Semua Bab NAYARA And the Lost of Naga Sasra: Bab 51 - Bab 60
85 Bab
Nayara Terluka
"Bagaimana kalau Wira dan Gantari serta orang-orang yang kau cintai semua meninggalkanmu?""Setiap ada yang datang pasti akan ada yang pergi. Aku pasti akan sedih. Menangis berhari-hari mungkin. Tidak mengapa. Seperti kata Bu Mien, tidak perlu takut sendiri, nanti mati pun kita sendiri.""Kau terlalu percaya diri, Nay!""Bukankah ini tujuanmu membawaku ke sini? Agar aku percaya pada diriku sendiri. Tidak harus selalu bergantung pada orang lain. Iya, kan?"Perempuan itu tidak menjawab. Dinding labirin yang mengelilingi Nay perlahan menghilang. Kini dia telah berdiri di tempat semula. Tangga ke bawah kini terarah ke atas. Nay mendongak. Terlihat sebuah portal untuk kembali. Nay tidak buru-buru menaiki tangganya. Dia masih penasaran siapa perempuan di balik suara-suara itu. "Sudah selesai kah ini?" tanya Nay dengan suara lantang. "Sudah, Nay." Suara perempuan itu terdengar dari belakangnya. Dia menoleh lalu mendekat memandangi perempuan itu. "Kenapa? Kau melihat apa?""Kau adalah dirik
Baca selengkapnya
Nayara Selamat
Wira mendudukkan Nay pada batu itu. Membetulkan posisinya agar tubuh Nay tetap tegak. Dia duduk mengambang di depan Nay. Menahan tubuhnya seperti yang dilakukannya tadi. "Bertahanlah, Nay." Wira membetulkan rambut Nay yang berantakan. Mata Nay terus terpejam. Tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Tubuhnya tidak bergerak sama sekali. Raja Affandra duduk mengambang dengan posisi bersila. Dia memperhatikan luka mengangga di punggung Nay, kemmudian menyentuhnya. Terlihat mulutnya merapal sesuatu. Sepertinya ia sedang membuat suatu energi. "Bagaimana batu Astramaya bisa mengenai, Nay?" tanya raja Affandra pada Wira."Nay terhisap ke sebuah portal dimensi lain. Kami tidak bisa berkomunikasi dengannya. Jadi kami tidak tahu hal apa yang terjadi di sana.""Lalika," ucap raja Affandra pelan."Apakah yang Mulia mengenalnya? Nay sempat menyebut namanya tadi," tanya Wira. "Dimensi mimpi. Lalika membawanya ke sana. Sepertinya dia sengaja melakukan ini agar Nay tahu seperti apa hebatnya ba
Baca selengkapnya
Bersekutu dengan Setan
Saat memasuki toko tidak ada yang aneh. Wajar selayaknya sebuah toko dengan aktivitas jual beli pada umumnya. Mungkin kabar burung itu hanya sekedar berita yang dibesar-besarkan. Pak Rahmat membawa Nay ke belakang toko. Di sana ada sebuah rumah yang cukup besar dengan desain minimalis yang cukup apik. Warna abu-abu mendominasi rumah itu. “Ini rumah yang mau direnovasi.” Pak Rahmat menunjuk rumah di depan mereka. “Mumpung yang ngontrak baru saja pindah. Saya mau bikin tampak depan yang berbeda dari ini. Lantai rumah dan susunan ruang juga mau saya rubah. Supaya kelihatan beda saja.”“Padahal ini sudah bagus loh, Pak,” sahut Nay. “Tidak apa, saya suka dengan suasana baru. Ini kuncinya. Tidak apa ya saya tinggal. Nanti pegawai saya menyusul ke sini menemani, Mbak Nay.” “Gak apa, Pak. Saya berani sendiri kok. Nanti kalau saya sudah selesai saya kembalikan ke Bapak kuncinya.” Nay, memasukkan kunci rumah itu ke dalam tas selempangnya. “Baiklah, kalau ada apa-apa langsung telepon saya.
Baca selengkapnya
Perkenalan
Siapa dia?” Pak Rahmat berusaha menutupi keterkejutannya. “Saya tidak pernah mendengar perempuan baju merah.” “Kok, Bapak tahu si baju merah itu perempuan. Tadi saya tidak menyebutnya.”Pak Rahmat terjebak dengan kalimatnya sendiri. “Kata orang-orang sini memang perempuan. Saya sendiri belum pernah melihatnya.” Dia mencoba berkilah. “Banyak orang di luar sana menjadikan Bapak sebagai panutan. Kedermawanan Bapak sudah sangat melekat di hati masyarakat. Kalau mereka tahu tentang ini. Karir Bapak akan hancur. Hukuman sosial itu berat, Pak.”“Saya tidak mengerti apa yang kamu maksudkan.” Pak Rahmat masih berpura-pura pada Nay. “Sudahlah, Pak. Berhenti bersikap seolah saya tidak tahu. Tidak perlu saya jabarkan semua di hadapan Bapak, bukan?”“Jangan sembarangan kalau bicara! Saya panggil satpam!” gertak Pak Rahmat.“Kalau Bapak bersikap kasar bisa saja kebusukan Bapak saya bongkar. Saya akan keluar sendiri, tidak perlu panggil satpam. Saya sudah menghafal di mana pintu keluar. Satu saj
Baca selengkapnya
Cemas
Rey pulang berpamitan hampir jam sepuluh malam. Lusa mereka berjanji untuk bertemu lagi. Menemui Bu Mien sebagai lamaran resmi untuk menjadikan Nay istrinya. “Jadi kau akan menikah dengan dia, Nay?” tanya Wira memastikan.“Iya. Aku melihat kesungguhan dan ketulusannya,” jawab Nay sembari membereskan cangkir dan piring yang mereka pakai tadi. “Kalau semua urusanku dengan dunia bawah selesai, aku akan menikah dan menjalani hidup seperti perempuan manusia pada umumnya.”“Jadi kau akan meninggalkan kami?” Wira membuntuti Nay sampai ke dapur. “Kalian sudah mendengarnya sendiri tadi. Kalau kau sudah menemukan wanitamu kau baru boleh meninggalkan aku,” Nay meletakkan piring dan cangkir di sink dan akan mencucinya esok pagi. “Sudah, cemburunya dilanjutkan besok saja. Lihat Gantari, dia santai saja.” Nay bergabung dengan Gantari yang duduk tenang di sofa. “Walau aku tahu seperti apa berkecamuknya hatimu. Iya kan?” “Cukup melegakan bagiku bahwa kau tidak meninggalkan kami dalam keadaan apapu
Baca selengkapnya
Kematian Bu Mien
Nay berlari melewati koridor apartemen. Pukul dua dini hari tentu sangat sepi. Untung saja penjaga malam masih ada di sekitar tempat parkir motornya. Buru-buru Nay men-start dan memacunya. Ia harus sampai di rumah sakit segera. Tidak sampai dua puluh menit Nay tiba di RS. Persada. Dia langsung menuju ke IGD. Terlihat Aruni duduk di kursi tunggu di depan IGD. “Aruni, bagaimana keadaan Ibu,” tanya Nay cemas. Aruni tidak menjawab. Dia langsung memeluk Nayara, terisak. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Nay mematung. Tangis Aruni sudah cukup menjawab keadaan Bu Mien. Air bening mengalir di kedua pipi Nay. Ternyata Ini arti mimpinya tadi. Bu Mien berpamitan padanya. “Aruni, ayo kita masuk. Temani kakak.” Aruni menggeleng. “Kenapa?” “Uni tidak mau Ibu pergi. Uni tidak mau!” Tangisnya kembali pecah. Nay memeluknya lagi. “Uni, tunggu di sini. Kakak masuk dulu ya.”“Iya, Kak.” Aruni mengurai pelukannya. Kaki Nay seperti hilang kekuatan. Terasa sangat berat untuk melangkah k
Baca selengkapnya
Menemui Ratu Cendra Dewi
Nay memacu sepeda motornya dengan kecepatan tak lebih dari enam puluh kilometer per jam. Menyusuri jalan beraspal yang mulai sunyi karena hujan turun hingga saat ini. Jaket denimnya tak cukup kuat menahan hawa dingin di perjalanan. Sesekali Nay mengeluarkan energi-energi kecil untuk menghangatkan tubuhnya. Kalau tidak alerginya akan bertingkah. Ya, Nay alergi udara dingin. Tubuhnya akan muncul ruam-ruam merah yang sangat gatal dan itu bisa sangat mengganggunya. Nay menambahkan kecepatan motornya. Dia ingin sampai di apartemennya sekitar pukul sebelas. Tidak ada janji memang. Hanya saja kekuatannya akan ada pada level sangat baik sebelum lewat tengah malam. Nay berencana mengunjungi dunia bawah malam ini. Bukan untuk bertemu penguasa Astramaya tapi untuk melacak seberapa besar kekuatan Tarangga yang konon tiada bandingnya. "Wira, kau mau ikut tidak? Aku mau ke Rimba Arana. Waktu itu aku belum sempat menanyakan ke Cendra Dewi, apakah dia masih jomlo atau sudah ada pacar." Nay bertanya
Baca selengkapnya
Menguak Rahasia Tarangga
Nay menyerap energi Astramaya agar tubuhnya bisa menyesuaikan diri dengan panasnya. Hawa dari portal ini jauh berbeda dengan api Astramaya yang pernah dirasakan Nay saat mengambil jiwa Rey.Nay menarik napas dan mengembuskanya pelan. Dia sangat berhati-hati. Tidak ingin melakukan kesalahan yang bisa menimbulkan kerusakan pada tubuhnya. Nay mulai merambatkan energi masuk ke dalam portal. Dia sengaja menjalankannya secara perlahan. Bila melakukannya dengan cepat bisa saja seseorang di seberang portal ini mengetahui kedatangannya. Nay mulai mendengar suara banyak langkah-langkah kaki. Suara orang berbicara dengan bahasa dunia bawah. Penghuni Astramaya sedang berinteraksi satu dan lainnya. Energi Nay terus merambat maju. Dia mulai merasakan satu tarikan kuat seolah-olah mengarahkan energi Nay untuk bergerak ke sana. Nay tidak berusaha menolaknya. Dia ingin tahu ke mana arah energi itu menuju."Nayara." Suara pria dengan nada rendah mengejutkan Nay. "Untuk apa melakukan itu? Kenapa tidak
Baca selengkapnya
Tarangga Dibuang
"Namanya Suri. Dia tinggal di dalam rimba ini juga. Memiliki kemampuan menyimpan energi semua kejadian di dunia bawah. Dia tinggal di ujung rimba yang gelap dan lembab. Aku tidak bisa berbicara padanya. Dia menutup diri sejak Palaka menguasai rimba ini. Tidak memperkenankan siapa pun berinteraksi dengannya. Semoga kali ini dia mau menerima kita." "Jadi saya bisa menanyakan tentang apa saja padanya?""Iya. Dia tidak bisa membohongimu. Sebuah bejana besar miliknya akan menunjukkan apa yang kau ingin ketahui. Bila niatmu baik, bejana itu akan menunjukkan. Tapi bila sebaliknya, warna air di dalamnya akan menghitam.""Tidak ada salahnya mencoba. Kita pergi sekarang, Ratu?" Mata Nay terlihat berbinar."Baiklah, Nay." Ratu Cendra Dewi membuka sebuah portal persis di sebelah portal sebelumnya. "Lewat sini!" Dua pasang sayap ratu kembali terlihat. Dia terbang memasuki portal. Nay mengikutinya.Tak berapa lama mereka tiba di ujung rimba. Udaranya berkabut dan dingin. Nay enggan untuk menapakk
Baca selengkapnya
Ritme Kehidupan
"Maafkan, Ibu! Maafkan ibumu, Nak!" Kalimat yang berulang-ulang ia teriakkan. Tampak jelas bahwa ia menyesal dan tidak punya pilihan selain melakukan hal itu. Tubuh bayi itu terhempas ke dalam kawah yang panas. Letupan-letupan lava pijar mengenai tubuhnya. yang masih merah. Namun, bukannya menangis, bayi itu terlihat nyaman berada di atas genangan lava. Bermunculan makhluk-makhluk api mengelilingi bayi tersebut. Satu dari mereka mengambilnya, lalu berucap, "Kaulah bayi yang kami tunggu-tunggu. Kelak kau akan sehebat api Astramaya. Selamat datang Tarangga!" Mereka menamainya dengan Tarangga, bintang yang bersinar di Astramaya.Penglihatan Nay tertarik ke suatu ruangan. Ada perempuan yang dilihatnya tadi dan seorang laki-laki berbaju kebesaran persis seperti yang dikenakan raja Affandra. Wajahnya pun serupa. "Simpan rahasia ini. Jangan kau sebut-sebut anak itu lagi! Mau ditaruh di mana mukaku kalau penerus tahta kerajaan adalah anak cacat seperti itu! Buang saja dia! Biarkan dia dim
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status