Semua Bab The Cursed Journey Of Zhura: Bab 51 - Bab 60
175 Bab
Musuh Dalam Selimut
"Berikan tanganmu.""Untuk apa?" Zhura mendekatkan tangan kanannya dengan ragu-ragu.Dengan wajah datar Azhara menjentikkan jarinya. Saat itu juga, sebuah gelang perak berbentuk untaian sayap melingkar di pergelangan tangan Zhura."Kau membawaku terbang ke langit, lalu sekarang kau memberikan gelang indah ini, aku jadi merasa tidak enak," tukas gadis bermata hijau itu tidak dapat menyembunyikan wajah tersipunya.Itu merupakan gelang keramat yang Azhara dapatkan dari kuil suci setelah bersaing dengan jutaan orang. Dengan menggunakan gelang itu, Azhara akan tahu jika Zhura dalam masalah. Gelang itu juga bisa menyembuhkan luka dengan cepat. "Itu akan melindungimu dari berbagai macam bahaya. Hanya ini yang bisa kuberikan untuk membalas kebaikanmu. Selain aku, tak ada yang bisa melepasnya. Jadi, kau akan selalu aman."Mendengar penuturan itu, Zhura terdiam.Di tengah debaran jantungnya, terselip perasaan menyesakkan. Ia merasa sedih saat menyadari Azhara begitu peduli padanya. Itu karena d
Baca selengkapnya
Sembilan Nyawa
Di bawah pepohonan rindang, Zhura tengah berlutut di samping makam seseorang. Kedua tangannya bertautan, ia sedang berdoa. Di sisi gadis itu, Ranzak pun turut berlutut seraya menutup mata. Sepertinya ia memilih menyembunyikan permohonannya dalam hati. Beberapa saat kemudian mereka mengakhiri doanya."Hai, bagaimana kabarmu? Maaf, ada banyak hal yang terjadi, aku jadi sangat sibuk akhir-akhir ini. Tolong jangan marah, aku berjanji akan datang lebih sering setelah ini," ungkap Ranzak menatap sendu makam adiknya.Di tempatnya, Zhura mendengar ucapan itu dengan perasaan campur aduk. Ia yakin bahwa Ranzak sangat merindukan adiknya, tapi di sisi lain pemuda itu mempunyai tugas sebagai prajurit yang harus bekerja keras demi rakyat."Tidak bisa kukatakan seberapa sulitnya hidup tanpamu. Aku sangat merindukan saat-saat kita bersama, Delia," kata pemuda elf itu ketika air hampir tergenang di matanya.Zhura termangut. Ranzak pernah bilang bahwa adiknya meninggal saat menjalani ritual pengorbanan
Baca selengkapnya
Simpul Benang
"Itu petanya. Aku sudah menyertakan jalur sungai dan darat, lengkap dengan penandanya."Zhura menyerahkan sebuah kertas pada Valea, kemudian membuka jendela agar udara segar masuk.Dengan kening berkerut, gadis merah itu mengamati lukisan Zhura. "Bagaimana bisa kau mendapatkan gambaran sedetail ini?" Terduduk di atas ranjangnya, ia masih menggunakan baju tidur karena baru bangun ketika Zhura datang membawa peta pelarian mereka."Kau tidak perlu tahu. Aku sudah memberitahu Inara soal peta itu, selanjutnya aku serahkan padamu." Zhura hendak keluar dari kamar itu tapi tertahan karena Valea menangkap sebelah lengannya.Ia menatap gelang Zhura dengan pandangan lebar. "Gelang ini, siapa yang memberikannya padamu?""Ini hanya aksesoris biasa dari Azhara." Zhura menarik tangannya menjauh. "Kenapa kau begitu terkejut?"Valea tahu itu bukan gelang biasa. Gelang itu adalah gelang Arbutus. Sebuah azimat suci kuil Azalea di selatan Silvermist. Hanya satu banding sepuluh juta orang yang bisa menda
Baca selengkapnya
Ancaman
Sesosok bertudung membungkuk pada orang di depannya. Seperti biasa, ruangan yang gelap dan sepi itu masih saja menjadi tempat rahasia mereka."Tuan, rencana pendekatan terhadap target sukses. Setelah ini kita bisa langsung mengeksekusinya.""Kerja bagus. Kau tidak pernah mengecewakanku. Demi mendapatkan kepercayaan gadis itu kau bahkan berpura-pura menjadi temannya," ujar si tuan mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke lantai."Selama itu berarti saya bisa membantu Anda, saya tidak keberatan terus berpura-pura berteman dengan target kita," jawab sosok bertudung itu. Ia lalu teringat sesuatu, "Ada gelang Arbutus di tangan gadis itu. Sepertinya kita tertinggal satu langkah dari Azhara.""Gelang Arbutus?" Si tuan tercenung, ia tidak menyangka bahwa Putera Mahkota itu berani bertindak sejauh ini. "Karena mereka sudah terikat, kita tidak bisa langsung membunuhnya. Yang harus kita lakukan adalah memisahkan mereka. Tidak masalah, lagipula kita mempunyai sekutu yang menjalankan rencana ini dengan su
Baca selengkapnya
Terkoyak
"Dia menyudutkan dirimu, apa kau punya sangkalan? Tidakkah kau ingin membela diri?"Bagi Zhura suara Carmina sudah terdengar seperti gong yang dipukul berulang kali, dan itu baru bergema saat Tuan Minra mengajukan pertanyaan tersebut.Azhara keluar dari perenungannya, ia berjalan ke sisi Zhura. "Mohon Ayahanda untuk menyelidiki ini sekali lagi. Aku yakin hal yang dituduhkan kepadanya adalah kesalahpahaman. Gadis ini selalu berperangai baik dan mematuhi peraturan. Dia tidak mungkin melakukan tindakan ini," jelasnya pada Raja Amarhaz."Situasi istana sedang kacau, banyak hal terjadi di luar kendali. Aku akan menganggap ini sebagai bentuk kelalaianmu sebagai gurunya. Semuanya bisa kembali seperti semula hanya jika Lailla mengakui bahwa ia tidak memiliki obsesi itu." Raja Amarhaz mengambil jalan tengah.Carmina tidak puas dengan jawabannya, ia lantas kembali berujar, "Kenapa Yang Mulia Azhara sangat yakin kalau Lailla tidak bersalah? Padahal semua bukti mengarah padanya. Apakah jangan-jan
Baca selengkapnya
Padam
"Karena kau adalah gadis suci, ada perundingan untuk meringankan hukuman." Azhara menunjukkan gulungan kecoklatan yang berisi perjanjian antara guru dan murid yang pernah Zhura serahkan. "Jika kau bersedia, aku akan membantu menghapus seluruh perasaanmu. Dengan syarat kau berjanji tidak akan membuat kesalahan yang sama."Zhura yang berdiri di tempat eksekusi lekas mengeluarkan tawa kering. Di sekeliling gadis itu terdapat sekat berkilauan yang membatasinya untuk keluar. Ia terkurung di dalam mantra pembatas. "Kenapa kita harus berunding? Bukankah sejak awal aku tidak bersalah? Hanya karena aku mengakui perasaanku, kalian jadi menjadikanku kambing hitam!"Para saksi seperti Raja Amarhaz hingga para tetua terlihat tak menyangka dengan jawaban gadis itu."Segala bentuk ancaman harus dimusnahkan," ujar pemuda perak itu getir. "Kau sudah melanggar hukum dengan menyakiti rekanmu karena kedengkian, tidak ada alasan bagiku untuk membela kemungkaran.""Hei, Azhara. Satu-satunya yang kulakukan
Baca selengkapnya
Cinta dan Pengorbanan
Sebelah lengan Azhara berpegangan pada pilar seiring langkahnya masuk ke paviliun. Kesendirian harusnya membuat suasana tentram, tapi yang ia rasakan hanya keheningan yang mencekam. Tempat ini memuakkan, terutama karena tak ada sosok yang menyapanya seperti biasa. Pemuda perak itu berdiri di halaman belakang, menatap benda putih yang tergeletak di sudut rerumputan. Itu adalah layangan yang pernah ia terbangkan bersama gadis itu.Bayangan Zhura datang di kepalanya, saat itu juga suaranya yang lembut terdengar, "Guru, kau tidak pernah berdoa karena kau tidak boleh menginginkan sesuatu. Tapi, di hatimu pasti ada ruang yang tersisa untuk berharap, 'kan? Layangan ini akan terbang dan menyampaikan harapan yang tidak bisa kau katakan kepada Tuhan."Azhara meraih layangan itu, matanya bergerak ke bagian di mana ia menuliskan harapannya. Sepertinya ini sia-sia, karena pada akhirnya ia tetap melihat air mata itu mengalir. Perasaannya hancur saat memutuskan hubungan mereka, tapi Azhara tidak pun
Baca selengkapnya
Melebur
Angin berembus menghanyutkan, Azhara menyadari dia sedang berada di atas awan. Tubuhnya yang terbungkus jubah putih diterpakan sinar mentari sore kemerahan. Bukankah ia harusnya sedang tidur? Kenapa sekarang ia ada di sini? Pemuda itu menoleh ke kiri, seorang gadis bermata hijau tampak berdiri merasakan kesejukan. Senyum manis terpancar di wajahnya yang bersinar. Ketika melihatnya lebih lama, Azhara merasakan damba yang bergejolak.Ada tawa yang pecah ketika gadis itu beralih menatap Azhara. "Guru sangat baik, Lailla sangat senang," ujarnya penuh riang."Kau ada di sini?" Azhara mengamati sosok di sampingnya, rasanya sudah lama sejak ia melihat mata yang dipenuhi cahaya itu menatapnya.Zhura mengusap sebelah telinganya yang memerah, tersipu. "Ini adalah hari yang terindah di sembilan belas tahun hidupku. Terbang dan berdiri di atas awan bersamamu terasa sangat menyenangkan. Saking senangnya, aku hampir mengira jika ini adalah mimpi. Sepertinya aku mungkin akan mengingat ini selamanya.
Baca selengkapnya
Sisa Pendar
Dipenuhi keringat dingin pemuda perak itu terperanjat bangun dari tidur. Ia terduduk, mengusap dadanya yang berdenyut. Udara begitu menggigit, kandelir di atas bergoyang karena angin berembus kencang. Suara kelenteng pun terdengar dari lonceng angin yang tergantung di sisi ranjangnya, begitu tenang menembus malam.Pemuda itu terenyuh.'Ini disebut lonceng angin. Salah satu penyebab mimpi buruk adalah udara dingin. Letakkan benda ini di sisi tempat tidur, ini akan bergoyang saat udara bertiup lebih kencang. Begitu kerang-kerang ini bersentuhan, akan terdengar bunyi relaksasi. Suara itu akan menemani tidurmu sehingga kau tidak akan bermimpi buruk. Mulai sekarang kau bisa tidur nyenyak.' Suara itu terdengar di relungnya.Senyum pahit terlukiskan di bibir Azhara yang mengering. Entah saat sadar atau tidur, ia tidak bisa melepaskan diri dari bayangan Zhura. Nestapa Azhara semakin menggeliat saat teringat bahwa dirinya adalah orang yang melukai gadis itu. Meskipun pemuda itu sudah membulatk
Baca selengkapnya
Dirinya Yang Baru
Inara menyerahkan mangkuk berisi obat pada gadis di hadapannya."Ayo, minumlah selagi hangat," ujarnya.Kedua tangan Zhura memegang mangkuk itu dengan hati-hati. Dia tersenyum kecil, tapi matanya sayu. Diminumnya obat itu perlahan, kernyitan muncul di keningnya karena merasakan pahit yang teramat.Valea melihatnya, lantas berujar, "Tabib Ma yang membuatnya. Itu bisa mengembalikan stamina dan meringankan rasa sakitmu. Jadi, abaikan rasanya dan minum saja."Matahari bersinar terang, tapi tubuhnya tidak merasa hangat. Entah bagaimana, Zhura tidak bisa merasakan bugar bahkan setelah ia menandaskan obatnya. Ditatap wajah-wajah temannya, "Sampaikan terima kasihku pada Tabib Ma, aku terlalu sering merepotkannya.""Tentu saja," jawab Inara meraih mangkuk Zhura dan berjalan menuju nakas. Saat ia membungkuk untuk meletakkan mangkuk di nampan, sesuatu terjatuh dari sakunya. Itu adalah gulungan untuk bimbingan guru dan murid yang diberikan oleh Pak Dima."Apa itu?" Zhura memperbaiki posisi dudukn
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
18
DMCA.com Protection Status