All Chapters of The Cursed Journey Of Zhura: Chapter 31 - Chapter 40
175 Chapters
Teratai Bulan
Zhura sibuk menyipitkan mata, memperhatikan deretan kata di dalam buku yang ia pegang. Demi sumur ayam yang ia makan pagi tadi, sungguh tidak ada apapun yang masuk ke dalam otaknya bahkan setelah ia membaca bukunya berulang kali. Telapak tangan gadis itu pun sudah basah akibat keringat setelah ia membolak-balik halaman demi halaman selama berjam-jam. Ketika ia berada di akhir bagian, punggungnya sampai pada titik di mana ia tidak dapat lagi duduk tegak."Aku lelah!"Pada saat itu ia memilih menenggelamkan wajah di antara lengan di atas meja, seseorang datang mendekat. Gadis itu sontak mengangkat wajahnya dan menyadari kehadiran seorang wanita muda. Dia datang dengan wajah berseri dan senyum anggun. Zhura mengerjapkan mata ketika wanita itu menggeser buku-bukunya untuk meletakkan sebuah cangkir berisi teh hangat. Aksinya juga tertangkap mata Azhara yang memilih tidak acuh "Salam, Yang Mulia Azhara. Carmina datang membawakan teh hangat yang saya seduh sendiri untuk Anda. Udara pagi yan
Read more
Rencana Pelarian
"Valea, ada apa dengan wajahmu?""Bukan urusanmu!" teriak gadis merah itu seraya memalingkan wajahnya. Meskipun dia menyembunyikannya, beberapa luka goresan di pipi bulatnya masih terpampang jelas di mata Zhura. Suara tawa renyah terdengar mendekat. Inara keluar dari balik rak dengan berbagai buku-buku besar di tangannya. Gadis elf lalu meletakkan buku-bukunya di meja, sebelum kemudian mengambil duduk di samping Zhura. Saat ini mereka sedang berada di dalam perpustakaan istana karena para jenderal sedang mengikuti pertemuan bersama raja untuk membahas evaluasi bulanan."Jangan ganggu dia, Zhura. Valea sedang marah besar," ujar Inara seraya membuka buku pertamanya. Zhura lantas mengintip pada halaman yang Inara buka. Melihat barisan tulisan itu, alisnya sontak menekuk. Semenjak datang ke dunia ini, ia jadi mengerti bagaimana perasaan orang-orang yang buta huruf."Kenapa dia marah besar?" tanyanya kembali menatap pada Valea."Tadi pagi ada kejadian unik. Ada seekor marmoset kabur dari t
Read more
Senjata Makan Tuan
"Saat mengarahkannya ke musuh, buatlah kuda-kuda yang kuat lalu pusatkan kekuatan tangan pada pegangan pedangnya. Ketika sudah menemukan titik yang tepat-"Azhara menghentikan penjelasannya tentang bagaimana seseorang menggunakan senjata karena ia menyadari sorot aneh dari orang di hadapannya. Pemuda perak itu tak bisa berkata-kata dan hanya menatap lawan bicaranya yang sejak tadi mematung. Di tempatnya, iris Zhura tak berpindah dan lekat mendalami jernihnya mata biru itu. Alih-alih mendengarkan penjelasan dari Azhara, gadis itu justru fokus dan mendalami perannya sebagai perusak konsentrasi mengajar pemuda di depannya.'Pertama, pastikan diri Anda terlihat dengan jelas oleh mereka. Tatap lekat wajah orang yang ingin Anda tarik perhatiannya. Berikan tanda dengan menggunakan pandangan konstan. Jika mereka menyadarinya dan tersipu, itu berarti mereka memperhatikan Anda. Jika mereka menyadarinya, tapi tetap diam, berikanlah kalimat pujian agar mereka merespon. Respon yang berupa senyuman
Read more
Mereka Yang Tersembunyi
"Benci orang yang bernapas terlalu keras."Seolah-olah kain hitam dibentangkan sejauh mata memandang, langit begitu gelap gulita karena mangkirnya bulan dan antek-anteknya. Akibatnya malam terlihat muram. Di tengah jalan sepi, Zhura menatap catatan yang Ramia tuliskan pada kertas untuknya. Di kertas tertulis bahwa Azhara tidak suka pada orang yang menghela napas terlalu kuat.Entah benar atau salah, itu yang Zhura tangkap dari pemahamannya karena pengabjadan yang terbatas. Selain poin itu, ada hal-hal lain yang disukai dan dibenci oleh Azhara. Jika dipikirkan lagi, sebenarnya ini sangat menggelikan. Semua poin yang tercatat di sini adalah bukti bahwa Zhura sama sekali tidak mengenal gurunya sendiri.Bagi gadis itu, pikiran Azhara adalah sesuatu yang pantang untuk tersentuh. Saking tersembunyi tempat itu, palung terdalam di dunia saja kalah. Palung itu sudah pernah terjamah oleh manusia, tapi tidak dengan Azhara. Zhura mengira tidak ada satu orang pun di dunia, yang benar-benar mengert
Read more
Bunga Peony
Sekujur tubuh Zhura gemetar karena sosok-sosok itu begitu serius ingin membunuhnya. Lebam sudah memenuhi pergelangan tangan tapi ia tidak bisa diam dalam kegelapan. Pada saat itu, Zhura putuskan untuk bersembunyi di balik semak-semak rimbun. Sembari mengontrol laju jantungnya yang ingin meledak, ia mengamati benda yang ia sita dari sosok bertudung itu.Pedang panjang dengan bilah perak, terlihat motif berbentuk bunga terukir di gagang putihnya. Lebih cermat lagi diteliti, Zhura menyadari bentuk bunganya mirip seperti mawar. Meskipun begitu, ia ragu karena tidak ada duri di tangkainya."Darah?" Zhura tersentak saat menyadari ada darah di telapak tangannya yang juga mengotori gagang pedang itu. Panas dan nyeri. Pantas saja ia merasakan sakit sejak tadi, tidak ia sangka kuku jari manisnya patah.Ctak!Tubuh Zhura bangkit ketika sebuah kunai melesat dan menghantam pedang di genggamannya hingga terlempar. Di arah jam sembilan, sosok bertudung kini berdiri memegang pedangnya. Dari keempat t
Read more
Ibu Suri
"Masuklah."Gadis itu merapikan pakaiannya dengan mengusap-usap pelan sebelum melangkahkan kakinya ke dalam ruangan. Sesaat mata Zhura memandangi arsitektur dalam ruangan seluas lima belas kali sepuluh meter itu. Tiang-tiang besar berdiri di atas lantai berkarpet kemerahan yang menguarkan aroma harum. Zhura melongo ketika mendapati hiasan-hiasan kuno yang antik dan mempunyai nilai estetika tinggi di seluruh penjuru tempatnya berada. Langkah gadis itu berlanut hingga wanita berpakaian tabib yang menuntunnya, mengantarnya ke bagian bangunan yang terbuka.Atap tidak lagi menaungi mereka berdua, kini ia sampai di taman luas yang hijau dan sejuk. Di sisi kiri hamparan subur itu ada kanopi besar yang juga menjadi tempat pertemuan mereka. Tabib Ma berhenti menuntun Zhura ketika mereka sampai di bawah kanopi berbahan terpal kecokelatan itu. "Salam, Yang Mulia. Dia sudah datang." Tabib Ma menunduk hormat pada sosok di hadapannya."Kemarilah, jangan takut." Seorang nenek yang jauh lebih tua da
Read more
Pemilik Hati
Kedua tangan mungil itu menarik sisi busur panah berbahan kayu angsana hingga melengkung berbentuk setengah lingkaran. Segera setelahnya, anak panah dengan ujung runcing yang ada di genggamannya terlontar kala tarikannya dilepas. Benda itu melesat di udara dan menimbulkan bunyi melengking. Beruntung, rerumputan hijau berbaik hati meredam suaranya. Dengan cermat, diikutinya lesatan panah itu hingga ia berakhir di sebuah papan bundar di tengah halaman."Lumayan, kau sudah bisa mengunci target." Ramia mengangkat tangannya, menghalau sinar matahari sore yang menyilaukan pandangan. Pemuda itu berbalik dan menatap sosok di dekatnya, "Sekarang sudah sore, latihan hari ini cukup sampai di sini. Jujur saja tidak kusangka kau cukup handal. Jika kau menjaga performa tetap seperti ini, aku yakin kau pasti bisa menjadi yang terbaik di evaluasi bulanan."Zhura mengibaskan rambutnya ke belakang punggung, sebelumnya itu berantakan karena turut terseret lontaran anak panahnya. Ia mulai memikirkan sebu
Read more
Hujan
Zhura merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Helaan napasnya terdengar ketika otot-ototnya yang dipaksa bekerja seharian akhirnya bisa melemas. Bahkan saat suasana malam begitu pas untuk terlelap, nyatanya ia masih belum memejamkan mata. Dipandanginya langit-langit kamar yang mengkilap dengan mata nyalang, jauh lebih lekat, bayangan tentang apa saja yang ia lalui hari ini tergambar di sana. Latihan panah yang melelahkan, cerita masa lalu kelam Ramia, dan sebuah fakta lain tentang Azhara yang tak pernah Zhura kira sebelumnya."Hati yang mati adalah hati yang tidak lagi dimiliki oleh sang pemilik, seseorang yang memilikinya harus hidup tanpa merasakan segala macam perasaan duniawi." Bibir Zhura mengerucut ketika dirinya teringat perkataan Ramia. Sebuah dengkusan lolos tak lama setelahnya, dengan perasaan campur aduk Zhura memukul kasurnya. Ini tentang bagaimana kepalanya yang tidak berhenti memikirkan hal-hal yang tidak ingin ia bayangkan. Bagaimana ia bisa menjadi segila ini hanya k
Read more
Kehangatan
Brengsek!Bibir Zhura yang tertutup rapat mengirimkan sumpah serapah pada Azhara. Tidak masalah, jika pemuda itu tidak bersedia membantunya, Zhura akan temukan cara lain untuk datang ke perjamuan. Hujan belum menunjukkan tanda-tanda akan reda tapi dia sudah tak tahan berdampingan dengan gurunya. Gadis itu pun mengatur laju jantungnya yang menggebu untuk membuang emosi. Ia melihat kandang Rou-rou yang digantung di sudut ruangan bergoyang saat angin bertiup kencang."Ini sudah sangat larut, kenapa kau belum tidur dan malah berdiri di luar seperti tadi?" tanyanya mencari topik lain untuk mengisi keheningan.Tanpa mengatakan apapun, Azhara mengusap pinggiran cangkir tehnya. Tampaknya ia sedang memperbaiki suasana hati. Zhura pun memperhatikan sosok di depannya. Sepertinya Ramia pernah bilang bahwa Azhara kerap terbangun di malam hari karena dihantui seorang gadis di mimpinya yang terjadi berulang kali."Mimpi buruk itu datang lagi, jadi kau tidak ingin kembali tidur. Aku benar, 'kan?" tan
Read more
Keraguan
Pagi itu, Zhura membuka pejaman mata ketika sinar matahari menembus ke balik kelopaknya. Ia mengangkat sebelah tangan ke atas untuk menghalau silau. Tak lagi ada harapan untuk kembali terlelap, gadis itu memutuskan bangkit dan mengambil kesadarannya. Zhura mematung memperhatikan selimut putih yang membungkus separuh badannya. Dilihat dari segi apapun, itu bukan selimut yang biasa menemaninya tidur. Dengan wajah panik segera ia berdiri dan menemukan kenyataan bahwa kamar tidur ini bukanlah kamarnya."Di mana aku?!"Ditatapnya penjuru ruangan kamar yang luasnya hingga puluhan meter tersebut. Kemudian kilasan kejadian kemarin mulai tergapai dan menimbulkan keheranan di batin Zhura. Bagaimana bisa ia berakhir di dalam kamar, sedangkan ruang baca Azhara adalah tempat terakhir yang ia lihat sebelum jatuh tertidur. Fakta bahwa ia hanya bersama dengan gurunya itu menamparnya telak. Apakah Zhura sungguh berjalan sendiri atau Azhara yang membawanya ke kamar ini? Sungguh pagi yang menyenangkan,
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status