All Chapters of Laki-laki Selingkuhan Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20
35 Chapters
11
***Dua manusia itu, menatap objek yang sama, sebuah jam dinding. Bulan telah dipindahkan ke ruang perawatan sejak satu jam yang lalu. Detak jarum jam begitu terasa memecah kesunyian. Bulan belum tidur, walaupun benda itu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Banyak hal yang ingin dikatakannya, tapi melihat diamnya suaminya itu, Bulan menjadi minder.James merebahkan badannya di sofa yang berada tak jauh dari ranjang Bulan. Matanya juga masih terbuka, namun mulut laki-laki pendiam itu tertutup rapat."Tidurlah! Kenapa kau masih bergerak gelisah? Besok pagi serangkaian tes akan membuatmu lelah, kau butuh tenaga untuk besok.""Aku tidak mengantuk," jawab Bulan sambil memiringkan kepalanya, matanya berserobok dengan mata tajam James. Seperti biasa, hatinya berdebar tak karuan."Apa AC-nya terlalu dingin?""Sedikit," jawab Bulan sambil tersenyum. Memang, dia merasa kedinginan.James bangkit, memungut remote AC yang menempel di dinding dan memencet beberapa kali. Bulan tersenyum, rambu
Read more
12
Pengambilan darah telah selesai dilakukan beberapa menit yang lalu. Namun, Bulan bersikukuh tak ingin dirawat lagi, dengan alasan dia jauh lebih baik. "Bulan, keras kepalamu ini mengandung resiko, kamu baru dirawat semalam, Bulan, dan sudah ingin pulang!" kata James yang tak mampu menahan kekesalannya, bahkan Bulan melarang James untuk memberitahu orang tua mereka."Aku jauh lebih baik, kau lihat, kan? Aku sudah kuat berdiri sendiri, tak perlu dipapah lagi," jawab Bulan memaksakan senyumnya.Sediakan James hanya menatap tak berdaya pada suster yang menyerah membujuk Bulan."Mas, kalau begitu, Mas dan Mbak Bulan tanda tangani surat pernyataan dulu, kami pihak rumah sakit tak ingin disalahkan jika terjadi sesuatu di kemudian hari.""Kapan hasil tes darahnya akan keluar?""Tiga hari lagi,""Sini, saya akan tanda tangan, dan kamu akan tanda tangan juga kan James?" Bulan menyela ke dua orang itu.***Bulan tak melepaskan pandangannya pada James yang konsentrasi menyetir. Senyum tipis terb
Read more
13
"Aku sudah masak sarapan!" kata Riyan bersemangat, Bulan lihat sudah ada dua piring nasi goreng dengan toping sosis dan keju di atasnya. Ternyata, pria kemayu itu sudah mempersiapkan sarapan romantis dengan suaminya. Jika saja Bulan menurut untuk dirawat lebih lama, tentu Riyan akan memberikan kejutan yang lebih dahsyat."Aku tidak lapar, aku mau tidur." James masuk begitu saja ke dalam kamarnya, meninggalkan Riyan yang tak mampu menyembunyikan kekecewaannya.Bulan pura-pura tidak tau, dia yakin, Riyan semakin membencinya karena telah menggagalkan sarapan romantis mereka.Bulan menutup pintu kamar, suara gemericik air menandakan James tengah berada di kamar mandi. Bulan duduk di ranjangnya dengan wajah sendu, kepalanya masih pusing namun dia yakin pulang ke rumah lebih baik dari pada terus berada di rumah sakit.Bulan tau, dia tak baik-baik saja, dia memiliki keluhan yang dia sendiri tak berani memeriksakan diri. Apa hasil tes darah itu? Apakah ada penyakit berbahaya menggerogoti diri
Read more
14
"Berikan hak-ku, James!" Bulan menantang James dengan berani.Mata James membola, wanita ini tau persis bagaimana dirinya, dia bukanlah laki-laki pada umumnya, dia memiliki kelainan yaitu tak tertarik pada perempuan. Bagaimana bisa dia memberikan apa yang diinginkan wanita itu?Belum selesai James berpikir, Bulan sudah membungkam mulutnya terlebih dahulu, berusaha menggerakkan bibirnya yang tak berpengalaman. James membatu, tak menerima dan tak juga menolak, dia hanya diam sambil mengatupkan mulutnya erat.Bulan yang nekad berusaha menggapai kemejanya, namun James menangkap tangan itu terlebih dulu.Bulan menutup wajah, ditolak! Untuk kesekian kali dia ditolak, tapi dia tak ingin menyerah. Bulan mengusap kasar air matanya, lalu kembali memeluk James."Kau suamiku, James. Aku berhak penuh atas dirimu, aku berhak mendapatkan apa pun yang ada padamu, jiwa ragamu, cintamu, perhatianmu, semuanya," kata Bulan mendongak menatap James yang masih betah dengan wajahnya yang menegang."Bulan, jan
Read more
15
"Kau dengar?""Dug, dug, Dug, kencang sekali," jawab James menirukan suara detak jantung Bulan."Aku selalu berdebar saat di dekatmu, James. Seperti selesai berlari.""Selain denganku, dengan siapa lagi jantungmu berdetak cepat seperti itu?" tanya James menarik tangannya karena tak nyaman. Bulan mengeratkan pelukannya."Hanya denganmu, tidak pernah dengan orang lain.""Aku tak yakin.""Kenapa?""Kau memiliki wajah yang cantik, mustahil tak pernah jatuh cinta."Bulan tersenyum, lalu bangkit, dia duduk bersila menghadap James yang masih menyandarkan dirinya di kepala tempat tidur."Aku tidak pernah jatuh cinta.""Aku tak yakin.""Aku tak berbakat berbohong, benar, aku hanya jatuh cinta padamu James. Saat perkenalan kita menjelang tunangan, aku langsung terpesona padamu, sayangnya kau tak menatapmu sekali saja.""Banyak hal yang belum kau mengerti, Bulan! Banyak hal yang belum kau pahami.""Bukannya kita sudah berjanji akan terbuka satu sama lain? Kau cukup bercerita saja padaku," kata B
Read more
16
"Aku takkan menyerah Sampai di sini, James. Aku takkan memberikan apa yang seharusnya menjadi milikku begitu saja pada orang lain. Dari awal kau milikku, dan begitu seterusnya," ujar Riyan penuh tekad, saat ini dia tengah berada di pintu keluar rumah James. Sebuah koper besar berada di tangannya, menandakan pria tampan tapi lembut itu akan pergi."Untuk saat ini, ikuti apa kataku, aku ingin Bulan dalam keadaan nyaman, dia tidak boleh berpikir berat, aku harap kau mengerti, aku tau selama ini hanya kau yang paling memahamiku.""Aku melakukan apa saja untuk dirimu, James. Apa saja, tapi kali ini, ini terakhir kali aku mengalah, aku tak mau menjadi pihak yang teraniaya lagi. Aku ingin, semua berakhir dengan cepat seperti kesepakatan kita, kau masih ingat kan, James? Bahwa kau tak akan selamanya bersama Bulan. Aku tau kau takkan mengingkari janji."James menghembuskan nafas berat."Aku tak lupa itu.""Aku yakin kau takkan mengkhianatimu, James.""Yah." James mengangguk."Aku pergi,""Oke.
Read more
17
"Hai, pasti suaminya Bulan, masih ingat aku? Yang menyanyi saat pesta kalian?""Oh, maaf aku lupa. Silahkan masuk!" James menepi, memberi jalan pada pria tampan yang memiliki tinggi yang sama dengannya. Jujur, pria itu laki-laki yang sempurna secara fisik. Khas pria Asia, kulitnya sawo matang dengan otot yang terlatih. Alisnya tebal dan rambutnya dipotong cepak, khas gaya militer. Pria itu langsung mendapat sambutan hangat, tak pernah James melihat Bulan seceria ini."Hai, aku senang kau datang lebih awal. Aku tak menyangka kau menepati janjimu untuk mampir, oh ya, ini James suamiku, kau pasti masih ingat, kan?""Tentu saja aku masih ingat, aku begitu penasaran dengan siapa pria yang berhasil merebut hati wanitaku," jawab Dimas dengan kelakar, dia berniat bercanda, tapi James masih mempertahankan wajah dinginnya. Baginya tak ada yang Lucu, oh apa itu tadi? Wanitaku? James tersenyum geli dalam hati. Pria ini terlalu berani mencari masalah. Masalah? Tiba-tiba James tak mengerti dengan p
Read more
18
Senyum mama James yang bernama Maria itu merekah, sebuah keajaiban baginya ketika James pulang ke rumah membawa serta istrinya. Maria tau, James tak begitu peduli pada keluarga besarnya, walaupun Maria berusaha menyayangi James bagaikan anak kandungnya sendiri, tapi hal itu tak membuat James dekat dengannya."Apa kabar, Ma? Lama tidak berjumpa," sapa Bulan.Maria mengangguk dan tersenyum ramah."Terakhir saat pesta kalian, dan ... Setelah itu James tak pernah membawamu ke sini." Maria melirik James yang tengah meletakkan barang-barang di teras rumah."Bagaimana kabarmu, James?""Aku sehat, mana Papa?""Dia ke Bangkok dan belum pulang.""Oh," sahut James tak begitu tertarik."Ayo, Bulan, masuk dulu!" Maria menggandeng tangan Bulan, Bulan merasa seperti di rumahnya sendiri. Walaupun dia dan Maria baru beberapa kali bertemu, namun sifat akrab Maria membuatnya sangat nyaman."Ayo! Mama antar kamu ke kamar James, kamu istirahat dulu, nanti mama panggil buat makan malam."Bulan mengangguk,
Read more
19
Hidangan makan malam yang istimewa, dari aroma yang tercium dipastikan masakan mama James pasti enak. Bahkan Bulan tak sabar ingin mencoba pepes ikan yang dibungkus dengan daun pisang itu.Maria mendekatkan mangkuk yang berisi nasi ke depan James, sinar matanya penuh harap."Mama sangat bahagia, bisa makan malam bersama kalian, biasanya mama akan makan malam sendiri karena papamu sangat sibuk, dan ini mama sendiri yang memasaknya. Makanlah! Udang saus kesukaanmu, James."Bulan menanti ekspresi James, tapi pria itu tak menunjukkan emosi apa pun. Walaupun dia tak menolak saat Maria memasukkan beberapa sendok nasi ke piringnya."Ayo, Bulan! Makanlah yang kenyang, supaya kau sehat, menjadi calon ibu butuh tubuh yang sehat. Atau jangan-jangan kau sudah hamil, mama lihat wajahmu pucat.""Uhuk!" James tersedak. Bulan buru-buru menyodorkan air putih dan ditandaskan oleh James sekali minum. Bulan tau, dugaan Maria mengejutkan James, atau malah menyinggungnya."Dari gelagatmu, semua dugaan mam
Read more
20
"Buka matamu, James!" Suara lirih Bulan membangunkan James, pria itu mengucek matanya sejenak dan menemukan senyuman merekah milik Bulan. Wanita itu begitu cantik dengan rambut basah yang tergerai. James tersentak, apakah yang terjadi semalam adalah nyata? Dia mampu melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang suami. Malam pertama terjadi setelah beberapa bulan pernikahan.James mendapati pipi Bulan yang merona malu, sedangkan James masih berusaha mengingat keping-keping kilasan malam pertama yang sama sekali tak diduganya."Jam berapa ini?""Hampir subuh.""Aku masih mengantuk," jawab James parau, dia menaikkan kembali selimut ke atas dada. Bulan tersenyum lembut, dengan gerakan pelan, dia menarik selimut itu kembali. James terlambat untuk mempertahankannya."Kau harus mandi dulu, James.""Ini masih terlalu pagi," ucap James membuka paksa matanya kembali."Iya, mandi dulu, sholat, dan sarapan.""Ah," keluh James, tapi dia tak membantah lebih jauh, dia bangun dengan rambutny
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status