Semua Bab KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU: Bab 21 - Bab 30
125 Bab
22. Tamu Spesial! (Bagian B)
22. Tamu Spesial! (Bagian B)Kami larut dalam keasyikan mengolah makanan. Hingga tak terasa waktu pun sudah siang. Hari ini aku ada kelas yang harus diberikan materi selama kurang lebih dua jam, tiga jam lah jika dihitung dengan jarak pulang-perginya juga.Mas Rengga memaksaku untuk mengantar jemput. Karena tak enak menolak dan dipaksa juga oleh Ibu, jadilah aku menurut saja. Untuk hari ini, aku akui bahwa Mas Rengga sukses men-treat-ku like a Queen.Seperti pasangan bucin yang biasanya muncul di sosial media sebagai trending topik. Hanya saja, jika dia melakukannya jauh sebelum aku mencium aroma perdustaan yang dia berikan, tentu dengan senang hati ... aku pasti merasa menjadi seorang wanita yang paling beruntung di dunia. Tapi, jika sekarang? Yang ada malah muak tak berkesudahan.Aku tak tahu, apa yang dilakukan Mas Rengga selama aku mengajar di kampus. Yang jelas, mobil masih tetap di posisi semula saat aku selesai mengajar dan menghampirinya di parkiran kampus. Dengan pakaian dan
Baca selengkapnya
23. Penolakan dari Ibu! (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU23. Penolakan dari Ibu! (Bagian A)"Penyanyi dangdut? Awas, modus penipuan sepertinya, Key!" timpal Bapak dengan wajah panik."Tunggu, biar Keysa yang coba lihat!" sahutku mengangguk mantap. Dengan langkah terburu, aku melihat ke depan. Bisa ku tengok dari jendela, ternyata Risa dan beberapa antek-nya sedang celingukan di depan rumahku."Astaghfirullahaladzim. Kenapa aku bisa lupa kalau sudah janjian dengannya hari ini. Tapi kan aku bilang malam, kenapa dia terburu-buru datang di kala senja begini? Aku jadi bingung, mana ada Bapak dan Ibu juga di dalam. Apa sebaiknya aku biarkan dia masuk? Atau bagaimana?" racauku dengan suara lirih. Sedangkan, aku sendiri. Bisa-bisanya lupa karena keasyikan mengobrol dan menyambut kedatangan orang tuaku hari ini, hingga sama sekali tak ingat jika aku menyuruh Risa untuk datang ke mari.Rupanya, dia benar-benar tinggi sekali nyalinya. Dia tak tahu berhadapan dengan siapa? Jika dia merasa menjadi gundik kelas kakap, m
Baca selengkapnya
24. Penolakan dari Ibu! (Bagian B)
24. Penolakan dari Ibu! (Bagian B)Karena memang dandanan Risa hari ini sungguh terlihat berani dan sudah melebihi batas menurutku. Apalagi jika untuk menghadiri undangan dari istri sah yang lelakinya dicuri olehnya. Saat ini, Risa mengenakan rok span berbahan jeans di atas paha, dengan atasan model crop tee tanpa lengan yang dipadukan dengan jaket sebatas siku, berwarna hitam. Namun dia kenakan dengan model seperti blazer, alias tidak dikancingkan. Sehingga menampilkan sedikit dadanya yang putih mulus itu.Risa juga mengenakan perhiasan yang begitu mencolok, dengan anting-anting lebar berbentuk lingkaran yang cocok jika dipakai untuk gelang tangan. Gelang berwarna gold setebal jam tangan dan heels setinggi tujuh sentimeter berwarna merah tampak begitu silau dalam pandangan mata. Belum lagi, rambutnya yang berwarna emas, dia biarkan tergerai dengan ujungnya dibuat ikal. Kacamata bertengger di atas kepala dan make up dengan kesan bold begitu terlihat jelas. Pantas saja, jika Ibu mert
Baca selengkapnya
25. Penolakan dari Ibu! (Bagian C)
25. Penolakan dari Ibu! (Bagian C)"Sekali lagi, saya mohon maaf, Bu. Kebetulan saya ini temannya Mas Rengga juga!" kata Risa tak tahu malu, bahkan kini wanita itu mendekat. Risa menghampiri Ibu, lalu meraih punggung tangan Ibu mertuaku untuk dia cium.Ibu hanya diam saja, lalu menarik tangannya dengan cepat. Dan yang membuatku tertawa lebar, Ibu malah mengelap tangannya pada ujung baju yang dia kenakan. Entahlah, apa maksudnya. Aku rasa si Risa ini juga mungkin terasa kesindir."Walah dalah. Ndak bener ini Rengga. Nemu di mana dia betina macam begini ya, gusti. Setahu Ibu, Rengga itu tipe anak pemalu. Oh, ya, Key. Mbok, ya, kamu pinjemi saja gamis atau bajumu lain yang lebih sopan. Kasihan dia ini, baju adiknya yang dipakai. Lihat itu, udelnya ke sana ke mari dipamerkan. Takut nanti masuk angin, di sini kan full AC. Takutnya dia ndak tawar nanti, malah sakit. Kita yang disalahkan!" kata Ibu seraya menunjuk pusar Risa yang terekspos dengan jelas. Tentu saja aku langsung melihat ekspre
Baca selengkapnya
26. Tidak bisa disaingi! (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU26. Tidak bisa disaingi! (Bagian A)"Atau mungkin, kau mau pulang saja?" tanyaku seraya memastikan. Dengan mesra, aku membalas pelukan Mas Rengga yang berada di pinggulku. Tak lupa, tanganku dengan manja mengusap perut Mas Rengga dan jariku dengan lincah menari kecil di sana. Sebetulnya, aku merasa risih. Tapi, mau bagaimana lagi. Aku harus pandai memainkan drama untuk sementara ini. Sedangkan kulihat, Risa tak merespon pertanyaan ku. Dia malah asyik memperhatikan sikap mesraku dengan Mas Rengga."Aw, geli!" pekik Mas Rengga seraya tertawa. Sontak, membuat bola mata Risa mendelik sempurna. Mas Rengga yang tak sengaja, langsung menatap Risa dengan pandangan merasa bersalah. Namun, aku bisa melihat jika Risa mengalihkan tatapannya pada suamiku. Kentara sekali dia sedang marah karena membuang muka. Mungkin dia kepanasan melihat aksi mesra yang kami tunjukkan."Ayo, kita makan! Ini tamunya kebetulan sudah datang!" ajakku seraya berjalan ke meja makan
Baca selengkapnya
27. Tidak bisa disaingi! (Bagian B)
27. Tidak bisa disaingi! (Bagian B)"Kan dia kaya, Bu! Wong sugih, di usianya yang baru menginjak dewasa ini. Dia pengusaha termuda wanita yang mempunyai kekayaan di atas rata-rata, loh! Bukankah itu sesuatu yang membanggakan? Dia bahkan dikagumi oleh siapa saja!" kataku seraya mengangguk."Lah, kamu kagum ndak loh, sama dia?" tanya Ibu yang kini memandangku."Eh, anu. Ya, nggak, sih. Soalnya kan, aku ndak kenal. Cuma, ya. Bisa dibilang dia memang menakjubkan. Untuk ukuran wanita sukses, bisa lah dia menang kan!" sahutku dengan tidak rela. Karena jujur saja, sebetulnya aku juga kagum padanya. Namun, itu dulu. Sebelum aku tahu kalau dia menjadi duri dalam rumah tanggaku. Alias saat itu, aku hanya mengenalnya lewat sosial media yang sering diperbincangkan oleh jajaran pengusaha lainnya."Di mata Ibu, wong sugih itu ndak ada yang membuat kagum pada dirinya! Lah, dia paling sugih katanya. Tapi buat beli baju berbahan saja dia ndak sanggup. Masak bertamu ke rumah teman pakaiannya kayak gi
Baca selengkapnya
28. Hukuman dari keluarga Ningrat! (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU28. Hukuman dari keluarga Ningrat! (Bagian A)"Lah, kenapa ndak jadi? Apa malu?" tanya Ibuku yang kini ikut memperhatikan gerak-gerik Risa. Wanita itu hanya menggeleng dan melanjutkan makannya. Sedangkan Ibuku? Hanya mengedikkan bahu saja."Sudah, toh, Besan. Biarkan saja!" kata Ibu mertua dengan suara lembut dan Ibuku hanya mengangguk mengiyakan.Suasana yang tercipta cukup hening selama beberapa menit, hanya ada suara piring dan garpu yang sesekali beradu, suara air yang melewati tenggorokan sang peminum serta suara kunyahan yang terdengar begitu samar"Kamu usianya berapa?" tanya Ibu mertua berhasil memecah keheningan."Baru 25 tahun!" jawab Risa seraya menatap Ibu dengan pandangan sayu."Belum punya pacar? Atau mungkin sudah punya niatan untuk menikah?" tanya Ibu mertua kali ini meletakkan sendok nya di atas piring. Pertanda bahwa wanita setengah baya itu sudah selesai makan."Pacar sudah ada, malahan hubungan kami sudah bisa disebut sebagai hub
Baca selengkapnya
29. Hukuman dari keluarga Ningrat! (Bagian B)
29. Hukuman dari keluarga Ningrat! (Bagian B)Hanya saja dia belum tahu, bahwa si Risa inilah yang menjadi biang keladi akan hancurnya rumah tangga anaknya yang tercinta ini."Ndak bisa dipastikan loh, Besan. Apa Besan sendiri tidak lihat atau mungkin mendengar? Banyak itu kasus yang berseliweran di dalam Televisi. Biasanya orang yang terlihat alim sekalipun, ternyata bisa juga menjadi duri untuk rumah tangga orang lain. Bahkan banyak kasus yang menjual dan mengatasnamakan agama untuk mengesahkan hubungan yang seharusnya tidak pantas untuk dilanjutkan seperti itu. Sudah sering saya ini bolak-balik melihat siaran Televisi dan juga acara yang begituan. Apalagi didukung dengan tetangga kanan-kiri dan beberapa orang yang kita kenal pun, ternyata masuk ke dalam lingkaran yang sama. Naudzubillahimindzalik!" ujar Ibu mertua saya menggelengkan kepalanya dengan kuat."Makanya. Jangan sampai lah begitu. Keluarga keturunan saya pribadi pun meskipun bukan dari golongan ningrat, yang berdarah biru
Baca selengkapnya
30. Tingkah Gila Risa! (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU30. Tingkah Gila Risa! (Bagian A)"Pelan-pelan! Ini minum!" ujarku seraya menyodorkan segelas air putih padanya. Risa dengan cekatan langsung menenggaknya hingga tandas. Rupanya dia terkena mental serangan yang bertubi-tubi dari keluarga kami. Ini masih keluarga kecil, belum lagi dengan keluarga besar Ibu nantinya? Hahaha. Aku jadi ingin tertawa terus."Kamu kenapa, toh? Kok ndak ati-ati?" tanya Ibu mertua. Wajahnya dengan penuh selidik mengarah tajam ke arah Risa yang kini hanya menggeleng lemah. Dia mengusap bibirnya dengan tisu, lalu menggenggamnya erat. Mungkin wanita itu sedang dilanda emosi tingkat tinggi. Entahlah."Nggak, saya nggak papa!" sahut Risa dengan wajah menunduk. Sepertinya dia malas untuk menyahut, atau mungkin saja tak punya nyali karena seperti terkepung. "Terus terus? Masak nggak diberikan kelonggaran atau toleransi, Bu?" tanyaku semakin antusias. Aku begitu ingin Ibu mertua memberikan penjelasan. Setidaknya, agar hal itu b
Baca selengkapnya
31. Tingkah Gila Risa! (Bagian B)
31. Tingkah Gila Risa! (Bagian B)"Apa, tuh?" tukasku dengan cekatan."Ibu kan punya itu penjara bawah tanah di Keraton. Nah, Ibu akan taruh itu wanita yang ndak tahu malu di sana. Biar kan dia ndak usah dikasih makan. Atau paling ndak, ya, dikasih lah sehari sekali saja, sepiring cukup. Biarkan dia menjadi kurus kering. Biarkan juga dia itu tidur berselimut dingin dan gelapnya malam. Apalagi ditemani dengan tikus dan kawan-kawannya. Atau mungkin kalau si wanita itu memang bertindak di luar batas, ya, mungkin Ibu juga bisa bertindak di luar batas serta. Nanti, setelah kurang lebih 3 bulan diperlakukan seperti itu di bawah tanah. Barulah Ibu akan memanggil penghulu untuk menikahkan mereka. Itu saja jika pihak lelaki nya masih mau!" sahut Ibu dengan wajah tenang."Wah, sekarang giliran saya yang ngeri, Besan! Hebat, ya. Ternyata Besan sudah ancang-ancang mempersiapkan kemungkinan terburuknya untuk keluarga Ningrat. Salut!" seru Ibuku seraya bertepuk tangan kecil.Sedangkan Ibu mertua, h
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status