All Chapters of Menikahi Kekasih Kembaranku: Chapter 1 - Chapter 10
12 Chapters
Chapter 1. Menikahlah Dengan Tunanganku
Di kediaman keluarga Iskandar …."Berikan aku uang!" hardik Iskandar kepada Camilla, istrinya."Cepat berikan uang itu, Mila! Sebelum hilang kesabaranku!" teriak Iskandar dengan bersungut-sungut.Mila masih tetap tidak peduli. Perempuan itu masih berkutat dengan alat make up-nya. Siang nanti, dia berencana menemani pejabat besar yang baru datang dari kota. Pekerjaan Mila adalah wanita penghibur. Namun, Iskandar tidak tahu akan hal itu.Iskandar terlihat tidak sabaran. Dia berdiri lalu menghampiri Camila yang masih berjibaku dengan make up-nya. Tiba-tiba saja lelaki itu sudah menendang tubuh Camila. Tak hanya itu, tangannya turut mengobrak-abrik peralatan kosmetik istrinya."Praankk ….""Bruukk …."Semua berhamburan dalam waktu sekejap. Tubuh kurus Camila jatuh tersungkur tepat mengenai bibir pembaringannya. Tangan kurus itu mengusap dahinya yang berdarah."Dasar lelaki tak berguna! Kenapa tidak kamu ceraikan aku saja?!" teriak Camila dengan suara yang menyayat."Apa katamu? Cerai? Jan
Read more
Chapter 2. Di Mana Cincin Tunangan Kita?
"Maksudmu apa? Kamu gila! Bagaimana mungkin kamu menyuruhku menikahi tunanganmu? Azriel Albiru adalah pemilik PT. Albiru Falah? Dia punya uang dan kekuasaan! Jika dia marah, kehidupan keluarga kita akan hancur seketika." Shafiqa dengan bibir bergetar menanyakan hal itu pada kakak kembarnya itu."Yup … kamu memang cerdas, Sayang. Kamu sudah bertemu dengannya kemarin, kan? Bagaimana? Kulihat, dia memang sangat mengagumimu. Jadi, tenang saja adikku sayang," papar Shafira dengan yakin jika Shafiqa memang mengenal pria yang dia maksudkan. “Itu karena dia mengira aku adalah kamu,” sergah Shafiqa cepat. Namun, Shafira hanya tersenyum penuh arti.“Ziel tidak tau kalau aku memiliki saudara kembar. Jadi, kuharap kamu bisa tutup mulut sampai pernikahan itu dilaksanakan.”‘Seandainya saja kamu tahu hal yang sebenarnya, Shafiqa. Justru, Azriel berhubungan denganku karena mengira aku adalah kamu,’ batin Shafira dalam hati."Aku tidak bisa! Kenapa tidak kamu saja yang menikah dengannya!" tampik Sh
Read more
Chapter 3. Apakah 100 Juta Cukup?
Makanmalam telah usai. Ziel telah memperkenalkan calon istrinya kepada Mira danJohan selaku tante dan omnya. Pria tampan itu tengah berbincang bersama Johandi ruang keluarga. Sementaraitu,Shafiqa dan Mira masih di meja makan. Shafira sengaja diminta Ziel untuk menemani tantenya itu agar mereka saling mengenalsatu dengan yang lain. Sebenarnya,Shafiqa tidak ingin. Terlebih lagi, Tante dari Ziel ini sejak awal terlihatsekali tidak menyukainya.Melihat piring-piring kotor,Shafiqa merasa lebih baik dirinyamembantu pelayan di rumah Mira. "Duduklahdekat denganku! Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu," perintahMira yang justru semakin kesal karena melihat Shafira sibuk bersih-bersih."Nona… pergilah ke sana!Jangan sampai dia tidak menyukaimu. Nyonya Mira itu sangat galak," bisikTina—pelayan di rumah Mira.Shafiqa mengernyitkan dahinya dan berlalu meninggalkan dapurmenuju tempat di mana Mira duduk menunggunya."MaafNyonya … tadi saya bantu Tina sebentar," beritahu Sha
Read more
Chapter 4. Siapa Wanita itu?
"Selamat untukpernikahan kalian berdua," ucap Tuan Ammar pada Azriel dan Shafiqa saatgilirannya menyalami kedua mempelai ini.Lelaki pemilik perusahaan"Maju Bersama" tersebut datang memberikan ucapan selamat kepadaAzriel selaku rekanan bisnis perusahaannya dan juga Shafiqa yang dulu bekerjasebagai sekretarisnya. "Terima kasih, TuanAmmar," ujar Azriel dengan senyum yang sedari tadi tidak lepas daribibirnya. Shafiqa yang di sampingnya pun,turut tersenyum menyambut kehadiran mantan bosnya tersebut."Kamu cantik sekali,Shafiqa. Kalian benar-benar pasangan serasi," timpal Nyonya Julaika—istriAmmar."Terima kasih,Nyonya," jawab Fika dengan santun.Tuan Ammar datang takhanya memberi ucapan selamat saja untuk mereka berdua. Lelaki itu juga memberihadiah mewah untuk pengantin baru tersebut. Acara pernikahan keduamempelai ini benar-benar berlangsung begitu meriah dan lancar. Anekamakanan dan kudapan mewah disediakan dengan berbagai varian. Para tamu banyakyang berdecak kagum
Read more
Chapter 5. Darah?
“Mengapa buru-buru masuk? Apa kamu sedang cemburu atau kamu sudah tidak sabar untuk melakukan malam pertama kita?” tanya Azriel sambil membelai tubuh istrinya.Shafiqa mengalihkan atensinya dengan membelakangi Azriel. Sayangnya, tangan laki-laki itu benar-benar tidak bisa diam sampai membuat satu desahan lolos dari mulut Shafiqa."Tolong … jangan begini," keluhnya."Bukankah kamu biasanya suka? Mengapa sekarang kau tidak suka? Kamu juga sudah menyetujui pernikahan ini. Mengapa sekarang menolakku?" tanya Ziel dengan wajah semakin mengendus tengkuk Shafiqa dari belakang."Tu–""Berapa kali aku harus mengingatkanmu akan hal itu? Mengapa kamu mengubah panggilanmu padaku?" potong Ziel sambil membalikkan paksa tubuh perempuan yang kini sudah sah sebagai istrinya tersebut.Wangi jasmine dari tubuh Shafiqa semakin membuat pria di hadapannya tersebut kembali menunduk dan mengendus ceruk lehernya dari depan. Perempuan cantik itu hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Mencoba menghentikan sesuatu y
Read more
Chapter 6. Apakah Kamu Sudah Tidur Dengannya?
"Jelaskan! Siapa kausebenarnya?“"Sungguh … aku tidakbermaksud menipumu. Aku hanya … ah, bahkan, aku tak punya kuasa atas dirikusendiri,” sahut Shafiqa dengan suara bergetar.“Apakah benar itu darahkeperawananmu? Tolong jawab dengan jujur,” pinta suara Ziel dengan suaratercekat. Tak ada sahutan dariperempuan yang semalam telah membuat dirinya bagai candu untuk pria tampan itu.Akan tetapi, anggukannya telah memberi sebuah jawaban untuk Ziel. Shafiqa masihberdiri dengan tubuh gemetaran. Perlahan pria itu menghampirinya dan membawanyadalam pelukan hangatnya.Suara isakannya laluterdengar bagai sebilah pisau yang menyayat hati Ziel. Kemarahannya yangmeledak-ledak seketika luruh bagai disiram kristal bening perempuan itu. “Ceritakan semua dariawal, agar aku tidak salah mengambil keputusan selanjutnya,” ujar Ziel denganbijaksana.Perempuan itu melepaskanpelukannya lalu berjalan sedikit mundur. Ziel mengulurkan pakaian seadanyauntuk menutupi tubuh bugilnya. Setidaknya itu le
Read more
Chapter 7. Dasar Mesum!
"Syukurlah … kamu memang bisa diandalkan, Shafiqa. Kakak jadi makin sayang ma kamu," gumam Shafira sambil menutup panggilan teleponnya. Shafira tampak turun dari pembaringan yang sudah carut-marut tidak karuan. Bentuknya sudah ngalah-ngalahin kapal pecah. Dengan tubuh telanjang, gadis itu beranjak menuju kamar mandi hotel. Dia ingin membersihkan tubuhnya yang sudah bercampur keringat dan cairan kenikmatan teman lelakinya. Terutama di bagian intim miliknya. Rasanya lengket dan bikin dirinya tampak gerah. Tanpa banyak membuang waktu dia pun bergegas mandi. Dia ingin segera beristirahat di rumah. Setengah jam kemudian, gadis itu tampak sudah keluar kamar mandi hanya dengan mengenakan bathrobe yang disediakan pihak hotel."Hei … baru kutinggal sebentar ternyata kamu sudah bangun, Cantik. Mana sudah wangi lagi. Bikin aku jadi ingin menyentuhmu," ujar Prayoga-lelaki yang sejak semalaman membooking Shafira.Shafira mencoba menepis tangan pria itu dengan halus. Tubuh
Read more
Chapter 8. Perempuan Itu Pelacur Saya!
“Mengapa Nani tidak memberitahuku sebelumnya? Pikirnya gampang apa mempresentasikan produk kita yang cukup rumit tersebut?” Ziel terlihat begitu geram dan uring-uringan.“Mmm … maaf pak, kalau Bapak berkenan biar saya yang menggantikan tugas Nani,” ucap Bimo. Ziel hanya mengalihkan atensinya sejenak ke arah bawahannya tersebut, tetapi sebentar kemudian beralih pada setumpuk berkas yang harus dipresentasikan di hadapan rekan bisnisnya nanti. Pria tampan itu menyugar surainya yang berwarna sedikit pirang.“Ada masalah apa, Mas?” tanya Shafiqa menghampiri suaminya.Ziel masih bergeming tidak menghiraukan pertanyaan suaminya tersebut. Bimo tampak takut-takut menjawab pertanyaan bos perempuannya itu.“Nani-sekretaris Bapak mengundurkan diri hari ini, Bu. Padahal hari ini ada pertemuan penting dengan Pak Prayoga pemilik PT. Air Lancar,” terang Bimo.“Mengapa Nani keluar mendadak Pak? Apa sebelumnya tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu?” Shafiqa melontarkan pertanyaan ke Bimo.“Nani dipa
Read more
Chapter 9. Siapa Pria Itu, Shafira?
Prayoga tampak kesal sekali. Dia segera menyeret langkahnya meninggalkan PT. Albiru dengan kondisi muka lebam. Ziel sendiri yang masih nampak tidak terima dengan perkataan Yoga tadi kembali mendaratkan satu bogemnya sebelum pria itu benar-benar meninggalkan kantornya.Bimo sama sekali tidak menghentikan kebrutalan Ziel. Sebagai seorang lelaki yang membela istrinya sudah sepantasnya Ziel melakukan hal itu.“Apakah perlu kita mengadukan masalah ini, Pak? Karena tadi itu sudah termasuk pencemaran nama baik!” Bimo mengemukakan pendapatnya.Ziel bergeming di tempatnya dengan Shafiqa yang masih memeluknya. Perempuan cantik itu tampak ketakutan sekali.“Aku takut bertemu dengannya lagi, Mas. Pasti dia mengira aku adalah Shafira,” kata Shafiqa dengan bibir bergetar.“Maksud Bu Shafiqa bagaimana? Kalau boleh saya tahu?” sela Bimo dengan pandangan kebingungan.Sepasang suami-istri itu hanya bisa saling menatap dengan memberi sebuah isyarat agar keanehan yang terjadi hari ini cukup mereka berdua
Read more
Chapter 10. Pura-pura Bersikap Manis
Mira terbangun dengan rambut yang masih awut-awutan. Wanita berusia 45 tahun itu keluar kamarnya lalu menuju meja makan dengan ponsel dalam genggamannya. Sedari tadi dia tampak senyum-senyum sendiri. Tina-asisten rumah tangganya memperhatikannya dengan raut tidak suka. Netra Mira sekilas menangkap masakan beraneka ragam sudah tersedia di atas meja makan. Bahkan, mie ayam kecap kesukaannya pun sudah terhidang di sana. ‘Tumben si Tina rajin banget,’ pikirnya. Tangannya masih berbalas pesan dengan seseorang di seberang sana. Bibirnya tak henti menyunggingkan seulas senyum iblisnya. “Tin, ambilin minum!” titahnya kepada Tina yang nampak masih sibuk mengeluarkan cucian dari mesin cuci. “Bentar ya, Nyah. Lagi nanggung nih, mumpung cuaca lagi panas. Saya mau jemur cucian dulu,” jawab Tina dengan entengnya. Netra Mira melebar mendengar penolakan pembantunya tersebut. “Saya bilang ambilkan minum, ya kerjakan!” seru Mira dengan menggebrak meja di hadapannya. Tina menghela napas kesal
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status