Semua Bab Istri Boneka Sang Presdir: Bab 11 - Bab 20
26 Bab
BAB 11 : Usaha Yang Sia-Sia
Tepat di jam makan siang, Hanna sampai di gedung agensi GND Entertainment. Seluruh karyawan di agensi sudah mengetahui hubungan antara Arsenio dan Hanna, sehingga tidak ada yang berani melarang tatkala Namri pergi ke ruangan Arsenio yang ada di lantai teratas.“Apa Arsen ada di dalam?” tanya Hanna kepada resepsionis yang ada di depan ruangan Arsenio.Resepsionis itu buru-buru merapikan penampilannya begitu dia melihat Hanna. “Pak Arsenio ada di dalam, beliau baru saja selesai rapat.”Hanna menggigit bagian dalam mulutnya, kemudian berkata dengan suara kecil. “Aku belum buat janji dengannya. Kalau aku masuk, apakah dia akan marah?”Resepsionis dengan name tag ‘Rania’ agak terkejut saat mendengar pertanyaan Hanna, tetapi dia berusaha menyembunyikkan ekspresinya.“Tentu Pak Arsenio tidak akan marah, beliau mungkin akan senang bila dikunjungi oleh istrinya saat bekerja.”Hanna, “Jadi aku boleh masuk?”Rania segera berjalan m
Baca selengkapnya
BAB 12 : Menangis di Elevator
Hanna menggigit bibir bawahnya, mungkin sudah menjadi kebiasaan bagi Hanna untuk meminta maaf walau dirinya tidak melakukan kesalahan.“Ambilah, jangan sungkan.” Pria itu lantas memaksa Hanna untuk mengambil sapu tangan itu.“Terima kasih.” Hanna dengan cepat menyeka air matanya dan menundukkan kepala karena berusaha menghindari tatapan pria itu.Meski begitu, rasa penasaran menghantui Hanna sehingga dia sesekali mencuri pandang untuk melihat sosok pria di hadapannya dengan jelas. Hanna tersentak selama beberapa saat, karena merasa sepertinya pernah melihat pria itu di suatu tempat. Pria itu mempunyai wajah yang lumayan tampan, tidak setampan Arsenio tapi cukup menarik untuk membuat para wanita tergila-gila.Dari pakaian yang ia kenakan, Hanna mampu menebak bahwa pria itu bukanlah orang sembarangan. Ia mengenakan setelan jas dari merk ternama dan juga jam tangan rolex yang Hanna tahu harganya begitu tinggi.“Maaf, apa kita pernah bertemu?” tanya Hanna d
Baca selengkapnya
BAB 13 : Mengharapkan Pria Lain
Edwin memang menghina Arsenio, tapi dia menghinanya sambil tertawa, seolah-olah dia memang sudah biasa melakukan hal tersebut dan sikap seperti itu hanya bisa didapat setelah menjalin hubungan yang begitu dekat dengan seseorang.Dengan kata lain, walau Edwin menghina Arsenio menggunakan kata-kata kasar. Belum tentu pria itu memang bermaksud demikian.Edwin, “Tidak apa-apa, jangan merasa sungkan untuk menghinanya. Pria itu memang pantas dihina setelah membuat istrinya menangis. Tenang saja, aku pasti akan memarahinya saat kami bertemu.”Hanna segera menggeleng. “Jangan! Dia bisa-bisa akan lebih membenciku.”Hanna takut Arsenio akan berpikir jika Hanna berusaha merusak pertemanannya dengan Edwin.“Dia memang bajingan, tapi bukan orang yang jahat. Walaupun wajahnya selalu terlihat menyeramkan, sebenarnya dia punya kepribadian yang cukup baik.”Kepribadian yang baik apanya?!Pria itu bahkan sudah berulang kali bersikap menyebalkan di hadapan Hanna, bahka
Baca selengkapnya
BAB 14 : Siapa Yang Bisa Dipercaya?
Edwin membuka pintu ruangan Arsenio dengan sedikit kasar, bahkan tidak memperdulikan sekretaris Arsenio yang memintanya tidak membuat keributan.“Hei, kau pria bajingan di sana.” Tanpa tahu malu, Edwin segera mendudukan dirinya di sofa meski Arsenio belum menyuruhnya. “Berhenti melihat kerjaanmu dan mulailah melihatku, bro.”Arsenio lantas mengangkat kepalanya, dia melirik Edwin sebentar sebelum akhirnya kembali berkutat pada dokumen di tangannya. “Bingkisan oleh-olehmu sudah sampai di kantorku sejak tadi, tapi kenapa kamu baru datang?”Edwin memutar bola matanya karena mendapatkan tanggapan yang membosankan dari Arsenio. “Oh, kau penasaran apa yang tadi kulakukan?”Arsenio, “Tidak juga. Kalau tidak ada yang ingin kamu katakan, kenapa tidak segera kembali ke kantormu sendiri.”Dengan kata lain, Arsenio ingin mengusir Edwin yang hanya datang untuk mengganggunya bekerja.“Aw, jahat sekali. Padahal aku sudah susah payah menemuimu be
Baca selengkapnya
BAB 15 : Sandiwara
Sepanjang hari, Hanna pergi dari satu studio ke studio lainnya untuk memenuhi undangan sebagai bintang tamu di acara variety show. Kebanyakan dari pembawa acara pasti akan selalu mengajukan pertanyaan yang sama, sampai-sampai membuat Hanna menjadi muak.Hanna bahkan hanya duduk di acara tv, bukannya menyanyi, tapi dia merasa lebih lelah menjawab pertanyaan-pertanyaan memuakkan itu daripada saat dia melaksanakan konser.“Pertanyaan terakhir untuk Thumbelina. Kira-kira, kapan kamu dan Arsenio mau punya anak?”Hanna menghela napas di dalam hati, pertanyaan seperti ini benar-benar mengganggunya karena ingat dia harus menghabiskan malam panas lagi bersama pria yang hari ini membuatnya menangis.“Secepatnya. Arsen sangat ingin segera punya anak, makanya kita sedang program hamil,” jawab Hanna.Pembawa acara menunjukkan senyum untuk menggoda Hanna. “Berarti kalian sering ya berduaan akhir-akhir ini?”Hanna bersandiwara dengan pura-pura malu. “Begitulah, Arsen selalu senang mengikutiku kemanap
Baca selengkapnya
BAB 16 : Permintaan Maaf
Hanna sontak menepis tangan Arsenio begitu pria itu menyentuh keningnya. Kedua matanya menatap Arsenio dengan tajam, seakan ingin mencabik-cabik pria itu dalam hitungan detik.Ingatan akan sikap buruk Arsenio kepadanya di kantor masih terukir jelas di dalam benaknya, sehingga membuat Hanna merasa kesal setengah mati setiap kali harus menatap wajah Arsenio.Hanna bahkan menyesal sudah membuang-buang air matanya untuk seorang pria yang jelas-jelas tidak mau terikat dengannya.“Kau hanya boleh menyentuhku saat kita sedang bercinta,” cetus Hanna. “Dan tidak perlu repot-repot mengkhawatirkanku, karena kita hanya pasangan kontrak.”Hanna kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar mereka, meninggalkan Arsenio yang masih mematung karena mendapatkan sikap dingin dari istrinya.“Hanna aku ingin bicara denganmu.” kata Arsenio seraya mengejar Hanna yang sudah masuk ke dalam kamar.Hanna membalas dengan acuh. “Bicara besok saja, aku lelah.”
Baca selengkapnya
BAB 17 : Mengganti Hadiah
“Apa kamu kesurupan sampai-sampai membelikanku hadiah?” tanya Hanna dengan skeptis.Arsenio mendengus kasar, kemudian menaruh kalung itu ke tangan Hanna dengan paksa. “Terserah mau kamu apakan kalung itu, kalau tidak suka buang saja.”Hanna tertawa di dalam hati, dia merasa sepertinya Arsenio meniru ucapannya saat Hanna memberikan bekal tadi siang.Ketika Arsenio melepaskan dasi serta kemejanya untuk berganti pakaian. Hanna tiba-tiba berkata, “Hadiahmu sangat bagus, tapi bolehkah aku menukarnya dengan hadiah lain?”Sontak Arsenio melayangkan tatapan tajam kepada Hanna. Dia baru saja memberikan sedikit kebaikan kepada wanita itu, tapi Hanna malah menginginkan lebih.“Apa yang kamu inginkan? Perhiasan yang lebih mahal?” cemooh Arsenio.Pria itu selalu berpikir bila Hanna adalah wanita materialistis, sehingga menebak jika Hanna tidak akan puas dengan hadiah murah.Namun, tanpa disangak, Hanna malah meminta sesuatu yang tida
Baca selengkapnya
BAB 18 : Pesta Perayaan
Satu minggu kemudian, manajer dan semua staff Hanna akhirnya sudah diganti dengan orang-orang baru. Saat pemilihan staff, Arsenio memperbolehkan Hanna untuk memilih orang-orangnya sendiri, sehingga wanita itu bisa mencocokkan diri dengan cepat.Hanna sesungguhnya bukanlah orang yang pemilih, jadi ketika pelamar itu mempunyai kualifikasi yang dia butuhkan dan tidak ada hubungan dengan Aditya, maka Hanna langsung memilihnya.Pergantian itu berjalan dengan lancar, tapi Hanna juga khawatir Aditya akan marah kepada Arsenio karena sudah mengganti staff Hanna tiba-tiba.Hanna bahkan tidak bisa berhenti menatap ponselnya karena takut Aditya akan menghubunginya.Akan tetapi, walau menunggu selama mungkin, Aditya sama sekali tidak menghubunginya, bahkan juga tidak mengirim pesan.“Ada apa, Hanna? Kamu sedang menunggu telepon dari seseorang?” tanya Arsenio saat melihat Hanna terus melihat ponselnya dengan ekspresi gusar.Hanna dengan cepat menggeleng. “Tidak ada, aku hanya ingin melihat jam.”Ka
Baca selengkapnya
BAB 19 : Dia Istriku!
Rasa mabuk menyerang Hanna setelah dia terus-menerus menenggak alkohol tanpa henti. Akan tetapi, ketika dia sepenuhnya mabuk, Hanna jadi tidak ingin berhenti minum dan malah sengaja terus mengambil alkohol.Dia juga merasa bila semua masalah yang ada di kepalanya tiba-tiba aja menguap seperti asap, sehingga membuat pikirannya menjadi ringan.“Thumbelina, apa kau baik-baik saja?” sebuah suara yang Hanna kenali terdengar, sehingga membuat Hanna mendongakkan kepalanya ke atas.Samar-samar, Hanna melihat sosok produser musik yang tadi siang dia temui di ruang rapat. Produser itu tampak seperti pria paruh baya berumur empat puluhan, bahkan terdapat sedikit uban di kepalanya yang hampir botak.“Aku .., baik-baik saja,” jawab Hanna dengan sedikit terbata-bata. Mata wanita itu kemudian bergerak ke kanan dan ke kiri, mencari sosok Elisa yang sebelumnya selalu berada di sampingnya. “Di mana Elisa?”“Elisa? Oh, apa maksudmu manajermu? Tadi dia bilang harus segera pulang karena ada urusan di ruma
Baca selengkapnya
BAB 20 : Kamu Tidak Bersalah
BUK! BUK!Tanpa memberikan ampun, Arsenio memukuli wajah Wahyu sampai pria paruh baya itu babak belur. Tidak hanya itu, dia turut menginjak tangan Wahyu yang sempat menyentuh Hanna beberapa saat yang lalu.“Bisa-bisanya aku memperkerjakan seorang predator sepertimu di perusahaanku.” Arsenio menendang perut Wahyu. “Dan berani-beraninya kau menyentuh istriku dengan tangan kotormu. Jangan harap kau masih bisa hidup damai setelah ini.”Keributan yang Arsenio dan Wahyu lakukan akhirnya memancing para karyawan untuk datang ke parkiran. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat Arsenio yang biasanya bersikap tenang dan jarang menunjukkan emosi tiba-tiba saja menganiaya salah satu karyawan terbaik dari agensi mereka.“Pak! Pak Arsen tolong berhenti!” beberapa karyawan akhirnya menarik Arsenio dari Wahyu setelah melihat Wahyu sudah berbaring di tanah dengan mulut yang tidak berhenti memuntahkan darah.“Ada apa ini?!” satpam restoran juga akhirnya berbondong-bondong datang ke parkiran.Arsenio m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status