Home / Rumah Tangga / Menikahi Kekasih Kembaranku / Chapter 2. Di Mana Cincin Tunangan Kita?

Share

Chapter 2. Di Mana Cincin Tunangan Kita?

last update Last Updated: 2022-08-14 16:43:52

"Maksudmu apa? Kamu gila! Bagaimana mungkin kamu menyuruhku menikahi tunanganmu? Azriel Albiru adalah pemilik PT. Albiru Falah? Dia punya uang dan kekuasaan! Jika dia marah, kehidupan keluarga kita akan hancur seketika." Shafiqa dengan bibir bergetar menanyakan hal itu pada kakak kembarnya itu.

 

"Yup … kamu memang cerdas, Sayang. Kamu sudah bertemu dengannya kemarin, kan? Bagaimana? Kulihat, dia memang sangat mengagumimu. Jadi, tenang saja adikku sayang," papar  Shafira dengan yakin jika Shafiqa memang mengenal pria yang dia maksudkan. 

 

“Itu karena dia mengira aku adalah kamu,” sergah Shafiqa cepat. Namun, Shafira hanya tersenyum penuh arti.

 

“Ziel tidak tau kalau aku memiliki saudara kembar. Jadi, kuharap kamu bisa tutup mulut sampai pernikahan itu dilaksanakan.”

 

‘Seandainya saja kamu tahu hal yang sebenarnya, Shafiqa. Justru, Azriel berhubungan denganku karena mengira aku adalah kamu,’ batin Shafira dalam hati.

 

"Aku tidak bisa! Kenapa tidak kamu saja yang menikah dengannya!" tampik Shafiqa seketika.

 

Jujur saja, Azriel memang cukup tampan. Pria itu memiliki daya tarik tersendiri bagi setiap wanita. Namun, tidak bagi Shafiqa. Pria itu ibarat artis yang memiliki banyak idola. Shafiqa tidak berharap dia bersaing memperebutkan perhatian Azriel dengan para pengagumnya. 

 

Mereka pernah bertemu sekali di kantor milik Tuan Ammar—tempat Shafiqa bekerja. Bahkan, pria itu menyatakan terus-terang jika dirinya menyukainya. Namun, tiba-tiba, Azriel bertunangan dengan Shafira, saudara kembarnya. Bukankah, pria itu bukanlah pria baik-baik?

 

"Kamu mau tahu alasanku kenapa?"  Shafira menghampiri  Shafiqa yang masih merenung.

 

"Lelaki itu sama saja. Ketika susah, dia mencari kita. Namun, ketika sukses dengan seenaknya mereka mencampakkan kita. Aku tidak mau nasibku sama dengan Mama," cetus Shafira dengan tatapan begitu dingin.

 

"Jika kamu saja ketakutan, mengapa kamu menyuruhku menikah?"  Shafiqa pun tak kalah, dia mendebat keputusan Shafira.

 

"Ah sudahlah … susah ngomong sama kamu. Pokoknya, sekarang kamu harus mulai menggantikanku bertemu dengan Ziel. Dimulai dari malam ini! Kamu harus dandan yang cantik dan jangan mengecewakanku. Terutama, Mama kita," desis Shafira sambil berlalu meninggalkan mereka berdua.

 

Gadis itu hanya bisa berdecak kesal lalu meluapkan kekesalannya pada wajan penggorengan. Camila-ibunya datang menghampiri gadis itu.

 

Shafiqa kini menghambur dalam pelukan Camila. Tangisnya tumpah di dada wanita yang melahirkannya tersebut.

 

"Jangan lupa … berhiaslah secantik mungkin. Aku sudah membelikan gaun untukmu! Pakailah agar dirimu tidak terlihat memalukan!" Shafira kembali menghampiri mengingatkan adiknya tersebut. 

 

“Satu lagi, bersikaplah seolah-olah kamu adalah aku!” titah Shafira sambil menghempaskan paper bag yang dibawanya.

 

Saat Shafira masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya untuk beristirahat, Shafiqa dan Camila hanya bisa saling melempar pandangan. Keduanya menatap punggung Shafira dengan sekelumit kebingungan.

 

 *****

Sesuai perkataan Shafira, malamnya, Azriel datang bertamu di kediaman mereka. Camila menyambut dengan ramah, meskipun sedikit canggung. Setelah berbasa-basi, Camila pun menanyakan maksud kedatangan Azriel.

 

“Benar Anda ingin menikahi putriku, Nak Azriel?” Camila melontarkan pertanyaan kepada Azriel.

 

"Kurasa niat baik harus segera disegerakan, Ibu Camila. Saya takut setan ada bersama kami jika sedang berduaan. Toh, kami juga sudah bertunangan meskipun tanpa sepengetahuan Anda. Shafi … yang meminta saya menyembunyikan dari Anda sekeluarga,” terang Ziel meyakinkan. 

 

Berbeda dengan Mila yang terkejut ketika mendengar hal tersebut. Raut wajah wanita berusia 45 tahun itu sulit ditebak. 

 

"Saya sudah siap, Zi—Ziel…."  Shafiqa muncul tiba-tiba di antara keduanya.

 

Malam ini, dia begitu cantik dan terlihat anggun. Gaun panjang itu melekat sempurna di tubuh rampingnya. Rambutnya hanya dikuncir kuda. Memperlihatkan keindahan jenjang lehernya. Lagi-lagi membuat Azriel menelan salivanya.

 

Camila mengamati putrinya dengan decakan kagum. Tak beda dengan Azriel yang berada di sana. Netra biru sapphire itu tak lepas dari wajah Shafiqa. Hal itu sampai membuat kikuk si pemilik wajah cantik tersebut. 

 

"Ibu … saya izin membawa putri Anda menemui keluarga saya. Tak sampai larut, saya akan membawanya kembali."

 

"Pergilah, hati-hati di jalan," pesan Camila sambil mengiringi langkah mereka dari belakang.

 

Keduanya meninggalkan kediaman Iskandar menuju kediaman keluarga Albiru. Selama dalam perjalanan, keduanya hanya saling berdiam. Azriel melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

 

"Aku sudah menyuruh orangku mengurus semua. Seminggu lagi, kita akan menikah. Kuharap sampai tiba waktunya, kamu tidak berubah pikiran, Shafi!" 

 

"Panggil saya Shafiqa," tukas gadis itu cepat. Tatapannya sejenak mengarah ke Azriel yang kebetulan tengah menatapnya. Kemudian kembali lagi ke arah jalanan. Pipinya merona merah, untung saja Azriel tidak menyadari hal itu.

 

Azriel tidak mengerti mengapa perempuan yang biasanya hanya ingin dipanggil Shafi itu meminta dipanggil dengan nama lengkapnya. Namun, tidak apa-apa asalkan gadisnya itu senang. Pria tampan itu lalu langsung menarik jemari Shafiqa dalam genggamannya.

Shafiqa sempat terperanjat, tetapi berusaha bersikap biasa saja.

 

"Hai … ada apa denganmu? Mengapa kamu sepertinya kaget? Bukankah, kemarin malam kamu malah enggan berlalu dari pelukanku?" tanya Azriel dengan heran.

 

"Eh … maaf. Saya hanya …."

 

Tanpa diduga, Azriel mengecup pipinya singkat. Membuat Shafiqa kembali dibuat kaget. Sementara Azriel merasa ada yang janggal. Bau parfum itu, beda dengan parfum yang dia cium semalam.

 

Namun, Azriel menyikapinya dengan biasa saja. Sempat pria tampan itu berpikir, mungkin Shafiqa memang menyukai berbagai aneka parfum yang berbeda-beda.

 

Azriel masih menggenggam jemari gadis itu, membelai dan mengusap halus di sela-selanya.

 

"Mengapa kamu tidak memakai cincin yang kuberikan tadi?" celetuknya tiba-tiba.

 

Shafiqa yang kaget menarik jemarinya dari pria itu. Dia bingung akan beralasan apa. Mengapa kakaknya tidak berkata apa pun perihal cincin tersebut? Wajah gadis itu kini sudah pucat pasi.

 

'Mengapa kamu selalu menyusahkanku!' rutuk Shafiqa dalam hati.

 

"Hai … jangan ketakutan seperti itu. Aku hanya bertanya saja. Toh, itu cincin murah. Aku sudah memesan berlian untukmu." Azriel menenangkan gadis di hadapannya.

 

"Maaf … saya tidak sengaja meng-hilangkannya," jawab  Shafiqa dengan terbata. 

 

"Bersikaplah biasa saja. Aku tidak ingin wajah tegangmu itu merusak kecantikanmu," bujuk Azriel sambil mengecup jari gadis itu.

 

Sebenarnya Azriel masih merasa bingung. Mengapa gadis itu terlihat begitu canggung di hadapannya malam ini. Bahkan, terkesan begitu formal membahasakan dirinya. Namun, rasa bahagianya membuat Azriel memilih untuk mengabaikan hal itu.

 

Tak lama, mobil tersebut memasuki hunian yang cukup berkelas. Seperti hunian mewah lainnya, town house ini juga ada penjagaannya.

 

Sebuah bangunan bercat krem berdiri megah di hadapan mereka. Tiangnya yang berwarna tembaga memberi kesan mewahnya. Bangunan itu hanya dihuni oleh sepasang suami istri yang masih kerabat Azriel. Pria tampan itu, memang sudah yatim-piatu semenjak kecil.

 

Sosoknya yang pekerja keras membuat dia berhasil membeli hunian megah untuk ditinggali oleh Om dan Tantenya yang mengasuh Azriel dari kecil. 

Saat mereka masuk, Om dan Tantenya sudah menyambut mereka.

"Jadi ini calon istrimu? Apa tidak salah?" Pertanyaan itu membuat Shafiqa seketika takut setengah mati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Kekasih Kembaranku   Chapter 12. Apa Urat Malumu Sudah Putus?

    “Rupanya begini kelakuanmu di luaran ya? Ini yang kamu bilang bekerja. Bisa-bisanya keponakanku memperistri perempuan sepertimu. Oh, mungkin memang pekerjaanmu menjual selang–”“Jangan bersikap kurang ajar! Aku sama sekali tidak mengenalmu. Jadi jangan coba turut campur urusanku!” potong Shafira sambil menjambak rambut Mira yang bergelombang tersebut.Mira merasa sedikit aneh ketika gadis yang dia kira Shafiqa itu tidak mengenalinya. Berbeda dengan Shafira yang langsung tanggap dengan keadaan. “Kamu memang menantu sialan! Lepaskan rambutku!” pinta Mira dengan sengit. Bibir perempuan itu menggeram kesakitan merasakan jambakan Shafira pada rambutnya. Sementara Bianca malah asyik mengambil video kedua perempuan yang tengah bertikai itu. Bianca tersenyum puas ketika mengetahui Mira tengah ditindas gadis cantik yang disangkanya Shafiqa.“Aku akan mengadukan kelakuanmu pada keponakanku, biar dia sekalian menceraikanmu!” ancam Mira kepada Shafira.Shafira tersenyum sinis, “Adukan saja dan

  • Menikahi Kekasih Kembaranku   Chapter 11. Menyusun Siasat

    “Jadi perempuan itu sekarang ikut bekerja di perusahaan, Ziel. Tante tidak bisa bayangkan kalau pada akhirnya Ziel benar-benar takluk di tangan istrinya,” keluh Mira kepada Bianca. Wanita itu sengaja mengajak Bianca bertemu untuk mendukung aksinya kembali. Mira mengetahui bahwa, dirinya tidak akan mampu mengendalikan Ziel dengan tekanan darinya. Sekuat tenaga Mira berusaha mempengaruhi Bianca agar mau diajak bekerja sama. Bianca sendiri nampaknya masih mempertimbangkan keinginan Mira. Gadis itu sedari tadi tampak berpikir keras bagaimana dia sendiri bisa mendapatkan simpati mantan kekasihnya tersebut. Lebih tepatnya menaklukkan orang yang disukainya. “Lalu aku harus bagaimana, Mira?” Bianca memang tidak terbiasa menambahkan embel-embel tante di depan nama Mira meskipun Bianca lebih cocok jadi anaknya ketimbang jadi sahabatnya. “Kamu memang gadis yang cerdas, Bia! Aku tidak sia-sia mendatangimu. Aku yakin rencana kita ini pasti berhasil.” Mira terlihat begitu antusias. “Asal kam

  • Menikahi Kekasih Kembaranku   Chapter 10. Pura-pura Bersikap Manis

    Mira terbangun dengan rambut yang masih awut-awutan. Wanita berusia 45 tahun itu keluar kamarnya lalu menuju meja makan dengan ponsel dalam genggamannya. Sedari tadi dia tampak senyum-senyum sendiri. Tina-asisten rumah tangganya memperhatikannya dengan raut tidak suka. Netra Mira sekilas menangkap masakan beraneka ragam sudah tersedia di atas meja makan. Bahkan, mie ayam kecap kesukaannya pun sudah terhidang di sana. ‘Tumben si Tina rajin banget,’ pikirnya. Tangannya masih berbalas pesan dengan seseorang di seberang sana. Bibirnya tak henti menyunggingkan seulas senyum iblisnya. “Tin, ambilin minum!” titahnya kepada Tina yang nampak masih sibuk mengeluarkan cucian dari mesin cuci. “Bentar ya, Nyah. Lagi nanggung nih, mumpung cuaca lagi panas. Saya mau jemur cucian dulu,” jawab Tina dengan entengnya. Netra Mira melebar mendengar penolakan pembantunya tersebut. “Saya bilang ambilkan minum, ya kerjakan!” seru Mira dengan menggebrak meja di hadapannya. Tina menghela napas kesal

  • Menikahi Kekasih Kembaranku   Chapter 9. Siapa Pria Itu, Shafira?

    Prayoga tampak kesal sekali. Dia segera menyeret langkahnya meninggalkan PT. Albiru dengan kondisi muka lebam. Ziel sendiri yang masih nampak tidak terima dengan perkataan Yoga tadi kembali mendaratkan satu bogemnya sebelum pria itu benar-benar meninggalkan kantornya.Bimo sama sekali tidak menghentikan kebrutalan Ziel. Sebagai seorang lelaki yang membela istrinya sudah sepantasnya Ziel melakukan hal itu.“Apakah perlu kita mengadukan masalah ini, Pak? Karena tadi itu sudah termasuk pencemaran nama baik!” Bimo mengemukakan pendapatnya.Ziel bergeming di tempatnya dengan Shafiqa yang masih memeluknya. Perempuan cantik itu tampak ketakutan sekali.“Aku takut bertemu dengannya lagi, Mas. Pasti dia mengira aku adalah Shafira,” kata Shafiqa dengan bibir bergetar.“Maksud Bu Shafiqa bagaimana? Kalau boleh saya tahu?” sela Bimo dengan pandangan kebingungan.Sepasang suami-istri itu hanya bisa saling menatap dengan memberi sebuah isyarat agar keanehan yang terjadi hari ini cukup mereka berdua

  • Menikahi Kekasih Kembaranku   Chapter 8. Perempuan Itu Pelacur Saya!

    “Mengapa Nani tidak memberitahuku sebelumnya? Pikirnya gampang apa mempresentasikan produk kita yang cukup rumit tersebut?” Ziel terlihat begitu geram dan uring-uringan.“Mmm … maaf pak, kalau Bapak berkenan biar saya yang menggantikan tugas Nani,” ucap Bimo. Ziel hanya mengalihkan atensinya sejenak ke arah bawahannya tersebut, tetapi sebentar kemudian beralih pada setumpuk berkas yang harus dipresentasikan di hadapan rekan bisnisnya nanti. Pria tampan itu menyugar surainya yang berwarna sedikit pirang.“Ada masalah apa, Mas?” tanya Shafiqa menghampiri suaminya.Ziel masih bergeming tidak menghiraukan pertanyaan suaminya tersebut. Bimo tampak takut-takut menjawab pertanyaan bos perempuannya itu.“Nani-sekretaris Bapak mengundurkan diri hari ini, Bu. Padahal hari ini ada pertemuan penting dengan Pak Prayoga pemilik PT. Air Lancar,” terang Bimo.“Mengapa Nani keluar mendadak Pak? Apa sebelumnya tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu?” Shafiqa melontarkan pertanyaan ke Bimo.“Nani dipa

  • Menikahi Kekasih Kembaranku   Chapter 7. Dasar Mesum!

    "Syukurlah … kamu memang bisa diandalkan, Shafiqa. Kakak jadi makin sayang ma kamu," gumam Shafira sambil menutup panggilan teleponnya. Shafira tampak turun dari pembaringan yang sudah carut-marut tidak karuan. Bentuknya sudah ngalah-ngalahin kapal pecah. Dengan tubuh telanjang, gadis itu beranjak menuju kamar mandi hotel. Dia ingin membersihkan tubuhnya yang sudah bercampur keringat dan cairan kenikmatan teman lelakinya. Terutama di bagian intim miliknya. Rasanya lengket dan bikin dirinya tampak gerah. Tanpa banyak membuang waktu dia pun bergegas mandi. Dia ingin segera beristirahat di rumah. Setengah jam kemudian, gadis itu tampak sudah keluar kamar mandi hanya dengan mengenakan bathrobe yang disediakan pihak hotel."Hei … baru kutinggal sebentar ternyata kamu sudah bangun, Cantik. Mana sudah wangi lagi. Bikin aku jadi ingin menyentuhmu," ujar Prayoga-lelaki yang sejak semalaman membooking Shafira.Shafira mencoba menepis tangan pria itu dengan halus. Tubuh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status