All Chapters of Diamnya Istriku Usai Tahu Aku Selingkuh: Chapter 11 - Chapter 20
113 Chapters
Fitnah yang Menghancurkan
Pov Andi Setelah mendapatkan kepercayaan Ayu, rasanya seperti mendapat suntikan semangat. Hari-hariku jadi lebih berwarna karena senyum dan tawa Ayu serta anak-anakku tak pernah lepas. Aku sampai melupakan urusan Tiara, entah hal apalagi yang akan dia lakukan demi menghancurkan rumah tanggaku. Terhitung sudah sepekan setelah Tiara dengan tidak tahu diri melabrakku di Mall. Ayu sering bilang kalau Tiara masih sering mengirimnya pesan yang isinya hanya mengompori Ayu agar mau meninggalkanku, kuminta saja Ayu untuk mengabaikan pesan dari Tiara, biar dia tahu kalau kita sudah tidak peduli. Suatu hari saat aku berangkat ke kantor awalnya semua berjalan normal hingga tiba-tiba, aku dipanggil ke ruangan HRD. Sepanjang perjalanan menuju ruang HRD semua karyawan yang aku temui menatapku dengan pandangan yang tidak biasa, terkesan merendahkan menurutku, aku mulai merasa risi setahuku mereka biasanya tidak peduli saat aku bulak-balik ke ruangan ini. Tidak biasanya aku dipanggil dadakan seperti
Read more
Wanita Hebat
Tiara terlihat kaget dengan kalimat yang kubisikkan, matanya melotot. Aku sudah tidak peduli memilih meninggalkannya yang masih terpaku di depan pintu. Entah setan apa yang merasuki tubuhku hingga aku pernah menyukai gadis tidak tahu diri sepertinya. Setelah kejadian itu selera makan pun ikut menghilang. Tiba di rumah aku memilih langsung masuk kamar dan tidur. Hingga melupakan, kalau mungkin saja Ayu sudah menungguku di ruang makan sejak kedatanganku. Aku hanya bangun untuk salat, kubilang saja aku lelah dan butuh istirahat dan terpaksa aku berbohong kalau aku sudah makan di jalan. Walaupun, aku tahu percuma saja berbohong di depan Ayu, dengan mudahnya dia bisa tahu kalau aku tengah berbohong, meski begitu Ayu membiarkanku untuk tidur sendiri, tidak lagi menawariku makan berkali-kali seperti biasanya. Pukul 12 malam aku terbangun dari tidur. Ayu sepertinya belum tidur. Aku bisa merasakan nafasnya yang tidak beraturan, mungkinkah dia mengkhawatirkanku. “Tidur Sayang, sudah malam!Aba
Read more
Pulang dan Rumah
Targetku aku akan buka pada hari Sabtu, karena biasanya jalan ini akan ramai di akhir pekan, aku tinggal di dekat kawasan industri jadi banyak karyawan pabrik yang biasa nongkrong di malam minggu.Hari yang dinanti tiba, sejak subuh aku sudah siap-siap untuk berangkat ke ruko. Aku memperkerjakan 2 orang karyawan satu untuk memasak dan satu lagi untuk melayani tamu mengantarkan pesanan. Sedangkan, untuk bagian kasir sementara meminta bantuan Reno untuk berjaga selagi dia masih libur sekolah, karena wabah yang melanda kota ini.Alhamdulillah hari pertama buka dagangan kami laris, dengan iming-iming diskon 30 persen, ayamku habis tidak tersisa. Rasanya bahagia sekali kerja kerasku tidak sia-sia, tetapi Ayu bilang biasanya saat pembukaan pertama memang akan ramai, untuk hari-hari selanjutnya tidak akan seramai hari ini. Ah tidak apa Dek, nanti kita pikirkan lagi solusi agar kedai makan kita tetap ramai pengunjung. Sempat berpikir, andai saja mempunyai
Read more
Isi Hati
Pov AyuAku hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang dikaruniai 3 putra.Banyak yang bilang aku ini wanita bodoh, tidak punya harga diri, dan masih banyak lagi hanya karena mereka mengetahui kalau aku lebih memilih bertahan dalam pengkhianatan.Gosip tentang rumah tangga memang sangat cepat tersebar, apalagi suamiku memilih bermain hati dengan anak kosan yang masih satu kompleks dengan tempat tinggal kami.“Mamah Reno maaf ya ini mah jangan kesinggung ya, masa kemarin saya lihat Mas Andi sama anak kosan yang di ujung jalan sini, lagi di Mall berduaan,” ucap Bu Sari setelah pengajian bergilir  digelar di rumahnya selesai.Tetanggaku memang sering memanggilku Mamah Reno dari pada Ayu namaku sendiri.“Mungkin sama temennya, Bu,” tuturku meskipun hatiku panas.Tentu saja itu aib suamiku mau tidak mau aku harus menutupinya.“Ih iya Mah, kemarin saya juga liat tuh saya kenal anakny
Read more
Dilema Istri
“Ya Allah, masihkah tersisa pengampunanmu untuk anak durhaka sepertiku,” “Aku telah membencinya-membencinya bertahun-tahun. Engkau menegurku dengan berbagai cobaan, tapi aku tak pernah mau menghadapmu, Izinkan aku ya Allah, izinkan aku membuatnya bahagia sekali saja. Janganlah Engkau cabut kenikmatan hidupnya di dunia.” “Sehatkanlah dia ya Allah, sehat kan dia!” Aku tidak lagi bisa menahan air mata, mengingat dosaku pada Ibuku. Belum selesai mencurahkan isi hatiku, tiba-tiba Reno berteriak memanggil, aku jadi panik dengan cepat aku menghampirinya. “Ke-kenapa Reno bersama Tiara?” “Mah tadi aku menemukan dia udah pingsan di depan rumah kita,” ucap Reno di baringkannya tubuh Tiara di sofa ruang tamu. “Ren kok ada darah bercecer?” Saat itu sepanjang jalan dari halaman depan menuju pintu tampak tetesan darah. “Loh Ren Tiara berdarah Ren, Tiara pendarahan, mamah ambil mobil kamu bawa tiara ke mobil cepet.” Saking paniknya aku sampai berteriak di depan Reno. Kami berinisiatif membaw
Read more
Kehancuran
“Mas Andi, terima kasih. Mas ‘kan yang mendonorkan darah buat aku? Anak mas juga, kenapa mas pasti sayang banget ya sama aku? Aku terharu mas,” ucap Tiara tidak tahu malu.“Lihat Dek, perempuan tidak tahu malu seperti dia bahkan berani datang ke kandang musuh. Seharusnya kamu membiarkan dia mati saja kemarin,” ucapku.Setiap melihat Tiara aku tidak bisa menahan emosi, hingga kata-kata yang keluar dari mulutku terlampau pedas dan menyakitkan untuk didengar.Berkali-kali Ayu menyuruhku beristigfar, supaya aku lebih tenang. Untuk sesat mungkin bisa tetapi kalau terus-terusan berhadapan dengan Tiara aku bisa darah tinggi.“Jangan panggil aku Mas kamu itu seumuran dengan anakku! Asal kamu tahu kalau bukan karena Ayu. Aku tidak sudi darahku mengalir di tubuhmu, belum puas kamu menghancurkan hidupku? Apa salahku, hah? Aku tidak pernah menyentuhmu! Kenapa kamu bersih keras menjadikanku ayah dari anakmu? Pergi dari rumahku! Jangan pernah datang lagi!”Ayu tiba-tiba memelukku sangat erat, dia b
Read more
Aku Benci Tiara
Aku berdiri di depan cermin. Mematut bayang dari pantulan cermin di depanku. sejenak kami saling pandang dengan bayangan itu. aku mulai memindai penampilanku dari atas sampai bawah, Mungkin ini terakhir kalinya aku akan memakai kemeja dan dasi seperti ini. Tiba di kantor, aku mantap melangkah memasuki bangunan kantor. Pihak HRD sudah menghubungiku pagi-pagi sekali agar nanti aku langsung menemuinya. Aku memang sengaja datang lebih pagi dari biasanya untuk membereskan barang-barang milikku. Belum ada karyawan yang datang hanya ada Pak Eko petugas kebersihan yang tengah berkutat dengan pekerjaannya. Dia menyapa dengan ramah, mungkin dialah satu-satunya orang yang akan menyapaku dengan ramah, karena seisi gedung ini pasti akan memandangku hina karena ulah Tiara. Benar saja HRD memanggilku karna foto-foto itu sudah viral tersebar di dunia maya. Pihak HRD tidak bisa mentolelir, karena perusahaan kami memang sering mengusut tema keluarga. Pemimpin perusahaan yang notabene punya pengala
Read more
Ayu yang Menggemaskan
“To, ini loh Bapa dikasih sama yang punya Ayam geprek yang di sana!” Ditunjuknya ruko ayam geprek miliku. “Wah yang Toto mau itu ya Pa, Hore! Mana? Sini Pak, Toto mau makan!” sahut anak itu dengan riangnya. Toto masih berumur 3 tahunan dan satu lagi yang menggandengnya kuperkirakan berumur 12 tahun mereka tampak menggandol karung berisi botol plastik bekas. Sungguh miris padahal harga ayam geprekku tidak seberapa, ternyata anak ini sudah lama ingin mencicipi ayam geprekku, karena takut mengganggu mereka makan aku segera berpamitan dari sana. “Dek, sepahit itukah kehidupan di jalanan?” tanyaku pada Ayu. Kini, kami tengah berada di dalam mobil menuju arah pulang. “Iya Bang keras dan kejam, makanya kita harus banyak bersyukur, masih punya segalanya. Rumah, keluarga juga usaha. Sayangnya, kita malah sering lupa buat bersyukur.” “Bang Adek punya ide, bagaimana kalau kita kasih diskon 50 persen setiap hari Jumat, biar kita bisa promo sambil sedekah?” “Apa enggak bakal rugi? Abang ta
Read more
Ujian
“Abang udah pernah salat tobat?” tanya Ayu. “Belum Dek, memang harus?” tanyaku balik. Aku pernah mendengar tentang salat tobat tapi tidak pernah berpikir untuk melakukannya. Walaupun aku merasa sudah melakukan kesalahan yang fatal sekalipun. Kurasa Tuhan akan mengerti tanpa harus aku melakukan salat taubat. “Waktu Abang ngelakuin kesalahan Abang ngejelasin panjang lebar ke Adek, tujuannya biar Adek maafin Abang ‘kan? Kenapa Abang ga mau mengakuinya di depan Allah sekali lagi?” Pertanyaan Ayu membuatku terpojok. “Hehehe gitu ya De.” Aku sampai tidak bisa berkata-kata. Aku menoleh ke arah Ayu tapi tidak lama menatap lurus langit-langit kamarku lagi. “Abang pasti mikir kalau Tuhan pasti udah ngerti tanpa Abang jelasin, iya Kan?” “Iya, Dek,” “Tuhan memang Maha mengetahui Bang, tapi apa salahnya kalau Abang mengkhususkan taubat Abang dengan salat,” “Apa Allah akan mengampuni Abang, Dek?” tanyaku, entah kenapa ada sedikit keraguan dihatiku. “Insyaallah Bang, hanya ada satu dosa yan
Read more
Haruskah Aku Berbaik Hati?
 “Ren enggak baik ngomong kayak gitu, dia itu nenekmu Ren, ibunya mamah,” ucapku mencoba menenangkan Reno.“Apa dia pernah menganggapku cucunya Pah?“Mengakuinya atau tidak kamu tetap cucunya Ren,” ucapku.Reno lagi-lagi tersenyum kecut ke arahku. Dia terkesan meremehkan ucapanku, aku bisa mengerti perbuatan Ibu mertuaku juga sangat menyakiti Reno.“Demi Mamah bersikap baiklah kali ini Ren, hargai dia demi Mamahmu,” ucapku.“Demi Mamah? Aku tidak sebaik Mamah Pah,” ucap Reno. Aku menyerah sepertinya Reno tidak bisa diajak bicara, dia begitu keras kepala, sepertinya aku harus menyuruh Ayu agar dia mau bicara dengan Reno.“Ya sudah Papah mau ke sana sebentar,” pamitku pada Reno aku harus segera membicarakan hal ini dengan Ayu.Reno hanya mengangguk tanda setuju. Kucolek pinggang Ayu agar dia mau menoleh ke arahku, ku ajak dulu dia sedikit menjauh dari Ibu. Ak
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status