All Chapters of When Janda Meet Duda : Chapter 31 - Chapter 40
62 Chapters
31
"Pagi Tan," Sapa Nada sambil membuka pintu ruangan Samira dan mulai masuk ke dalam. Samira hanya tersenyum melihat Nada yang pagi ini sudah tampil rapi."Better?" Tanya Nada ketika sampai di samping ranjang Samira."Yes.""Tan, aku sama Juna mau pamit ya."Samira hanya menaikkan alisnya."Kok buru buru Nad?""Iya Tan, aku hari ini mau pulang. Eyang sudah telepon juga buat bantu nyiapin lamaran ke keluarga Tante.""Sekarang kamu mau ke bandara?""Iya Tan, tapi Juna lagi ngobrol sama Papa di luar sebentar."Beberapa saat Nada dan Samira terdiam hingga akhirnya Nada yang memecah keheningan tersebut."Tan, titip Papa ya?"Samira mengernyitkan kening mendengar kata kata Nada."Why?""Papa suka lupa makan dan jaga kesehatan kalo nungguin keluarga di rumah sakit."Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda Juna sedang berbicara dengan Papanya di luar ruangan Samira di rawat."Papa ada apa ngajakin aku bicara berdua?""Papa cuma mau minta tolong sama kamu untuk bantu Eyang urus semua keperlua
Read more
32
Setelah Samira mengatakan tentang keputusannya untuk tidak melakukan perjanjian pra nikah dengan Wisnuaji, Wisnuaji memilih untuk meninggalkan Samira seorang diri dan menuju ke halaman belakang rumah Samira. Ia membuka Handphonenya dan menelepon Juna. Tuttt..... Tutt..... Tut...... "Assalamualaikum Pa." "Waalaikum Salam." "Ada apa telepon Pa? Di sini sudah malam." "Iya tau, Papa mau tanya, gimana reaksi Eyang setelah pulang dari rumah keluarga Samira?" Juna menghela nafasnya, karena malas membahas tentang masalah tersebut. "Ya gitu lah. Eyang lebih memilih mengalah nggak kaya biasanya." Wisnuaji paham maksud putranya. "Terus kalian jadi ke Malang?" "Nggak jadi sudah unmood sama kelakuan calon mertua Papa." "Ya kamu sabar saja, nggak tiap hari ketemu. Papa tutup ya teleponnya." "Ya Pa." "Assalamualaikum." "Waalaikum Salam." Samira yang tidak sengaja mendengar telepon Wisnuaji kepada Juna walau ia tidak tau apa yang di katakan Juna di telepon segera naik ke kamarnya da
Read more
33
Ketika sedang menunggu Samira mengecek kondisinya pasca operasi di Rumah Sakit, Ningrum menelepon Wisnuaji."Assalamualaikum Bu," sapa Wisnuaji ramah."Waalaikum Salam Wis.""Ada apa Bu telepon?""Wis, mumpung kamu di sana sama Samira, ibu minta tolong kalian sekalian belanja buat isi seserahan ya.""Bukannya ibu bilang, mau ibu saja yang urus di bantu sama anak-anak?"Wisnuaji mendengar ibunya menghela nafas di ujung telepon."Halah Wis, mending kalian beli berdua. Ibu nggak tahan sama Juna dan Nada."Mau tidak mau Wisnuaji tertawa cekikikan."Memang mereka kenapa Bu?""Mereka ribet, bukannya bantuin yang ada justru jadi komentator. Kalo kamu tau gimana bawelnya Juna sama Nada pas pulang dari rumah Papanya Samira, pasti kamu males dengarnya Wis.""Ya sudah, ibu sabar saja, namanya juga ngadepin cucu. Nanti aku beli sama Samira di sini saja.""Yowes. Ibu tutup ya teleponnya. Assalamualaikum.""Waalaikum salam."Kini setelah Ningrum menutup teleponnya, Wisnuaji kembali duduk dan menung
Read more
34
Sesampainya di Soetta, Wisnuaji langsung menanyakan kepada Samira, apakah ia akan ikut pulang ke Jogja atau langsung ke Surabaya."Sam?""Hmm.""Kamu mau ikut aku pulang ke Jogja atau mau ke Surabaya?"Samira bingung menjawab pertanyaan Wisnuaji, karena jika ia menjawab ikut pulang ke Jogja tentu saja itu belum pantas karena dirinya belum resmi menikah dengan Wisnuaji, sedangkan jika ia pulang ke Surabaya, dirinya merasa tidak betah tinggal di rumah Papanya."Kayanya aku mau pulang ke apartemenku yang di Dharmawangsa saja Mas."Kini Wisnuaji mengernyitkan kening sambil menatap Samira. Entah kenapa di tatap Wisnuaji seperti ini selalu membuat Samira gugup dan grogi, itu di perparah sejak dirinya selesai melakukan Ooforektomi. Secepatnya Samira harus mengkonsultasikan kondisinya ke psikolog atau psikiater."Sam.""Ya?""Aku rasa itu bukan keputusan yang tepat.""Why?""Karena kamu dan Papa sedang ada masalah. Aku harap kalo kamu bisa pulang ke sana, kalian bisa membicarakan dari hati ke
Read more
35
Kini Wisnuaji sedang memandang Juna yang manyun karena harus menyetir dari Jogja hingga Surabaya. Walau sebenarnya Wisnuaji tidak tega melihatnya namun ia terpaksa harus mengajak Juna. Slamet sang supir sedang cuti seminggu karena ada acara keluarga di kampungnya, sedangkan dirinya baru saja pulang dari Toraja untuk menikmati indahnya alam serta kebudayaan yang ada di Indonesia bersama teman teman off-roadnya selama satu Minggu penuh. Sudah cukup lama ia menunda pertemuannya dengan Gunawan Huri. Bahkan Samira sudah beberapa kali kesal akan mangkirnya Wisnuaji dari jadwal bertemu keluarganya."Kamu kenapa manyun?""Gimana nggak manyun kalo di jadiin supir sama Papa, padahal Papa kan ada Slamet.""Slamet cuti, ada acara nikahan keponakannya di kampung."Juna hanya menghela nafas dan fokus memanuver mobilnya di tol Jawa. Kini mereka baru saja memasuki tol Madiun. Kali ini mereka menggunakan Jeep Rubicon gladiator 2021 milik Juna yang biasanya hanya Juna gunakan jika acara Travelling atau
Read more
36
Samira mengurai pelukan Wisnuaji karena ia mendengar suara handphone miliknya berdering. "Mas, aku angkat teleponnya dulu ya," kata Samira ketika ia berhasil melepaskan dirinya dari pelukan Wisnuaji. Wisnuaji hanya menganggukkan kepalanya. "Nada?" Desis Samira pelan. "Angkat saja Sam." Kini Samira menggeser layar ke sisi kanan dan ia angkat telepon dari calon anak menantunya. "Assalamualaikum." "Waalaikum Salam Tan." "Gimana Nad?" "Gini Tan, aku nyoba telepon Papa kok nggak di angkat-angkat ya? Papa lagi sama Tante nggak?" "Iya." "Tolong bilangin dong Tan, buat pulang besok." "Why?" "Soalnya Eyang ulang tahun ke 77 tahun Tan." Samira tampak berfikir sebelum akhirnya ia bisa menjawab Nada. "Nad, besok Papa pulang sama Tante ya." "Yang bener Tan?" Tanya Nada antusias. "Iya, beneran. Bagusnya di kado apa ya Nad?" "Hmm, Tante buruan sah jadi menantu kayanya sudah jadi kado istimewa buat Eyang," kata Nada santai yang membuat Samira tertawa. Wisnuaji yang memperhatikan it
Read more
37
Malam ini adalah malam di mana nazar yang Ningrum ucapkan untuk mengadakan acara wayangan jika Nada berhasil hamil akhirnya di laksanakan. Samira yang diminta Ningrum untuk membantu acara tersebut memilih untuk tinggal di Jogja hingga acara berlangsung. Kini pada saat kehamilan Nada yang hampir 2 bulan dan seminggu lagi adalah acara pernikahannya dengan Wisnuaji akan di gelar di Surabaya. Semakin ia mengenal Wisnuaji semakin ia mengetahui sifat Wisnuaji yang sebenarnya. Seperti saat ini, wajah Wisnuaji terlihat di tekuk sejak awal jalannya acara. "Mas, mukanya jangan ditekuk gitu, nanti fans kamu kabur," goda Samira pada Wisnuaji yang terlihat malas menghadiri acara ini. "Aku masih merasa kalo semua ini berlebihan Sam." Samira hanya menghela nafasnya dan menganggukkan kepalanya sebagai tanda ia paham maksud Wisnuaji. "Iya Mas, aku paham tapi ini adalah nazar yang pernah ibu ucapkan dulu. Kalo Nada hamil, ibu mau buat acara wayangan." "Aku nggak masalah, tapi kenapa nggak sekalia
Read more
38
"Ck...ck...ck...." Robert berdecak sambil menyedekapkan tangannya di depan dada ketika melihat foto prewedding Samira dan Wisnuaji. "Lo kenapa Bet?" Tanya Deva. "Nih nonton foto si Om sama Tante." "Tante cantik dan awet muda kaya gue ya?" Tanya Deva sambil mengedipkan matanya berkali kali di hadapan Robert. "Najis kalo Lo," umpat Robert yang membuat Deva tertawa terbahak bahak di sampingnya. "Woii...tungguin gue, kesrimpet jatuh ini gue nanti," kata Salma sambil berusaha berjalan cepat menuju ke arah Robert dan Deva. "Iya, jangan lupa di sumpelin dulu itu pakai tisu gunung kembar Lo biar nggak melorot," kata Deva yang membuat Robert harus menahan tawanya namun gagal. Salma menghela nafasnya dan kini sedang memperhatikan kedua sahabatnya yang sedang sibuk tertawa tawa dengan laknatnya. "Gue di kutuk Tuhan kayanya punya dua temen kaya kalian begini. Cuma Nada yang rada waras, dia dimana sih?" "Tadi lagi debat di atas sama Juna soal baju." "Baju?" "Iya, tuh dia," tunjuk Robert
Read more
39
"Belah duren di pagi hari paling enak dengan suami. Di belah bang...Di belah...silahkan di belah," suara sumbang Deva menggoda Fabian dengan membawa bawa durian yang telah di belah untuk mengejar suaminya mampu membuat teman temannya tertawa "Setan bener Lo Dev sama laki sendiri," kata Robert di sela sela tawanya Mereka semua tau jika Fabian anti durian sedangkan Deva begitu menyukai durian, sehingga Fabian lebih memilih pergi jika mereka semua sedang pesta durian minimal menjaga jarak aman yang berarti sama saja Fabian akan menunggu mereka selesai berpesta di mobil atau tempat lain. "Kalo gue jadi Fabian, sudah gue gampar punya bini macam Deva yang sampah begitu," kata Salma sambil tertawa cekikikan "Deva kalo ngerjain suaminya suka nggak kira kira," kata Juna sambil geleng geleng kepala. "Persis sama kamu kan Jun?" "Aku?" "Yes you" "Mana mungkin aku tega ngerjain kamu segitunya Nad." Nada menarik Nafas dalam dalam dan menutup matanya sekejap sebelum ia membuka matanya lagi
Read more
40
"Naik kereta api. Tut....Tut....Tut... Siapa mau ikut. Ke Bandung, Surabaya, bolehlah naik dengan percuma. Ayo kawanku lekas naik, keretaku tak berhenti lama," suara Robert yang bernyanyi dengan riangnya sambil menggendong Alano mengisi ruang audio video di dalam kereta api wisata pagi ini. Samira dan Wisnuaji yang duduk di sofa hanya bisa menghela nafas dan pasrah dengan semua ini hingga mereka sampai di Jogja. "Sam..." "Ya Mas, ada apa?" Tanya Samira sambil menoleh kepada suaminya "Kamu kalo capek ikut Nada tidur saja di ranjang daripada di sini kamu ikutan gila." Samira justru tertawa cekikikan karena melihat Alano malah makin bersemangat dengan bertepuk tangan. "Nggak lah, nggak enak. Kita juga baru saja lewat dari stasiun Mojokerto." "Bet, kita karaokean yuk?" Ajak Deva yang membuat Fabian menutup wajahnya dengan majalah "Saat aku lanjut usia. Lagu wajib kita kalo karaokean, gimana babe?" Tanya Robert pada Deva "Aing ikutan dong Babe," kata Salma sambil mulai mencari mi
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status