin terlihat tegas, penuh wibawa dan bijak. Namun, sekalipun aku tidak pernah melihat Romo berkata kasar pada Ibu mertua.Dari situlah aku mulai berpikir, bahwa ayah dan ibu mertua saling menyayangi, potret keluarga cemara yang harmonis, sama dengan kehidupan ku. Dan aku mulai yakin, aku berpikir bahwa anak yang tumbuh besar di keluarga yang harmonis, akan bisa menjadi suami dan ayah yang baik kelak. Karena aku mengira begitu, Mas Rengga akan mencontoh sikap dan sifat ya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status