All Chapters of Tawanan Mertua Kakak: Chapter 41 - Chapter 50
178 Chapters
Bab 41
Bab 41 08092022 Berkali – kali Amina menarik napas dalam meredakan panik yang melandanya. Wajah perempuan cantik itu pucat pasi, tangannya gemetar memegang lengan kursi pesawat Garuda yang baru terbang landas menuju Jakarta. Ingatan akan jatuhnya pesawat yang menewaskan seluruh penumpang membuat denyut nadi wanita itu berdetak kian cepat. Ia ingin turun, tapi tak enak hati dengan Eril. Dia memegang dadanya, merasakan napas yang tak beraturan. Sebenarnya Amina meminta menggunakan moda transportasi darat ke Jakarta. Tetapi lelaki itu bersikukuh tetap menggunakan pesawat dengan dalih tak mau membuang – buang waktu. Sembari mengambil napas, Amina menoleh kepada Eril. Namun, Amina tak menduga, pria itu juga memperhatikan Amina. Sejenak mereka beradu pandang. “Eril melemparkan senyumnya pada Amina Senyum Eril membuat Amina gagap. Ia pura – pura membersihkan remah – remah kripik kentang di baju Ayang yang duduk di antara Amina dan Eril. Anak kecil itu sibuk membuka brosur liburan sam
Read more
Bab 42
Bab 4209092022Ajeng melawan dengan galak. Dia balas menampar pipi lalu menjambak rambut waria itu dengan kasar hingga tubuh kerempeng yang berdiri dihadapannya terhempas ke aspal.“Bedhes! Siapa yang merebut area kamu!” Mata Ajeng berapi – api memukuli waria tersebut tanpa ampun, menumpahkan amarah yang meletup – letup membakar isi kepalanya. “Apa kamu tahu aku baru saja menerima kemalangan beruntun?”Waria itu gagap menerima serangan membabi buta dari Ajeng. “Ampun – ampun. Maaf Mba saya tidak tahu,” jeritnya sambil berusaha membalas dengan cakaran ke wajah Ajeng yang menimbulkan goresan – goresan dalam dan panjang.Ajeng kian kalap menghajar waria tersebut hingga babak belur. Perkelahian semakin sengit.Waria itu terdesak, ia mencari cara untuk menyelamatkan diri dari kebrutalan Ajeng. Selanjutnya ekor matanya melihat sebuah batu seukuran bola golf tak jauh dari tangannya.Dengan cepat waria itu mengambil batu itu lalu memukulkannya dengan keras ke kening Ajeng.“Aduh!” Ajeng meng
Read more
Bab 43
Bab 43“Sssttt… dia artis yang pernah diculik itu kan?” bisik Carla, sama – sama artis pendatang baru pada teman perempuannya, Amel yang memakai pakaian tank top.“Iya. Dia sampai punya anak lho Beb, jijik banget gak sih. Kalau aku jadi dia, mending mau dinikahin sama yang menculik. Daripada menghidupi anak sendirian dan menjual cerita sedihnya ke mana – mana.” “Iya sih, lama – lama orang bosen dengernya. Tapi ngomong – ngomong seberapa kaya lakinya?”“Denger – dengernya sih dia punya beberapa toko emas. Istrinya baru meninggal. Anaknya juga sudah berumah tangga semua. Kok aneh dia gak mau?”“Bisa jadi, tuh anak ngebet sama Eril. Mereka sudah tinggal bareng. Eril kan cakep, terkenal lagi. Wanita mana yang gak bakalan klepek – klepek sama dia.” Perempuan itu mengerlingkan mata julidnya.“Jangan – jangan ceritanya waktu diculik itu cuma settingan?” kata Amel.Carla mengubah posisi duduk dan mencondongkan tubuhnya mendekat ke Amel.“Adoh! Otak lo lemot sekali Car. Gini nih, sebenarnya
Read more
Bab 44
Bab 4411092022Amel tersenyum. Matanya memandang genit ke arah Eril. Kemudian lengan perempuan itu bergelayut manja pada Eril yang disambut risih oleh lelaki itu.Dengan halus pemuda bertampang manis dan berlesung pipi itu menepisnya. “Lo jangan sok tahu deh Mel. Lo tahu dari mana memangnya Jazuli bebas bersyarat,” tanya Eril dengan suara pelan.“Aku yakin apa yang dikatakan Amel valid. Dia kan dengan wartawan,” celetuk Carla yang mengikuti jejak Amel.“Ember! Gue memang tahu dari wartawan, masak tahu dari lo,” Amel pura – pura bersungut. Dia masih berusaha menempelkan badannya ke tubuh Eril tanpa peduli dengan tatapan Amina yang ingin tahu.“Kalau gue gak salah denger, si Jazuli dan keluarganya berniat menemui Amina dan akan menyuntingnya,” lanjut Amel, seraya memainkan rambut ikalnya.“Impossible! Mereka gak bakalan berani menemui Amina!” Eril berusaha menekan emosinya mendengar berita yang dibawa Amel.“Yaelah Ril. Kenapa lo yang sewot. Lo gak bisa ngatur hidup Amina, Bro. Memang
Read more
Bab 45
Bab 45"Hahaha, jangan mimpi Pak Tua!! Kamu sudah bau tanah," cemooh salah satu fans berat Amina.Jazuli melengos. "Siapa yang mimpi. Amina dan Ayang memang anakku!""Mana buktinya coba?!"Jazuli celingukan. Dia tidak bisa membuktikan Amina adalah istrinya. "Pokoknya dia itu istriku. Kamu tidak boleh menyukainya.""Dasar laki - laki gila. Suka - suka gue lah. Kenapa situ mau kontroll orang.""Sembarangan bilang aku gila! Kamu tahu siapa aku? Jazuli! Pemilik toko mas kaya raya!" Dia menepuk nepuk dadanya."Terusin dah mimpinya!" Anak muda menyingkir dari Jazuli sambil tertawa terbahak - bahak.Jazuli hendak memukul anak muda yang bergaya funky itu tapi dicegah oleh Wahyu."Sudah, sudah Pak. Jngan bikin keributan. Dia fansnya Amina. Biarkann saja!""Bapak tidak suka anak cowok itu menyebut Bapak gila. Kamu mestinya bela Bapak, bukannya diam begitu.""Bukannya begitu Pak, tapi aku menjaga Bapak. Apa Bapak mau masuk penjara lagi?" bisik Wahyu kalem.Jazuli mengurungkan niatnya. "Aku kange
Read more
Bab 46
Bab 46 Eril menutup ponselnya dengan muka kusut. Gara – gara menerima kabar tak mengenakkan dari Gatot yang memberitahunya soal niat Jazuli ke Jakarta. Mood pria itu menjadi buruk. Perasaannya tak enak. Kedongkolannya bertambah tapi tak bisa melakukan apa – apa mengetahui betapa rentannya hukum di negaranya yang tumpul dengan orang kaya. Setelah Amina selesai menyanyi. Eril langsung membawa perempuan itu dan anaknya pergi melalui pintu belakang. Pria itu melihat Amina menyandarkan keningnya pada dinding lift yang sedang menuju lantai atas menuju apartemennya. Sedangkan Ayang memegangi tangan ibunya yang gemetar. Sudut hati Eril iba melihat perjuangan Amina menghilangkan trauma yang masih melekat pada dirinya. Lelaki itu tahu, Tiap menaiki lift, wanita itu diserang oleh rasa panik dan sakit kepala karena mengingatkannya pada penjara yang dibuat oleh Jazuli. Dia pun geram takkala mendengar Jazuli berniat mendekati perempuan itu lagi. “Jangan tegang. Sebentar lagi kita sampai,” kat
Read more
Bab 47
Bab 47 Ucapan Amina sontak membuat Eril kaget. Ia merasa bersalah telah mencium gadis itu. “Amina, maaf dengan sikapku barusan. A-aku terbawa suasana.” Garis muncul diantara alisnya. “Aku memang bermaksud pindah. Tabunganku sudah cukup untuk menyewa rumah sendiri.” Amina berusaha menenangkan hatinya yang berdetak tak karuan. Ia lebih banyak menunduk. Ciuman Eril membuatnya kaget sekaligus senang. Mendadak aliran darahnya memanas, kemudian muncul debar – debar aneh nan lembut mengalir ke seluruh vena. Perasaannya diliputi rasa bahagia yang belum pernah ia rasakan. Eril bertambah gusar dengan keinginan Amina. “Kenapa mendadak? Apakah kamu tidak suka tinggal bersamaku di sini?” Amina menggeleng. “Tidak! Hanya saja, aku tidak enak menjadi benalu bagi dirimu. Sudah saatnya aku dan Ayang pindah.” Otak Eril berubah tumpul, membayangkan kesenyapan di apartemennya tanpa kehadiran Amina dan Ayang. “Oh please, aku tidak setuju kalian pindah dari sini. Kalian bukan benalu. Kita partner ker
Read more
Bab 48
Bab 48 “Tolong, tolong saya,” kata Ajeng memelas dengan suara parau. Tangannya menggapa – gapai di udara. Dia sangat lemah hingga tak kuat untuk bangun. Lelaki di depannya itu mencibir. “Huh, enak saja kau minta tolong! Memangnya aku babumu! Kamu minta tolong saja sama gondoruwo!” dengusnya dengan pongah. Sebelum pergi kaki pria itu menendang tubuh Ajeng yang ringkih hingga perempuan itu membentur kerikil, dengan santai ia berjalan melangkahi wanita itu. “Bedhes! Asu!” teriak Ajeng marah diperlukan seperti anjing buluk oleh pria yang tak ia kenal. “Kamu yang setan! Kudoakan kamu mati tertabrak kereta.” Dia mengumpat sambil menahan rasa sakit yang mendera tubuhnya. Sayangnya, suaranya tertelan oleh suara bising kereta api yang lewat. Ajeng hanya bisa tergeletak pasrah di atas rumput berharap ada seseorang yang membantunya. Malam kian larut membawa udara dingin yang menusuk hingga tulang sumsum. Badan Ajeng menggigil. Demamnya tinggi! Antara sadar dan tidak perempuan itu meracau t
Read more
Bab 49
Bab 49 “Heleh! Miskin saja sombongnya minta ampun,” balas Yu Rahma. Kamar Yu Rahma yang bersebelahan dengan kamar Ajeng merasa terganggu. Dia mendatangi kamar perempuan itu dengan berkacak pinggang. “Pergi sana Yu!” Ajeng berusaha mendorong tubuh Yu Rahma yang jauh lebih besar dari dirinya. Tetapi, sia – sia saja. Tubuh Yu Rahma tidak bergeser sesenti pun. Mata Yu Rahma tertumpu pada makanan dan sebungkus rokok di atas kardus. Dengan santai perempuan itu mengambilnya. Setelah itu ia melihat teh botol di dekat bantal. “Jadi manusia itu jangan pelit – pelit! Toh makanan gak dibawa mati!” “Jangan dibawa Yu! Itu punyaku!” Setengah histeris Ajeng mau merebut makanan dan minuman miliknya. “Wkwkwkwk… itu tadi, sekarang semua ini milikku!” ucap Yu Rahma gembira meminum teh botol dan bergegas pergi ke kamarnya. Sementara Ajeng terlihat gelisah. Ia bolak – balik di atas kasurnya. Berkali – kali ia melirik jam weker butut di atas kardus. Jantungnya berdetak lebih cepat. Sementara itu di
Read more
Bab 50
Bab 50 Matahari bersinar sangat terik. Panasnya menyengat menghanguskan kulit. Ajeng berjalan lamban di tepi jalan, memaksa kakinya tetap melangkah meski dengkulnya gemetar sejak dua jam lalu. Peluh bergerombol memenuhi kening Ajeng dan beratus kali ia menyekanya. Panas matahari dan capai tak sanggup ia tahan lagi. Fisiknya semakin lemah, kepalanya pening dan terasa mau pingsan. Ajeng memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon Trembesi. Ia duduk berselonjor dan membuka botol minum lalu menghabiskan isinya yang tinggal seteguk. Mata wanita itu menerawang menembus batas cakrawala. Rumahnya masih 2 km lagi dan ia tak sanggup meneruskan… __________ “Jangan ngomong ngawur kamu Pak. Bagaimanapun Ajeng itu anakmu. Kalau dia mati kamu juga yang sedih!” dengus Ibu Amina. Mukanya menekuk menahan kesal. Bapak tertawa sinis. “Jikalau pun Ajeng mati. Aku gak bakalan sedih! Aku masih punya Amina dan Ayang cucuku yang cantik. Mereka perhatian dan sayang sama kita. Coba Ibu pikir siapa yang
Read more
PREV
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status