Semua Bab TERSESAT DALAM GAIRAH: Bab 11 - Bab 20
58 Bab
11. Tanda Masalah
Awalnya, Maria diajak tinggal bersama di rumah ini karena mereka bersimpati dengan penderitaannya dianiaya oleh kakak-kakaknya. Maria tentu saja berpikir kebaikan Keluarga Delia akan membuatnya selamat dari kejamnya dunia. Ternyata, ini sih namanya keluar dari mulut singa, malah masuk mulut buaya! Sama-sama berakhir dengan mati! Maria adalah bungsu dari empat bersaudara. Kakak-kakaknya bukan orang yang berkecukupan. Oleh sebab itu, ketika Maria menumpang hidup di salah satu rumah kakaknya, mereka merasa keberatan. Sampai sekarang Maria heran mengapa kakak-kakaknya bersikap tidak peduli sejak kedua orangtua mereka meninggal? Padahal sebagai anak bungsu sudah sepantasnya Maria mendapat sedikit bantuan dari mereka. Setelah berkelana dengan banyak pekerjaan paruh-waktu yang tidak begitu memuaskan dari segi pendapatan, Delia kemudian memberikan pekerjaan yang bernama keren. Pekerjaan itu adalah sekretaris di kantor hukum Delia, Yazid, and Partners. Akan tetapi, dengan tug
Baca selengkapnya
12. Kenalan atau Tidak
“Meeting proyeksi hanya kita berlima?” tanyanya seraya meletakkan tas kantornya di meja. Rapat proyeksi yang disebut-sebut oleh Mas Dewan tadi adalah pertemuan antara anggota redaksi untuk mengetahui perkembangan artikel yang sudah selesai diatur tata letaknya. Semua artikel tersebut akan dipajang dan akan ketahuan, mana saja yang belum selesai agar segera dicarikan penggantinya. “Iya, kita ngobrol-ngobrol dulu, Cher. Tapi penting.” “Soal apa?” “Ya, seperti yang sekilas sudah saya bicarakan dengan yang lainnya juga, ini masalah kelangsungan majalah kita. Bagian pemasaran dan iklan menyampaikan protes bahwa isi majalah kita ini tidak up to date, sehingga susah dijual. Jadi, di sini kita berlima berusaha melakukan review pada setiap rubrik – “Maaf, Mas Dewan! Saya masih kurang mengerti dengan istilah nggak ‘up to date’ yang dikatakan bagian iklan,” sambar Cherry sembari memainkan nada suaranya mengejek penilaian karya
Baca selengkapnya
13. Cowok Baru
Cherry mengingatkan dirinya sendiri kalau ia bukanlah perempuan jelek. Sama seperti di lift tadi di mana semua laki-laki memandangnya, ia yakin cowok di hadapannya ini akan menyambutnya dengan baik. “By the way, kita belum kenalan. Gue Cherry,” katanya sambil lalu. Cherry tidak mau terdengar kalau ia yang sangat ingin perkenalan antara mereka itu terjadi. “Aku Farid.” Benar, kan? Laki-laki itu mengulurkan tangan sembari menyebutkan namanya. Cherry menyesal sudah meragukan yang tidak-tidak. Cherry menyambut uluran tangan itu dan berkata, “Nama yang unik.” “Maksudnya nama kuno, ya? Nggak seperti nama kamu, Cherry… manis.” Cherry tersenyum. “Yah, kita kan nggak bisa memilih harus bernama apa. Orangtua yang memikirkannya untuk kita ketika lahir.” Farid tersenyum. “Omong-omong, gimana kamu bisa menyetir sendiri di Jakarta kalau nggak bisa parkir seperti tadi pagi?” Cherry cemberut. Lagi-lagi ada yang bertanya soal k
Baca selengkapnya
14. Janji Temu
“Hari ini ada launching album pertama New Ratu-Ratu. Tapi sudah ada reporter yang pergi ke sana. Kata Mas Dewan, untuk sementara lo terlarang mewawancarai penyanyi-penyanyi baru. Makanya jangan bikin sensasi waktu mewawancarai siapa itu tempo hari bersama Widi Anjasmara.” Bukannya merasa bersalah, Cherry terkikik geli. Rupanya, pihak label musik mengadukan pertanyaan interviewnya kepada Mas Dewan. “Oh, grup vokal cewek bentukan Dhani Dunia itu?” tanya Cherry mendengar nama penyanyi yang disebutkan oleh Barata. “Kadang-kadang gue heran mereka itu penyanyi apa show girl?” Barata membetulkan letak kacamatanya. “Dua-duanya kali. Kan memang konsep mereka itu hot babes gitu kan kalau nggak salah?” “Dan hot babes seharusnya selalu berada di dalam hot tub?” Cherry tertawa. Ia membayangkan Dhani Dunia berada di dalam hot tub yang sama dengan kelompok vokal bentukannya itu. Apa ya kira-kira yang mereka lakukan? Stop
Baca selengkapnya
15. Berani adalah Kunci
Cherry tidak mengetahui bahwa saat itu sebenarnya Farid juga sedang berusaha menyembunyikan kegugupannya. “Bagaimana tadi di kantor?” Farid bertanya basa-basi. Dari pertanyaan itu, Cherry tahu kalau Farid sedang berusaha membangun kenyamanan dalam perbincangan keduanya. Ia dapat memilih menjawab pertanyaan itu dengan basa-basi juga atau bercerita dengan cara yang lebih menarik. Dalam hemat Cherry, ia ini penulis di sebuah majalah musik. Seharusnya, ia dapat mengenyahkan suasana canggung yang tercipta saat itu. Walau bagaimanapun, berinteraksi dengan orang lain adalah keahliannya. “Ada launching album New Ratu-Ratu sore ini. Dua penyanyi bentukan Dhani Dunia. Pasti tahu dong, dia siapa? Rockstar zaman dulu yang berusaha tetap relevan sampai sekarang. Farid tertawa. “Iya iya, aku masih punya kasetnya.” “Tapi, gue nggak datang,” tambah Cherry. “Kenapa?” Cherry menatap Farid senang karena ia menyaksikan binar-bina
Baca selengkapnya
16. Sepenggal Kisah dari Bali
Nay menata semur ayam dengan tomat yang dibentuk bunga dan irisan timun. Selesai, ujarnya bangga kepada diri sendiri. Ia sudah gatal mencoba dapur Cherry ketika menginjak rumah tersebut setibanya dari Bali. Nay senang memasak. Orang-orang yang baru mengenalnya pasti tidak akan menyangka ia mempunyai hobi setradisional itu. Nay melihat pantulan wajahnya yang memandang balik dirinya dari cermin yang ada di atas wastafel. Rambutnya ditata dengan gaya yang disebut girly punk oleh stylist-nya. Dipotong dengan teknik cacah-mencacah sehingga rambutnya tipis di kedua sisi namun memanjang di bagian belakang. Bila ia menggunakan wax dengan kekuatan super, Nay bisa mengangkat rambut tersebut ke atas dan memberikannya penampilan Mohawk. That’s hot, itu kata teman-temannya menirukan ungkapan yang sering diucapkan Paris Hilton. Dalam hati Nay, ia selalu mengingat-ingat pujian itu jika sedang dalam kondisi yang tidak mengenakkan. Nay melirik jam
Baca selengkapnya
17. Pesta yang Gila
Para pendatang di pulau Bali cenderung berkelompok. Mungkin karena jika kita memiliki teman maka itu akan dipercaya dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk beradaptasi di tempat baru. Begitu pula halnya yang terjadi dengan Nay dan Peter. Kedua-duanya sama-sama orang asing di pulau dewa-dewa. Walaupun yang satu berdarah Kaukasia dan Nay kental dengan garis keturunan Asia. Tapi, keduanya memiliki kebutuhan yang sama, yaitu untuk dapat diterima di tempat baru. Oleh karena itu, ketika suatu saat Peter mengajaknya ke sebuah pesta, Nay dengan senang hati menerimanya.“I’m glad you come,” kata Peter sambil menyodorkan sebotol bir.Nay menerimanya. Tidak langsung meminumnya tentu saja karena Nay sedang mencoba gaya hidup sehat dan alkohol adalah salah satu yang ia coba hindari.Peter mengangkat dan menyentuhkan botol bir ke miliknya, “To the new life,” kata laki-laki itu.Nay basa-basi menanggapi, “Ch
Baca selengkapnya
18. Kenikmatan yang Menyakitkan
Namun, dugaannya salah. Sabuk pinggang laki-laki itu rupanya dipakai untuk memecutnya. Sakit, batin Nay sewaktu pecutan itu mendarat di perutnya. Peter tidak berhenti dan kali ini sabetan ikat pinggang mengenai lengannya. Nay meronta-ronta. Ia mau tangannya bergerak lepas untuk melindungi dari aksi Peter yang menyakitkan itu. Tak pelak, Nay menggunakan kakinya untuk menghalang-halangi aksi laki-laki itu.Salah langkah. Peter justru menahan kakinya lalu membentangkannya lebar-lebar dan mengikat ujung kaki Nay ke tiang yang tersisa. Nay khawatir. Ia tidak pernah dilakukan seperti ini. Peter kemudian mendekatinya. Nay memalingkan wajah dan menutup matanya rapat-rapat.Sedetik kemudian, ia merasakan elusan lembut di rambutnya. Dahinya mengenali kecupan basah dari bibir Peter. Nay membuka mata. Tidak ada lagi sebuah ikat pinggang dalam jarak pandangannya. Sejenak, Peter berdiam dan memandanginya lekat-lekat.“Apa?” bisik Nay pelan mengira ada yang aneh da
Baca selengkapnya
19. Tinggal Bersama
Ranjang hotel sempit itu sudah tidak berbentuk. Seprai dan selimutnya sudah tidak beraturan dan berserakan di mana-mana. Nay mengambil salah satu selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Di sebelah kanannya, Peter sedang mengenakan celananya kembali. Setelah itu, Peter balik ke ranjang dan memeluknya.Nay membuat tubuhnya nyaman dengan menyandarkan kepalanya di dada Peter. Pria itu menyambutnya dengan elusan yang menenangkan di rambutnya.“I can live like this forever,” bisik Peter di telinganya.Nay membalas ucapan laki-laki itu dengan mempererat pelukan di pinggang Peter.“Why can’t forever starts now?”Nay menegakkan tubuhnya. Ia bukannya tidak mengerti Bahasa Inggris. Akan tetapi, ia perlu mengonfirmasi apa benar kalimat Peter itu sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya.“Tinggal sama saya, ya.”Nay duduk bersandar di kepala ranjang dan menaikkan selimut ke dad
Baca selengkapnya
20. Perayaan Untuk Perpisahan
Hidup bersama Peter memang tidak melulu bunga dan hadiah. Tapi, bukankah itu yang terjadi dalam setiap hubungan percintaan?“Soft box mana?” tanya Peter.Nay menunjuk ke sudut ruangan tempat salah satu kelengkapan fotografi itu berada.“Kok belum diberesin?”Tak dinyana, laki-laki itu merenggut kepalanya, lalu menggiringnya ke tempat soft box berada. Tidak cukup sampai di situ, Peter mendorong kepalanya dengan sekuat tenaga. Nay yang tidak siap mendapat perlakuan seperti itu, jatuh terjerembab.“Mau berangkat jam berapa lagi, hah?” bentak pria itu.Nay cepat berdiri dan meraih kabel-kabel untuk ia bereskan. Tapi, Peter tidak berhenti menyakitinya. Kaki pria itu menendang punggungnya.“Peter!” Refleks Nay berteriak.Untuk beberapa detik, tidak ada jawaban apa-apa dari pria bule itu. Nay sendiri melanjutkan mengemas soft box. Mendadak, ia merasakan sentuha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status