All Chapters of NAYARA And the Lost of Naga Sasra: Chapter 31 - Chapter 40
85 Chapters
Belum Terjawab
"Ajian kawastrawam hanya dimiliki oleh trah keluarga Mardika. Keturunannya semua bisa menguasai ajian tersebut bila mereka mempelajarinya. Di luar trah mereka walaupun belajar tidak akan bisa menguasai. Ada keistimewaan dari trah ini. Satu mata mereka berwarna kehijauan. Biasanya di mata sebelah kanan. Ketika menyaru warna mata ini tidak kelihatan. Kecuali mereka yang masih memiliki keturunan keluarga Mardika. Itupun tidak bisa langsung terlihat. Ada satu mantra untuk membukanya. Sayangnya itu tidak tertulis di sini.""Buntu lagi kan?" Nay beranjak dari duduknya. Meraih cangkir untuk membuat kopi. "Aku harus minum kopi dulu, supaya gak butek."Wira dan Gantari terlihat sedang berdiskusi. Mencoba menarik benang merah dari semua kejadian. Menerka kemungkinan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi memang ini tidak mudah. Nay selesai membuat secangkir kopi. Dia kembali duduk di lantai tempatnya tadi. Menaruh cangkirnya di dekat lembaran kertas di atas meja laptopnya. Memperhatikan Gantari dan
Read more
Nay Dicurigai
Nay membuka aliran energi di punggungnya dan menyatukan dengan energi di tangannya. Sebuah bola energi terbentuk mengambang di atas telapak tangan Nay di depan tubuhnya. Bola energi itu perlahan melayang mendekati dinding energi penyegel pintu. Energi dinding tersebut terlihat bergelombang. Tertarik menuju bola energi Nay. Tarikannya sangat kuat membuat lantai bergetar. Krakkk! Dinding energi itu retak. Kepingan-kepingan energinya terserap habis ke bola energi Nay. Tangan Nay cepat menarik bola energi kembali ke tangannya. "Jangan sentuh apapun, biar aku yang membuka." Gantari memperingatkan Nay. Dengan energinya Gantari menarik pintu di lantai kamar itu. "Kau di sini saja, Wira. Berjagalah di mulut pintu ini."Nay masuk menuruni tangga ke bawah membelakangi ruangan. Begitu sampai Nay membalik tubuhnya. Ia kaget. Tubuh Palguna tergeletak di lantai dengan posisi tertelungkup tanpa kepala. Buru-buru Nay mendekat ke lemari buku mantra. Merasakan energi segelnya masih ada. Rasendriya be
Read more
Raja Dunia Bawah Ingin Bertemu
"Waktu kematiannya diperkirakan sekitar setengah tujuh malam. Tiga puluh menit sebelum aku melihatmu keluar dari rumah itu.""Jadi?" Nay bersedekap, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. "Aku akan menanyakan beberapa hal padamu. Kau beruntung CCTV di sekitar lokasi sedang dalam perbaikan. Jadi tidak ada bukti kau datang ke rumah itu. Hanya saja kita sempat bertemu bukan?" tanya Dion nyaris tak berkedip. "Iya. Aku ke rumah itu untuk mengerjakan tugas dari atasan saja. Setelah selesai lalu pulang." "Aku sempat menelepon Pak Guna malam itu dan dia mengangkatnya. Di awal meneleponku dia bilang ada orang masuk ke rumah itu hendak membunuhnya. Tapi setelah aku sampai di rumahnya, alasan menyuruhku datang jadi berbeda. Sepertinya yang mengangkat telepon kedua adalah orang berbeda. Artinya ada orang lain di rumah itu selain Pak Guna. Aku sedang menyelidikinya. Di mana kau saat telepon di rumah itu berbunyi?" tanya Dion lagi. "Pak Dion, pekerjaanku adalah mensurvei rumah atau gedun
Read more
Raja Affandra
Nay memperhatikan setiap tempat yang dilalui mereka. Teryata dunia bawah tidak jauh berbeda dengan dunia atas. Hanya di sini suasananya lebih redup seperti senja. Dari kejauhan terlihat sebuah rumah besar, sangat mirip dengan rumah selaso jatuh kembar yang atap rumahnya terdapat silangan pada ujung atap dan kaki atap. Ada hiasan pada ujung atap yang biasa disebut sulo bayung dan kaki atap disebut sayok layangan. Konon sulo bayung memiliki arti yang mendalam tentang hubungan manusia dan penciptanya. Benar-benar seperti sedang berada di tanah Melayu. Jauh dari bayangan Nay bahwa istana raja akan ada di atas bukit seperti istana raja-raja Eropa. Agnimaya menurunkan Nay di depan istana raja Affandra. Menaiki tangga yang jumlahnya cukup banyak. Begitu sampai di teras depan beberapa makhluk serupa Agnimaya berambut api membuka pintu menuju selasar depan istana tersebut. Nay terkesima melihat ruangan di depannya. Terlihat kecil dari luar tetapi sangat luas di dalam. "Raja ingin menemuimu
Read more
Gelagat Nyi Asrita
Bibir Nay bergetar. Ada penyesalan menggores batinnya. "Maafkan aku, Ayah.""Aku mendapat cerita ini dari makhluk Astramaya yang tidak suka pada Rasendriya. Dia merasa penghuni Astramaya seperti diperbudak dan dimanfaatkan oleh Rasendriya. Tidak semua penghuni di sana menyukainya. Namun, mereka tidak punya daya untuk memberontak. Petinggi Astramaya masih bersekutu dengannya. Rasendriya berjanji untuk membantu mereka merebut kekuasaan dunia bawah.""Aku sudah mengerti sekarang. Pertanyaan-pertanyaan yang menggangu pikiranku sudah mulai terjawab. Aku akan mempersiapkan diriku sebaik-baiknya. Jangan sampai Rasendriya membunuh lagi. Tidak hanya di dunia bawah, di atas pun dia membuat gaduh.""Bila ada yang ingin kau tahu, katakan saja. Aku akan membantu, Nay.""Terima kasih, Tuan Raja.""Agnimaya akan mengantarmu. Selalu waspada dan jaga diri baik-baik. Kami mengandalkanmu, Nay."Nay membungkuk, memberikan salam dan penghormatan pada Raja Affandra. Pertemuan singkat yang mengungkap banyak
Read more
Rasendriya
Nyi Asrita kembali memunggungi Nay. Tampaknya dia pun sedang mempersiapkan sesuatu. "Aku tidak mau merepotkanmu, Nay." Lagi-lagi Nyi Asrita beralasan. "Alasanmu saja!" Nay mulai tak bisa menahan dirinya. "Akhirnya kita bertemu Rasendriya!" Nay menghantam tubuh Nyi Asrita dengan energi penuh."Hanya itu Nayara?" Tubuh Nyi Asrita tidak terdorong sedikit pun. "Mau mencoba lagi?" Dia menantang Nay. "Sombongnya kau!" Sekali lagi Nay menghujamkan serangan, dia tetap bergeming.Wira dan Gantari hanya bersiaga di belakang Nay. Belum ada perintah dari Nay untuk mereka bertindak. "Sekarang giliranku boleh?" Rasendriya bertanya dengan nada mengejek."Coba saja kalau bisa!" Nay mengaktifkan energi selubung dirinya. Dia sudah membuka energi untuk menyerap kekuatan lawan. Terlihat Rasendriya menarik tusuk konde dari kepala Nyi Asrita yang rambutnya digelung ukel. Nay tahu kekuatan dari tusuk konde itu tidak bisa dianggap enteng. Senjata pamungkas Nyi Asrita adalah benda tersebut. Nay dengan
Read more
Korban Pembunuhan
Rencananya malam ini Nay ingin menginap di panti saja. Namun, kamar-kamar di panti sudah terisi penuh oleh anak-anak yang terus bertambah setiap bulannya. Ruang tambahan di samping panti juga belum selesai dikerjakan. Bahkan beberapa di antara mereka harus tidur dengan kasur lipat yang dibentangkan di lantai. “Nay, pulang saja ya, Bu. Kalau ada apa-apa langsung telepon. Nay akan terus aktifkan HP. Nay pamit ya, Bu.” Nay mencium tangan Bu Mien dan mencium kedua pipinya. “Hati-hati di jalan, Nay,” pesan bu Mien. “Iya, Bu," sahut Nay tersenyum.Nay meninggalkan panti hampir jam sepuluh malam. Dengan motor hitam kesayangan yang selalu setia menemani. Kali ini ia memilih untuk lewat jalan kecil di perkampungan warga. Sudah sering Nay melewati tempat itu. Beberapa orang yang tinggal di situ juga mengenalnya. Apalagi yang sering kumpul main gaple di warung kopi dekat komplek. Rem motor Nay berdecit. Dia menginjaknya terlalu kuat. Seorang anak kecil tiba-tiba muncul dan membentangkan tang
Read more
Mencari Mata Air
Alarm di ponsel Nay berbunyi. Dia Menyipitkan mata melihat jarum jam di dinding kamarnya. Jam tiga dini hari. Seingatnya tidak ada ia mengaktifkan alarm jam segini di ponselnya. Tangan Nay meraba nakas di samping tempat tidur. Menjangkau ponsel yang masih berbunyi. Nay menggerutu, lalu mematikan alarmnya. Bila sudah terbangun seperti ini dia akan kesulitan untuk tidur lagi. Nay menggeliat. Menyibakkan selimut lalu berjalan malas menuju sofa di depan teve. Rasa kantuk masih menggelayut tapi mata enggan terpejam. Berbincang dengan Wira dan Gantari sepertinya pilihan terbaik.Belum Nay memanggil mereka, suara Agnimaya lebih dulu terdengar di telinganya. Portal dunia bawah mulai terbuka. Kali ini dia tidak datang dengan wujud naganya. Kalau boleh memilih Nay lebih suka melihat Agnimaya sebagai naga ketimbang melihatnya sebagai raksasa. “Ada apa, Agni? Tidak sedang bertugas kah?” tanya Nay. “Kalau aku sampai datang ke hadapanmu itu selalu berarti ada tugas dari Raja Affandra.”“Ada apa
Read more
Tersesat
Hutan ini sangat lebat dan rapat. Jalan menuju mata air, di samping kanan kirinya berjejer pohon besar dengan daun yang sangat lebat. Jarak antar pohon yang tak lebih dari panjang tubuh manusia, sehingga cahaya sangat sedikit masuk ke dalam hutan. Wira membentuk bola energi berwarna putih, untuk memberikan penerangan sepanjang jalan yang mereka lalui. Bola energi itu mengambang di depan mereka. “Wira memang bisa diandalkan.” Nay memuji penjaganya itu. “Selalu juga begitu, Nay.” Wira menjawab datar. “Wira, kenapa sih? Kok mukanya begitu. Gak ada senyum-senyumnya dari tadi.”“Apa kau tidak merasa aneh, Agnimaya meminta kita pergi sendiri? Katanya dia belum pernah datang ke sini. Lalu kenapa dia suruh kita jalan lurus saja?” “Pasti dia sudah dapat informasi mengenai hal ini, Wira.”“Semoga benar adanya seperti itu. Bukan untuk menjebak kita di dalam hutan ini.”Nay terdiam, perkataan Wira barusan bisa saja benar. Kenapa Agni tidak menemani mereka sampai ke mata air? Pikiran Nay mula
Read more
Mata Air
Seiring menghilangnya lintah-lintah itu suasana hutan semakin terang. Wira sudah tidak lagi menggunakan bola energinya. Apa yang dilihat Nay adalah apa yang dipikirkannya. Di samping kanan-kiri jalan Nay membayangkan tumbuhan mawar berwarna-warni, kicau burung yang bersahutan dan kupu-kupu terbang bebas mengikuti mereka. Hutan itu terlihat indah dan tidak suram lagi. Nay berteriak. Kakinya seperti mengenai sebuah batu besar. “Ada anergi pelapis, Nay.”“Iya, Wira. Mata air di bawah sana terlindungi energi besar. Kita sudah tidak jauh lagi. Kau bisa melihatnya bukan?”“Iya, ceruk air di bawah itu sangat jernih dan tenang.”“Selubungnya sangat luas dan menjulang. Seperti kubah yang menaunginya.”“Aku akan memeriksanya dari atas.” Wira langsung melesat ke udara. “Setinggi ini, Nay.” Wira memberitahu Nay yang masih mendongak memperhatikannya. Dengan aba-aba tangan, Nay meminta Wira turun. “Kau dengar itu, Wira?” “Ada sesuatu yang datang, Nay,” jawab Wira. “Sepertinya tidak hanya satu
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status