All Chapters of NAYARA And the Lost of Naga Sasra: Chapter 41 - Chapter 50
85 Chapters
Memenuhi Janji
“Iya, Agni. Energiku sudah kembali. Tidak ada lagi rasa sakitnya.” Nay bangkit lalu berdiri sejajar dengan Agnimaya. “Minum airnya, Nay.”“Tidak perlu Agni, aku sudah menghisapnya dari punggungku. Airnya telah mengalir ke semua bagian tubuhku.”“Sekarang kau sudah kebal terhadap racun makhluk-makhluk Rimba Arana. Sebaiknya kita langsung pergi meninggalkan tempat ini, sebelum penguasa rimba tahu kau yang menghancurkan kubahnya.” Wira dan Nay naik ke tubuh Agnimaya. Mereka meninggalkan Rimba Arana. Nay sempat menoleh ke belakang, dilihatnya sepasang makhluk yang digambarkan Agnimaya memandangi mereka dengan tatapan penuh amarah. "Kita akan bertemu nanti," gumam Nay membalas tatapan mereka. ***Pesan WA sudah dikirimkan ke Rey, memintanya untuk memberikan informasi pada polisi perihal kematian Amir dan adiknya. Nay berharap polisi akan meluncur ke TKP pagi ini juga. Pintu apartemen Rey masih tertutup. Belum terdengar suara dari dalam. Dia berdiri di depan pintunya sambil menimbang-n
Read more
Pembunuhnya Tertangkap
"Gak diapa-apain. Cuma aku plester saja mulutnya. Gak usah bingung kalau plesternya gak kelihatan." Nay terkekeh. "Aku ingin menanyakan beberapa hal padanya, tapi sebaiknya tidak di sini. Nanti, setelah selesai urusanku, aku serahkan dia padamu. Tapi tolong nanti jangan menyela.""Oke. Siap!"Wira melepaskan kunci energi di kaki paman Amir. Sedangkan di tangannya tetap dibiarkan. Dion menggiring pria itu ke tembok pembatas kebun pisang dan kompleks perumahan di sebelahnya. Jaraknya hanya beberapa meter dari garis polisi tempatnya berdiri tadi. Di situ tidak ada orang berkerumun. Dion mengintruksikan beberapa polisi untuk menyingkir sementara. Entah apa yang dia bisikkan pada rekan-rekannya itu. Nay menempelkan tubuh laki-laki itu pada dinding. Dia mengunci tubuhnya. Kunci di mulutnya Nay buka. Napasnya terengah-engah. Kuncian energi Nay membuatnya hanya mampu bernapas sedikit dari hidung. "Bagaimana rasanya tidak bisa bicara? Enak?" "Kenapa Neng perlakukan saya seperti ini?" "Masi
Read more
Keinginan Rey
"Katanya jam tujuh, sekarang sudah hampir jam setengah delapan," ucap Rey ketika Nay membukakan pintu. "Gak sabar amat." Nay mencebik. "Ya, iyalah, lapar tau," sahut Rey mencubit pipi Nay. "Itu sudah siap semua. Kau bawa saja, Rey. Nanti aku menyusul." Nay memberikan box yang sudah disiapkannya pada Rey. Kemudian masuk lagi ke apartemennya. Ia hendak berganti baju.Nay menata makanan di meja makan yang tidak seberapa besar dengan empat kursi mengelilinginya. Rey duduk di kursi paling ujung di sisi kiri. Memandangi Nay sambil sesekali menggodanya."Sudah cocok jadi istri Pak Polisi ya, Bu," kata Rey menopang dagunya memandangi Nay."Tapi Pak Polisi belum bilang apa-apa. Entah kapan dia mau melamar saya." Nay menjawab dengan mimik muka serius. "Ibu mau kalau Pak Polisi lamar sekarang juga?""Tergantung, Pak Polisi yang mana? Yang ini atau yang itu.""Kalau Pak Polisi yang ini, diterima gak, Bu lamarannya?" "Enggak!" Nay terkekeh. "Udahan bercandanya. Katanya lapar. Makan dulu kita.
Read more
Kembali ke Dunia Bawah
"Memanggilmu dalam keadaan seperti tadi? Aku tidak bisa, Nay." Wira menatap Nay tajam. "Please, jangan menatapku dengan pandangan menghakimi seperti itu. Seolah-oleh aku telah melakukan kesalahan besar pada kalian." Nay menghempaskan tubuhnya ke sofa dekat jendela. "Dunia bawah sedang membutuhkanmu dan kau malah berdua-duaan dengan laki-laki itu!" Gantari terlihat emosi. Nay beranjak kesal. Dia masuk ke kamarnya dan membanting pintu dengan keras. "Arghhh!" Nay berteriak. "Kalian tidak punya hak mengatur hidupku! Tidak punya hak melarangku jatuh cinta! Apalagi melarangku bahagia!"Nay duduk menyandarkan tubuhnya di samping tempat tidur. Menarik satu bantal dan memeluknya. Dia tidak ingin menangis, tapi air mata tidak bisa ditahannya. Wira dan Gantari masuk ke kamar Nay. Mereka belum mengatakan maksud mereka menungunya tadi. Rasa cemburu membuat suasana jadi tidak enak seperti ini. "Maafkan kami, Nay. Tolong jangan salah mengerti." Gantari duduk di sebelah Nay. "Aku hanya tidak su
Read more
Baru Permulaan
"Mereka tidak main-main, Nay.""Iya, Wira. Energi yang bermunculan semakin banyak. Mereka datang dari segala penjuru hutan ini." Nay masih menempelkan tangannya di tanah. "Mereka semakin dekat. Bersiaplah, Nay.""Kau, juga, Wira. Kita harus bergerak cepat. Jangan sampai mereka terlalu banyak mendekat. Aku bisa melakukan serangan langsung dari sini. Menyerang mereka yang berenergi besar terlebih dulu," kata Nay "Lakukan dengan satu serangan mematikan, Nay.""Pasti!" Nay menjawab tegas. " Kau, Wira, bisa melihat rambatan energiku bukan? Kau arahkan langsung anak panahmu mengikuti rambatannya. Aku akan menaikkan ke permukaan supaya kau masih tetap bisa mengikutinya walau dengan sedikit cahaya."Wira mendorong tubuhnya ke udara. Dari atas dapat terlihat jelas aliran energi Nay yang serupa akar menyerabut hampir ke semua penjuru. Semakin tipis rambatannya semakin mudah mengalahkannya. Wira hanya perlu berkonsentrasi dengan itu. Rambatan energi besar adalah bagian Nay. Busur energi telah
Read more
Anak Buah Palaka Bisa Dikalahkan
Tiga makhluk di belakang Palaka semua memakai jubah dengan penutup kepala. Sama dengan jubah yang dipakai para tetua dunia bawah. Berwarna coklat tua dengan tali ulir yang melilit di pinggang. "Nayara, putri Manendra. Akhirnya kau datang lagi ke rimba ini. Nyalimu besar juga. Apalagi untuk ukuran manusia dari atas. Tapi aku tidak mau mengotori tanganku dengan membunuhmu. Mereka bertiga saja aku rasa cukup untuk menjadi lawan tanding kalian." Palaka membalikkan badannya. Memberikan instruksi kepada ketiga prajuritnya. Tidak terdengar apa yang mereka bicarakan. Ketiga makhluk itu menarik tali di pinggang mereka. Melepaskan jubah dan melemparkannya ke tanah. Wajah-wajah itu tidak lagi bersembunyi di balik penutup kepala. Tubuh mereka dipenuhi sisik. Tersusun rapi seperti lapisan luar tubuh pangolin. Masing-masing berwarna kehijauan, keemasan dan kemerahan. Nay yakin tubuh mereka tidak mudah ditembus. Sisik di tubuh mereka terlihat keras dan kokoh. Rambut panjang mereka diikat ke bela
Read more
Palaka Dikalahkan
"Kau ambil alih selubung ini Wira. Gabungkan energimu dengan Agnimaya. Pertahankan selubung ini sampai aku selesai.""Apa yang akan kau lakukan, Nay?" tanya Agni. "Lihat saja nanti." Nay menyentuhkan telapak tangannya pada punggung Wira. Meneruskan selubung energi padanya. Sejurus kemudian telapak tangan Wira dan Agnimaya telah bersatu. Nay bersimpuh. Tangannya meraba tanah. Dia sedang membaca banyak energi pohon-pohon di Rimba Arana. Dia ingin mengunci mereka ke dasar bumi agar Palaka tidak bisa membuat mereka tercerabut dari tanah. Tangan kiri Nay mengirimkan energi ke dalam tanah. Menyebarkannya ke seluruh rimba. Saling bertalian mengikat akar-akar pohon di sana. Dengan satu mantra pengunci mereka akan tetap tertancap di tanah. Palaka yang sedang sibuk melakukan serangan tidak lagi sempat memperhatikan gerak-gerik Nay. "Kalian berdua bersiaplah melepaskan selubung ini. Aku akan melepaskan energi penuh untuk menghancurkan batang-batang pohon ini. Melesatlah ke udara secepat yang
Read more
Rumah tak Berpenghuni
Agnimaya merubah bentuknya menjadi naga, begitupun teman-temannya kembali ke bentuk samaran. Agnimaya melingkar di atas batu besar tak jauh dari tubuh Palaka yang sudah tidak bernyawa. "Agnimaya." Salah satu dari makhluk yang datang menyapa. "Cendra Dewi ... lama tidak berjumpa. Hormatku untukmu." Agnimaya membungkukkan tubuhnya. Makhluk cantik itu tersenyum membalas penghormatan Agni.Mereka berbincang-bincang dengan bahasa yang tidak Nay mengerti. Mata Wira tidak berkedip melihat makhluk cantik yang disebut Agni dengan nama Cendra Dewi itu. Bagaimana tidak, matanya yang membulat bening dengan dagu yang runcing begitu sempurna membuat mata tak ingin berpaling.Di punggungnya terdapat sayap kupu-kupu berwarna hijau bergradasi dengan corak hitam dan kuning yang terlihat serasi dan menawan, dengan sepasang kakinya yang jenjang. Sungguh perempuan cantik yang sedap dipandang. "Cantik ya, Wira?" Nay sengaja menggoda Wira. "Nanti aku tanyakan apakah dia masih jomlo. Jarang-jarang kita ke
Read more
Masuk ke Dimensi Lain
"Maaf bila mengganggu kalian. Aku hanya mampir sebentar. Di luar hujan." Tidak ada jawaban. Semua hening. Sepertinya mereka tidak berani mendekat. "Nayara." Akhirnya satu dari mereka bersuara."Iya, aku. Kalian mengenalku?""Tentu. Makhluk seperti kami banyak yang pernah bersinggungan denganmu, dan itu menyebar dari mulut ke mulut." Perempuan berambut panjang tergerai melayang mendekati Nay. "Semoga kedatanganmu ke sini bukan untuk mengusir kami," sambungnya lagi. "Sudah kukatakan tadi, aku hanya mampir." Nay melangkah ke ruang tengah. "Lumayan besar juga tempat ini. Aku mau lihat-lihat saja. Sepertinya ada sesuatu di sini dan aku ingin tahu. Oh iya nama kamu siapa?" tanya Nay pada perempuan yang membuntutinya. "Aku Sarah. Sudah lama di sini, bahkan sebelum rumah ini ada." "Oh, begitu." Nay membalas singkat. Kakinya terus melangkah sampai pada ruang paling belakang rumah itu. Nay merasakan ada energi yang berbeda di sudut dapur. "Jangan ke sana!" Sarah setengah berteriak mencega
Read more
Dimensi Mimpi
Tanpa membuang waktu mahluk itu menyerang Nay dengan menghunuskan tombaknya. Gerakan makhluk itu sudah terbaca oleh Nay. Dia bisa menghindar dengan cepat. Nay meraih batu seukuran tangannya yang banyak tergeletak di sekitar kubangan. Kini dua telapak tangan Nay mencengkram lempengan batu. Ujung tombak pasti tidak bisa menembusnya. Satu serangan kembali dilakukan, lebih tinggi dari serangan pertama. Ke arah kepala Nay. Dengan perhitungan kecepatan yang tepat mata tombak berhasil Nay patahkan. Dua tangan Nay dengan lempeng batu keras menangkap ujungnya dan saling berbenturan. Bukan hanya tombak yang patah, kedua lempeng pada tangan Nay juga terbelah. Dia membenturkannya sekuat tenaga. Sekarang posisi mereka sama. Tanpa senjata. "Tidak semudah itu bukan?" Kepercayaan diri Nay telah kembali. "Ahhh, jangan banyak bicara!" Sebuah tendangan lurus mendatar mendarat tepat di perut Nay. Namun kedua telapak tangan Nay masih sempat menghalaunya. Dengan kuda-kuda yang kokoh. Tubuh Nay tidak b
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status