All Chapters of When Janda Meet Duda : Chapter 11 - Chapter 20
62 Chapters
11
Sepanjang jalannya acara, Samira beserta keluarga Wisnuaji duduk di dekat keluarga Nada yang menurut Wisnuaji begitu istimewa dan kini Samira baru membuktikan sendiri jika kata-kata Wisnuaji memang benar adanya. Karena keluarga Nada begitu ramai, sering saling menggoda, namun terlihat adanya kasih sayang di antara mereka. Jika hanya keluarga inti hal seperti ini sudah wajar, tetapi di keluarga besar bisa berinteraksi seperti ini sungguh sesuatu yang sangat jarang terjadi.Karena merasa ingin membetulkan make up nya, setelah acara makan malam bersama ini, Samira ijin kepada Wisnuaji untuk ke toilet."Mas, aku ke belakang dulu sebentar ya.""Okay"Setelah mendengar jawaban Wisnuaji, Samira bangkit berdiri dari posisi duduknya dan menuju ke toilet.Ketika ia baru saja keluar dari toilet dan berjalan memasuki ballroom hotel kembali, tiba tiba ia bertemu dengan Raka, atasan Nada yang di kenalkan kepadanya tadi siang."Mbak Samira ya?"Samira hanya tersenyum menanggapi panggilan Raka."Pang
Read more
12
Ketika Samira sampai di Bali, ia masih bingung bagaimana harus bersikap setelah perkataan Wisnuaji tadi ketika mereka berada di Yogyakarta internasional Airport. Padahal kini mereka semua sedang menaiki sebuah bus pariwisata yang telah di pesan oleh keluarga Nada untuk membawa mereka menuju villa milik Suryawan Raharja dan Gendis Adiratna. Setelah perjalanan sekitar satu jam dengan hiburan music karaoke amatiran dari keluarga Raharja yang silih berganti bernyanyi di dalam bus pariwisata di tambah keramaian mereka saling bercanda satu sama lain akhirnya mereka semua sampai. Samira cukup kagum dengan villa milik orang tua Nada yang begitu indah dan berada d tepi pantai. "Lebih baik di sini, villa kita sendiri, ouoo.... Segala nikmat dan anugerah yang Kuasa, semuanya di sini," Samira hanya menghela nafas pasrah ketika ia melihat Adam sudah bernyanyi dengan suara sumbangnya Lebih gilanya lagi kini sepupu Nada yang lain menyambung lagu yang yang dinyanyikan Adam. "Villa kita," Sambun
Read more
13
Semalam Samira tidur dengan Nada di kamar Nada dan Juna. Ketika Samira sudah akan menutup mata ia masih melihat Nada sibuk dengan HP nya. Hingga mau tidak mau Samira menanyakan kenapa Nada terlihat begitu senang hingga tertawa cekikikan."Kamu kenapa kaya seneng banget gitu?""Biasa deh Tan, lagi ngebully Robert."Samira ingat siapa Robert, karena kemarin ia sempat di kenalkan oleh Nada pada temannya itu."Kamu dekat banget kayanya sama Robert?""Nggak cuma sama Robert, aku juga dekat sama Deva dan Salma. Rasanya ya Tan, semakin kita dewasa semakin terseleksi mana teman yang sesungguhnya mana yang enggak dan aku beruntung karena punya mereka bertiga.""Hidup kamu terberkahi Nad. Iri Tante jadinya."Kini Nada tertawa di sebelah Samira."Apa yang di iriin. Tante kan lebih kaya, lebih cantik lagi.""Kamu punya yang enggak pernah bisa Tante miliki Nad.""Kalo suami, tenang saja Tan, lagi on process."Kini Samira tertawa sambil membetulkan posisi tidurnya diranjang."No, kamu punya keluarg
Read more
14
Tiga hari berada di Bali, kini Samira, Wisnuaji dan seluruh keluarga Raharja akan kembali ke Jogja. Kini Samira hanya sanggup menatap wajah wajah yang mungkin tidak akan ia temui lagi setelah tujuannya datang ke Indonesia tercapai. Tidak hanya Samira, karena kini Wisnuaji memandang Samira yang berpenampilan santai dengan celana jeans robek robek dan jaket jeans panjangnya. "Pa, gebetan papa boleh juga penampilannya." Wisnuaji melirik Juna namun enggan berkomentar lebih. Ia lebih memilih mengalihkan obrolan. "Kamu yakin Jun, mau ikut Papa nemuin mamamu?" "Iya. Visanya sudah di urus sama Nada." "Papa penasaran kenapa kamu dengan mudahnya menyetujui itu semua?" "Siapa tau dengan bertemu Mama, aku bisa memaafkannya dan aku juga meminta do'a restu sama dia supaya pernikahan aku langgeng dan segera di beri momongan." "Nada yang bujuk kamu?" "Ya begitulah Pa. Papa ke sana sama Tante Samira juga?" "Nggak tau, yang jelas sama kamu. Papa juga sudah mulai urus Visa." Juna hanya menga
Read more
15
Ningrum melihat Wisnuaji yang memeluk Samira dari arah kolam renang rumahnya. Ia tidak pernah menyangka jika putranya masih memiliki keberanian untuk berdekatan dengan wanita setelah pengkhianatan mantan istrinya dulu. Sebagai wanita yang sudah banyak makan asam garam kehidupan, Ningrum tau Samira adalah wanita baik baik yang tidak akan melakukan hal yang sama seperti Mama Juna dulu lakukan kepada Wisnuaji. Ningrum pun tidak akan mempermasalahkan jika Samira tidak bisa memberikan anak untuk putranya, asal Wisnuaji bahagia, itu sudah cukup untuk Ningrum. Sayangnya membuat anaknya berani membuka diri untuk mengakui perasaannya atau minimal menyadari perasaannya begitu sulit karena dia sudah membentengi dirinya untuk tidak menyeburkan diri ke lumpur cinta yang mungkin saja akan membuatnya harus merasakan sakit seperti dulu.Kebanyakan wanita menginginkan laki laki yang mengatakan perasaannya lebih dulu, atau banyak mengeluarkan kata kata manis, namun Ningrum sadar, jika putranya tidak me
Read more
19
Samira membuka matanya karena merasa ada yang memeluk pinggangnya. Ketika ia menurunkan pandangannya ia melihat sebuah tangan ada di sana. Pelan pelan ia memutar tubuhnya dan ia syok melihat Wisnuaji sedang tidur sambil memeluknya. Wajah Wisnuaji yang tenang ketika tidur sanggup membuat Samira tersenyum. Ia tahu, laki laki seperti Wisnuaji tidak akan menyentuhnya tanpa seijin darinya. Kini bukan Wisnuaji yang bergairah, justru libido Samira yang mulai bangun dari tidur panjangnya. Apalagi ketika ia memandang wajah Wisnuaji di tambah ia mengingat badan Wisnuaji tadi sore ketika ia tidak mengenakan baju atasan. Samira masih sibuk dengan pikirannya ketika ia mendengar suara Wisnuaji yang khas orang bangun tidur. "Better?" Karena kaget Samira sempat memundurkan badannya, tapi ia merasa bahwa tangan Wisnuaji yang masih berada di pinggangnya menariknya maju ke depan hingga badan mereka bersentuhan. "Iya. Makasih Mas," kata Samira sambil mendongak menatap Wisnuaji. Wisnuaji hanya terse
Read more
20
Setelah sampai di rumah Ningrum tanpa beristirahat lagi, Samira langsung mempacking semua barang barangnya untuk pulang ke Surabaya. Ia bergegas karena Wisnuaji mengatakan kepadanya jika ia akan menjemputnya setelah selesai berkemas kemas. Benar saja, 2 jam setelah Wisnuaji pamit, kini ia sudah datang lagi ke rumah Ningrum."Wis, kamu mau ikut Samira?""Iya Bu, aku cuma antar dia.""Nggak sekalian saja kamu ngelamar dia disana, biar nggak bolak balik?""Sabar Bu, semua itu pakai proses. Kenal kan belum lama, istilah anak sekarang PDKT dulu.""Nggak jamin Wis PDKT berhasil, kamu dulu sama Pinar gimana? pacaran 6 tahun, nikah 2 tahun sudah bubar."Wisnuaji memilih tersenyum maklum daripada harus menanggapi ibunya. Dirinya lebih sering kalah jika harus beradu argumentasi dengan Ningrum."Maaf ya Mas, mesti nunggu aku siap-siap," kata Samira ketika ia turut bergabung dengan Wisnuaji dan Ningrum di ruang keluarga."Nggak pa-pa, sudah siap?""Sudah.""Okay kalo gitu. Bu, Wisnu pamit dulu ya
Read more
16
"Kita mau kemana?" Tanya Samira pada Wisnuaji ketika mobil mereka sudah meninggalkan lokasi cafe. "Yang jelas enggak ke Mall," kata Wisnuaji sambil mengambil Alano dari pangkuan Samira karena Alano mengulurkan tangannya minta di gendong Opa nya. Samira yang melihat itu hanya bisa tersenyum. Seharusnya Wisnuaji lebih pantas menjadi ayahnya Alano daripada Opanya. Melihat itu Samira justru tertawa sendiri. "Kamu kenapa ketawa, ada yang lucu?" "Nggak, nggak pa-pa, lihat Alano ganteng banget ya Nak kamu." Kini Wisnu justru tertawa di sebelah Samira. "Gimana enggak ganteng bapaknya aja bule, emaknya masih ada keturunan asia timur gitu. Sayangnya nggak lama lagi Alano mau dibawa bapaknya ke Italia." "Why?" "Karena sudah cukup lama Tom tinggal di sini. Ini aku puasin main sama dia karena besok nggak bisa lagi." "Oh," hanya itu kata Samira. Tidak terasa kini mobil mereka sudah memasuki salah satu parkiran kebun binatang. "Ini kamu bawa Alano dulu, aku bukain strollernya" "Sini Nak,
Read more
17
Setelah mengantar Alano pulang ke rumahnya, Wisnuaji mengantar Samira ke rumah ibunya lagi, namun ketika ia sampai di sana, ada mobil Mercedes Benz terparkir di halaman rumah ibunya. "Siapa lagi ini?" Desis Wisnuaji sambil berjalan masuk ke rumah di ikuti Samira di sebelahnya. Ketika Samira masuk ke rumah, Ningrum langsung menghampirinya "Nduk, itu ada tamu buat kamu." "Siapa Bu?" "Kamu lihat sendiri saja." Ketika Samira sampai di ruang tamu Ningrum, ia menemukan Kakaknya sudah ada di sana bersama istrinya. "Mas Nuno, kok bisa ada di sini?" "Maaf Mir, kalo kita ganggu ketenangan kamu, tapi Mas harap kamu pulang." "What happened?" "Sejak pulang dari sini kemarin Papa nggak mau makan, nggak mau minum obat." "Kalo hanya berkunjung aku nggak masalah Mas, kalo menginap aku nggak bisa." "Why?" "Aku merasa itu bukan tempat aku, karena kalian yang katanya keluarga justru meninggalkan aku ketika aku jatuh." "Mir, kamu boleh benci, marah, atau bahkan nggak maafin kita, tapi tolong
Read more
18
Setelah melewati bukit bukit dengan jalan berkelok kelok, akhirnya mobil Wisnuaji sampai di pantai Wohkudu. "Akhirnya sampai juga," kata Nada sambil memandang laut di depannya. "Papa beli tiket dulu ya?" pamit Wisnuaji pada mereka semua. "Okay Pa," jawab Juna sambil mengacungkan jempolnya. Kini Samira yang masih ada di dekat mobil justru harus di suguhi adegan keuwuan sepasang suami istri yang jarang ia lihat di depan matanya ini. Untuk pertama kalinya ia melihat Juna memeluk Nada dari belakang dan Juna mendaratkan kepalanya di pundak Nada. "Nad?" "Hmm." "Ingat nggak pertama kali kita keluar bareng kemana?" "Resto rumah sakit," jawab Nada singkat. "Bukan Nad tapi ke pantai, kita camping sama ngopi berdua." Kini Samira melihat Nada mengurai tangan Juna yang ada di pinggangnya dan membalikkan tubuh menghadap Suaminya. "Itu yang kedua Junaidi, yang pertama kamu ajakin aku makan di resto terus kamu bilang, aku ini sosok perempuan yang pantas jadi Thropy wife." "Itu enggak aku
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status