All Chapters of Tawanan Mertua Kakak: Chapter 11 - Chapter 20
178 Chapters
Bab 11
Bab 11 11082022 Bayi perempuan itu menangis kencang. Amina menangis, bingung dan ketakutan. Tangannya gemetaran memegang bayi yang masih berlumuran darah. Dengan tali pusar yang masih melilit sang bayi, Amina berjalan tertatih-tatih membawa bayinya ke luar kamar mandi. Dia mencari benda tajam untuk memotong tali pusar. Mata Amina menyisir tiap sudut gudang. Saat ia didera rasa putus asa, ujung matanya menangkap benda berkilau di bawah tumpukan sak berisi sekam. Gadis itu mengambilnya dan ia memekik kecil mengetahui benda itu adalah sebuah pisau! Bergegas Amina membersihkan pisau itu dengan baju daster yang di pakainya. “Bismillah!” Ia memotong tali pusar putrinya dan membungkus bayinya dengan kain panjang, setelah sebelumnya ia bersihkan darah yang menempel di tubuh anaknya dengan air mineral. Secara naluri Amina langsung menyusui bayinya. Bayi itu menyusu dengan begitu kuatnya. Rasa sakitnya telah hilang, berganti dengan rasa lelah. Sambil menyusui bayinya, ia terkantuk-kantuk
Read more
Bab 12
Bab 1212082022Amina mengibas-ngibaskan kain di atas bayinya. Mulutnya menggerutu kesal pada nyamuk yang menyerang tubuh bayinya. Ia kasihan sekali, muka Ayang merah-merah. Karena Ayang tidak memiliki pakaian, maka ia menggunakan kaosnya.Nyamuk di dalam gudang beras besar-besar dan ganas-ganas. Gigitannya menyakitkan, meninggalkan jejak merah. Dulu badan Amina menjadi sasaran empuk mereka, tapi setelah lama tinggal di situ badannya mulai kebal.Tapi tidak untuk Ayang. Bayi itu baru beberapa hari dilahirkan. Kulitnya teramat sensitif. Otak Amina berpikir bagaimana menyelamatkan Ayang dari serangan nyamuk.Setelah menidurkan Ayang, Amina menemukan ide. Dia membuat tudung bayi dari karung beras yang tidak terpakai dan menjalinnya dengan tali rafia yang ia temukan. Kemudian ia merangkai kayu-kayu sisa tatakan beras menjadi sebuah kotak untuk tempat tidur Ayang.Amina menaruh sekam, dan di atasnya ditutupi dengan karung goni, setelah itu ia tutup lagi dengan kaosnya yang sudah robek lalu
Read more
Bab 13
Bab 13 13082022 Ajeng mengancamnya! Jazuli tersenyum sinis menatap menantunya dingin. Rakus juga kau! Kau pikir aku takut dengan ancamanmu? pikir lelaki tua itu. “Setelah ini, apa Ibu masih ingin shopping?” tanya Jazuli mengalihkan perhatiannya. “Sekalian kita ajak Ajeng dan Wahyu?” “Gak usah Pak, kita pulang saja. Ibu males belanja dengan Ajeng. Dia belanjanya lama, muter-muter gak karuan. Ibu nanti yang capek.” Sri menolak secara frontal. “Ya sudah, kalau gitu kita pulang.” “Sebentar Pak, makanan ini siapa yang bayar?” tanya Ajeng. Sri melotot. “Ya Allah Jeng, kamu pelit banget sama mertua sendiri!” Wahyu menengahi, otaknya dia sudah buntu menghadapi kelakuan Ibu dan istrinya. “Ma, Papa yang bayar. Apa itu menjadi masalah buat Mama?” “Ya gak gitu juga sih Pap, kan yang ngajak makan malam, Bapak. Mestinya Bapak yang bayarin makanannya, bukan kita.” Ajeng membela dirinya. Jazuli mendengkus kesal ke arah Ajeng. “Sudah jangan ribut! Biar Bapak yang bayarin makanannya.” Jazuli
Read more
Bab 14
Bab 1413082022“Bagaimana Ibu bisa tahu Bapak di sini?” Jazuli kaget. Ia berusaha menguasai emosinya.Sri tertawa sinis. “Kamu kaget ya Pak. Kamu pasti tidak mengira aku akan menemukan bangkai busuk yang kamu sembunyikan.” Dirinya merasa menang. “Aku tadi pura-pura tidur, lalu mengendap-endap keluar mengikutimu.”Semua yang pertanyaan yang menggantung di kepala Sri kini terungkap jelas, tanpa repot menyewa detektif.Dengan tenang Jazuli menghampiri Sri sambil memegang kedua tangan perempuan yang telah dinikahinya hampir 35 tahun. “Jangan marah Bu, biar Bapak jelaskan duduk perkaranya!”Sri diam. Ia kecewa, hatinya patah mengetahui suaminya berpaling darinya. Satu hal yang paling menyakitkan hatinya adalah lelaki itu menyembunyikan seorang gadis muda di gudang beras di rumah mereka tanpa ia tahu.Tapi didikan ibunya telah terpatri dalam jiwa Sri. Ibunya Sri mengajarkan dia untuk mendem jero dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Meski dirinya limbung. Ia berusaha tegar.Dengan bantuan
Read more
Bab 15
Bab 1512082022Berhari hari Sri mengatasi rasa nyeri di hati menerima kenyataan pahit dalam hidupnya.Sebelum akhirnya dia memutuskan dengan berat hati, mendukung keputusan Jazuli, menyekap Amina dan anaknya.Namun, diam-diam Sri menduplikat kunci gudang dan menyimpannya dengan hati-hati.Jazuli sudah berangkat kerja, sedangkan Mbok Jum sedang pergi ke pasar. Sri buru-buru pergi ke gudang menengok Amina.Di tangan kirinya membawa kresek besar dan tangan kirinya membawa rantang.Sebelum membuka pintu gudang, Sri menengok ke kiri dan ke kanan.Sri terkejut karena Jazuli telah menyekat setengah bangunan dengan terali besi kokoh seperti sebuah penjara.Mungkin lelaki itu takut Sri akan membebaskan Amina.Menariknya, Jazuli melengkapi penjara yang dibuatnya dengan kursi, meja dan ranjang dengan kasur spon."Amina," sapa Sri dari luar terali besi. Ia tidak bisa masuk ke sana. Karena tidak memiliki kunci.Kedatangan Sri mengejutkan Amina yang sedang menyusui anaknya.Amina meletakkan bayiny
Read more
Bab 16
Bab 16 15082022 "Om, tolong buka ikatannya! Jangan pergi dulu!" "Tolong Om, jangan ringgalkan aku begini, kasihan Ayang. Dia perlu ASI." Amina berteriak memanggil Jazuli. Namun, Jazuli tidak mendengarkan teriakan Amina. Lelaki itu pergi dan menutup pintu setelah puas memuaskan hasratnya. "Dasar lelaki tua gila! Bajingan! Kamu memang tak berperasaan!" Seribu rutukan dilontarkan dari mulut Amina, hingga tenggorokannya kering. Perempuan itu menunduk, menyadari apa yang dilakukannya sia-sia. Tangisan Ayang terdengar memilukan,bayi itu merintih.dan frustrasi. Ia kehausan dan tak tahu harus melakukan apa.Sama seperti Amina. "Ayang, tolong berhentilah menangis, Ibu tahu kamu kehausan. Bertahanlah cinta. Ibu masih terjebak di jeruji ini." Amina berjuang membebaskan pergelangan tangan dengan menggerak-gerakkan tangannya. Sayangnya ikatan Jazuli sangat kuat. Mendengar suara ibunya. Ayang berhenti menangis. Dia seperti tahu ibunya dalam masalah. Karena lelah, Amina ketiduran. Dia terb
Read more
Bab 17
Bab 17 16082022 “Ini tugas Ibu, Bapak gak mau tahu, gimana cara Ibu supaya Wirda dan suaminya menjauh dari gudang itu. Jangan sampai mereka tahu keberadaan Amina.” Suara Jazuli menekan Sri. Ia bersiap-siap pergi ke toko, tapi terlebih dahulu ia berencana mau menengok Amina. “Apa bakwannya masih ada? Aku mau membawakan sedikit buat Amina?” lanjut Jazuli. Sri mengangguk lalu melangkah ke pergi ke dapur menyiapkan permintaan suaminya. Hati perempuan itu diliputi kebingungan bagaimana caranya menangani Wirda. Tidak mungkin dia berterus terang. “Dor!” Wirda mengagetkan Sri. Dia memeluk tubuh sang Ibu. Sulungnya bersikap manja. “Kamu ini lho ngagetin Ibu saja!” protes Sri sambil tersenyum. Dia menyodorkan piring yang berisi bakwan kepada Wirda. “Apa sih yang Ibu pikirkan? Kok melamun begitu” tanya Wirda manja. Tangannya mencomot satu bakwan dan melahapnya habis. “Ibu gak mikir apa-apa.” “Bohong! Mata Ibu gak bisa membohongi Wirda. Ayolah Bu, ceritakan pada Wirda.” Dia mengelus tanga
Read more
Bab 18
Bab 1817082022Ekor mata Wirda menangkap sekelebat bayangan putih di dekat rumpun bambu. “P-pocong, p-pocong itu Mas!” Kakinya gemetaran.Kemudian terdengar tawa melengking yang membuat tubuh Wirda dan Bambang kaku.Bambang mencolek istrinya. “Lari Dek, lari!” Ia aslinya penakut berlari terbirit-birit mendahului istrinya kembali ke rumah. Tapi ia salah belok. Mestinya ke kanan, ia malah berlari ke kiri.“Mas, tunggu!” kejar Wirda ketakutan. Sayangnya sang suami sudah jauh. Di luar amat pekat, wanita itu mengandalkan instingnya untuk berlari dan tanpa sengaja kakinya menginjak batu. Kakinya terkilir.Tanpa bisa dicegah, badannya oleng dan menubruk tong sampah. “Aduh! Mas, aku jatuh! Kakiku sakit” tangis Wirda tertahan. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Suaminya tidak ada. Sedangkan suara perempuan tertawa masih terdengar di belakangnya. “Ampun-ampun saya gak mau ganggu kamu lagi.” Wirda benar-benar ketakutan, saking takutnya sampai kencing di celana. Kemudian dengan terpincang-pincan
Read more
Bab 19
Bab 19 18082022 Muka songong Ajeng tambah gak enak dilihat. Dia langsung duduk di amben dan duduk dengan menyilangkan kaki. Perut Wirda menjadi mulas saking enegnya melihat sikap adik iparnya itu. “Kamu tuh ya, datang mestinya ucapkan salam dulu kek, cium tangan ibu mertuamu kek. Eh kok malah duduk kayak Bos. Gak menghargai Ibu sama sekali!” Mulut Wirda tak tahan untuk mengomentari Ajeng. “Ye, suka-suka saya dong, kok situ yang bawel.” Ajeng tak mengindahkan teguran kakak iparnya. Mulut Wirda langsung mengerucutkan mulutnya. Bener-bener nih anak, gak punya sopan santun sama sekali. Keluhnya dalam hati. “Sudah-sudah, jangan ribut di dapur.” Sri melerai anak dan menantunya. “Wahyu mana Jeng?” Ajeng mengedikkan bahunya. “Gak tahu, mungkin ngobrol sama Mas Bambang di depan.” “Daripada kamu nganggur, tolong buatkan minum untuk Wahyu dan mas iparmu. Kalau bikin minuman kurangi gulanya. Ibu gak mau anak dan menantu Ibu kena diabetes,” pinta Sri. “Hih, ngapain saya yang buat? Terus
Read more
Bab 20
Bab 20 19082022 Sri pura-pura tak mendengar teriakan Ajeng. Dia mempercepat langkahnya dan tertawa dalam hati. “Mampus kamu!” “Ibu tolongin saya,” teriak Ajeng berulang kali. Perempuan itu jengkel luar biasa, ibu mertuanya mengabaikan teriakannya. Sri membalikkan badan. “Gak usah teriak-teriak dan membohongi Ibu kamu kena gigit ular deh. Itu gak lucu sama sekali.” Ia mengatakannya dengan nada bengis. “Siapa yang bohong! Lihat nih, betis saya luka.” Ajeng mengangkat celana kulotnya. Kemudian Sri berteriak memanggil Wahyu dan Bambang. “Wahyu! Bambang, cepat kemari, Ajeng digigit ular!” Setelah itu Ajeng dibawa ke rumah sakit. Sri ikut menemani Wahyu. Kejadian tentang Wirda yang melihat pocong serta Ajeng yang digigit ular, menjadi buah bibir orang-orang kampung. Mereka semakin mempercayai ada mahluk menyeramkan yang menghuni gudang beras. Mahluk-mahluk ghoib itu marah ketika Wirda dan Ajeng ingin mengusiknya. Selepas itu tak ada orang yang berani mendekat. Cerita-cerita hantu
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status