All Chapters of Obsesi: Chapter 11 - Chapter 20
79 Chapters
Rumah impian (8)
Anak perempuan keluarga Madison memiliki rambut pirang keriting yang cantik, mata biru yang bulat dan berair. Gadis merah memiliki ciri-ciri serupa, hanya saja mata itu sudah digantikan oleh kancing dan tubuhnya sudah penuh jahitan seperti boneka.Menjadi secantik boneka saat hidup, dan menjadi boneka sungguhan saat mati. Kasihan.Kaizen juga ingat bahwa saat Sugar mengunci gadis merah kedalam kamar mereka, reaksi gadis merah saat itu sangat tidak wajar. Dia sudah menjadi mahluk semacam roh yang sangat kuat, atas dasar apa dia ketakutan hanya karena dikunci dari luar?Atau ... Apakah itu karena kenangan menyakitkan semasa hidup? Semacam pengalaman traumatis?Tapi siapa juga yang tega mengunci gadis kecil yang cantik didalam kamar pada masa itu?Xaver? Mustahil bagi seorang anak baik untuk mengunci kakaknya.Nyonya Madison? Tapi begitu gadis merah terkunci, 'ibu' adalah objek dimana gadis merah meminta tolong dengan sangat putus asa.Maka jawaban satu-satunya adalah sang ayah tiri.Kai
Read more
Rumah impian (9)
Winter yang tidak pernah melepaskan pandangannya dan dengan sengaja jatuh dengan posisi terlentang, mendadak menatap rumah pohon dengan penuh kebencian. Dua orang lain yang ingin membantunya untuk bangun, mau tidak mau juga mengikuti arah pandangnya dan berpikir.Apakah sesuatu sedang terjadi di rumah pohon?Tapi mereka tidak merasakan fluktuasi energi atau anomali apapun, benarkah rekan mereka sedang kesulitan disana?"Winter, ada apa?" Tanya Pendosa."Tidak ada.""Kau yakin? Jika terlalu mengkhawatirkan Irish, kenapa kau tidak naik saja kesana?" Pendosa kembali memberi usul.Winter memilih diam, tapi mulai menimbang-nimbang usul dari si Pendosa. Melihat aura kebencian yang digantikan oleh raut berpikir, dua orang lain merasa lebih tenang. Mereka terus melihat sekeliling dan tidak menemukan apapun lagi selain rumah pohon, rumah keluarga Madison, dan rerumputan sejauh mata memandang.Rasanya seolah terjebak di properti p
Read more
Rumah impian (10)
Sementara Winter yang berdiri sendirian dibawah rumah pohon, menatap dua pria yang berjalan bersama Kaizen dengan mata dingin dan melihat ke samping rumah. Ada sesosok manusia super kurus dengan struktur tubuh seperti Slender man, bermata biru dan memakai gaun tidur berwarna putih. Rambut pirangnya tampak gemetar begitu ditatap oleh Winter, membuatnya menyusut kembali kedalam rumah melalui dinding.Mata Winter yang berkilat marah segera kembali normal dan dia tersenyum kecil, mengikuti Kaizen dan orang-orang untuk kembali masuk kedalam rumah. Sangat tidak logis jika dia memilih berdiam diluar dan membiarkan para pria mengelilingi Kaizen didalam rumah.Begitu dia masuk, dia ikut bergabung dengan kelompok orang yang sedang duduk diatas karpet mengelilingi sebuah buku harian. Kaizen yang mendengar gerakan dari luar, mengernyit begitu tau bahwa itu adalah Winter."Darimana?""Aku hendak menyusulmu ke atas, tapi kau sudah melompat ke Pendosa. Jadi aku butuh beberapa
Read more
Rumah impian (11)
Tidak ada selimut ataupun bantal tambahan.Tidak ada lilin aromaterapi ataupun lonceng meja untuk memanggil orang.Dan yang lebih penting, tidak ada satupun jejak dari botol obat.Kamar ini adalah kamar paling berdebu diantara semua kamar yang pernah mereka jelajahi, seolah tidak pernah ditinggali oleh siapapun selama bertahun-tahun.Walaupun secara teknis memang seharusnya begitu.Namun Mata sudah menciptakan set game seolah para pemain hidup pada era yang sama dengan NPC, demi prioritas dalam pengalaman bermain para ternaknya. Jadi mustahil akan ada setting tempat yang berdebu di game, kecuali jika tempat itu memang pada era tersebut sudah lama tidak ditempati.Lalu kemana sang ayah tiri tidur jika tidak di kamar utama?Jawabannya sudah sangat jelas.Kaizen merenung sebelum berkata"Bantu aku mencarinya.""Petunjuk?" Tanya Winter."Bukan, maksudku iya. Tapi jika dugaanku benar, maka kelua
Read more
Rumah impian (12)
"Bisakah kau mendeskripsikannya padaku?" Tanya Kaizen yang duduk dibawah.Silver yang melihatnya duduk tenang dalam ruangan berdebu, dengan senang hati melambai pada dua orang lain agar ikut mendekat. Membuat Kaizen yang paling pintar menjadi pusat mereka, setelah semuanya duduk barulah dia memulai pembicaraan"Yang kulihat semalam adalah sosok bermata biru yang sangat besar, sepasang matanya saja hampir menutupi seluruh jendela. Menurutku tangannya pasti sangatlah panjang sampai bisa memutari seisi rumah dan menghancurkan kepala Sugar, atau mungkin dia memiliki tangan yang bisa memanjang. Aku tidak melihat jelas seperti apa pakaian yang dia kenakan, tapi-""Apakah sklera matanya agak keabu-abuan?" Potong Winter."Hah? Eh ... Kurasa iya. Aku tidak ingat jelas, tapi mungkin begitu" Silver tampak kebingungan."Kalau begitu dugaanku pasti benar" Winter melirik Kaizen, mengharapkan agar pihak lain memujinya.Namun Kaizen hanya menjawab le
Read more
Rumah impian (13)
"Menemuinya? Bagaimana? Sekalipun kau tidak tidur, satu-satunya yang akan menemuimu adalah gadis merah!" Silver berkata penuh penekanan."Dan kalau kau sampai melarikan diri keluar rumah atau menuju rumah pohon begitu matahari sudah terbenam, kau akan dibunuh oleh 'ibu'!" Imbuh Pendosa."Kalau begitu bunuh gadis merah untukku, dengan itu aku bisa menemui Xaver Madison sendirian" Kaizen memberi usul dengan santai, seolah membunuh gadis merah bukanlah perkara yang sulit."Aku juga bisa mencoba berkomunikasi dengan anak itu, setidaknya kita tidak akan memberi panggilan aneh pada Nyonya dan Nona Madison" lanjutnya."Kalau begitu aku akan ikut denganmu, Irish" Celetuk Winter."Tidak, Winter. Aku akan melakukannya sendirian, jadi lebih baik jika kau membantu mereka saja" tegas Kaizen.Ketiga pria disana terdiam, tidak mau memperdebatkan ini lebih jauh lagi mengingat matahari sudah terbenam. Waktu benar-benar berlalu sangat cepat dalam
Read more
Rumah impian (14)
Silver memucat dan merasa perutnya diaduk serta diremas-remas, dia sontak memuntahkan seluruh isi perutnya di tempat. Sorot wajahnya penuh dengan teror begitu ingatannya akan hidangan mana saja yang dia makan, terganti oleh bagian tubuh mana saja yang sudah dia habiskan.Dia menangis sambil terus muntah akibat emosi yang campur aduk dan mentalnya yang terguncang hebat, terus berusaha mengeluarkan isi perutnya sekalipun kini hanya asam lambung saja yang keluar. Rasa jijik, ngeri, teror, benci, amarah dan sedih terus muncul silih berganti. Membuat wajahnya terdistorsi sebelum akhirnya pingsan, entah akibat kurang cairan atau justru akibat ketakutan.Pendosa yang terpaku di sisinya juga turut mengeluarkan isi perutnya, walaupun kondisinya tidak separah Silver. Tapi membayangkan bahwa roti empuk yang kemarin dia makan, berubah menjadi ulat putih gemuk yang menari liar diatas piring saji, sudah lebih dari cukup untuk membuatnya muntah.Kaizen mengawasi dengan t
Read more
Rumah impian (15)
Kaizen tidak bisa menerima apa yang barusan didengarnya mentah-mentah.Terutama setelah yakin bahwa orang ini benar-benar sesosok pria, bukan sosok anak-anak yang seharusnya merupakan sosok asli dari Xaver Madison.Namun saat tiba saatnya untuk sebuah penyangkalan, Kaizen juga mengingat deskripsi dari sosok nyonya Madison yang muncul di hadapan Silver seperti seorang Slender man raksasa.Jika roh seseorang bisa tumbuh dalam ukuran massive seperti itu karena memakan energi amarah dan dendam, kenapa roh tidak bisa tumbuh normal seperti manusia pada umumnya untuk mengecoh sesama manusia?Pemikiran ini begitu masuk akal dan menenangkan Kaizen seketika, membuatnya mampu untuk menanyakan beberapa pertanyaan lain"Kenapa? Bukankah nona Madison merelakan dirinya demi dirimu?"Pria di belakangnya sekali lagi tertawa dan bermain-main dengan rambut Kaizen, memutar-mutarnya di sepanjang jari telunjuk yang dingin seperti sedang memainkan benang ja
Read more
Rumah impian (16)
Winter juga Pendosa sedang bahu membahu berusaha memotong tangan dan kaki Gadis merah, entah kenapa boneka ini tampak berjuang keras untuk masuk kedalam kamar Kaizen. Tangan dan kakinya yang penuh jahitan juga terus mengeluarkan bunyi tajam, dengan darah yang terciprat kesana-kemari setiap dia bergerak. Seisi ruangan memiliki bau busuk darah, berantakan dan juga mengerikan.Daging manusia yang ada diatas meja juga sudah menghilang beberapa waktu lalu, tapi Silver masih sesekali berusaha memuntahkan seluruh isi perutnya sekalipun hanya ada angin dan suara sendawa yang canggung. Dia masih shock dengan fakta bahwa dia sudah memakan tubuh manusia, bahkan kini dengan sangat putus asa berjuang seolah ingin memuntahkan organ dalamnya sendiri.Pikirannya semakin kacau akibat trauma.Pada awalnya dia masih bisa berpikir positif bahwa ini salahnya sendiri untuk tidak mendengarkan Kaizen, salahnya sendiri untuk memakan sesuatu di tempat terkutuk berisi iblis seperti
Read more
Rumah impian (17)
Beberapa detik yang lalu dia masih seorang manusia, rekan mereka yang mengalami trauma akibat 'makanan'. Tapi sekarang dia sudah menjadi daging cincang, dicabik-cabik oleh cakar lain milik seorang gadis kecil bergaun merah.Tubuh Silver berserakan, tapi gadis merah tidak mengambil satu bagian pun dan langsung melesat menuju kamar tempat Kaizen berada bersama adiknya, Xaver Madison.Pendosa merasa marah, marah karena mayat rekannya diperlakukan seperti benda tak bernyawa sekalipun memang dia sudah tidak lagi memiliki sukma. Dia melompat dan menerjang gadis merah dengan tongkat besi miliknya.Sama seperti yang dilakukan Kaizen, dia menghancurkan kepala gadis merah. Tidak lagi merasa iba pada gadis yang baik pada masa hidup maupun matinya sudah menjadi boneka.Namun anehnya gadis merah tidak mati ataupun tersungkur, seolah yang dihancurkan oleh tangan Pendosa bukanlah kepalanya, melainkan sebatas pernak-pernik di tubuhnya. Pendosa juga terk
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status