All Chapters of Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40
96 Chapters
Hendra Datang
Di bagian bumi yang lain, Vira sedang termenung di samping tempat tidur Ayah Aksa. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya tadi siang dia memutuskan tetap tinggal karena keadaan Ayah Aksa yang semakin memburuk. Ayahnya mendadak tidak sadarkan diri. Keadaannya sangat lemah, bahkan sampai saat ini Ayah Aksa masih tertidur setelah tadi sore sempat bangun sebentar.Vira pasrah. Biarlah takdir mengikuti jalannya."Vir."Vira tersentak. Mendadak dia ingin tertawa. Karena terus memikirkan Hendra dan Arlin yang saat ini sedang makan malam romantis, dia mendadak berhalusinasi seperti mendengar suara Hendra sedang memanggil namanya."Vir."Vira menggeleng. Bahkan kali ini, dia merasa seakan Hendra sedang memegang pundaknya. Pikirannya benar-benar sedang kacau."Vira."Vira menoleh cepat saat merasakan pegangan di bahunya semakin keras."Mas." Mata Vira mendadak terasa panas."Maaf. Aku datang terlambat. Jalanan men
Read more
Tentang Masa Lalu
"Jangan menatapku seperti itu, Vir. Mentang-mentang sekarang sudah hidup enak kamu." Silmi memang tidak pernah memanggil Vira dengan sebutan kakak walau usianya tiga tahun di bawah Vira."Bukankah kau berhutang budi padaku? Kalau bukan karena aku, pasti saat ini kau masih menjadi penjaga toko baju." Silmi tertawa kecil. Dia berinisiatif menuangkan minuman ke dalam gelas Hendra saat dilihatnya minuman kakak iparnya tinggal sedikit.Hendra melirik Vira. Istrinya itu tengah memandang Silmi dengan wajah datarnya."Sayang, aku minta air hangat boleh, sepertinya malam-malam begini enak menghangatkan perut." Hendra tersenyum memandang Vira. Sengaja menampakkan kemesraan di depan Silmi."For sure." Vira tersenyum manis.Wanita itu segera mengambil gelas Hendra yang tadi diisi Silmi. Dengan entengnya dia menumpahkan isinya ke wastafel, kemudian mengisi gelas dengan air hangat dari dispenser.Silmi mengatupkan mulutnya rapat-rapat melihat
Read more
Telepon Dari Arlin
Vira mengangguk. Sekilas dia bisa mengingat wajah Ayah Aksa yang waktu itu sering terlihat pucat."Kami bertemu. Mama Rahma hanya memberikan dua syarat. Ayah harus menganggap Silmi seperti anak kandung ayah sendiri. Kedua, Ayah harus selalu mengutamakan Silmi karena anak itu tidak suka perhatian yang terbagi."Vira menghapus air mata. Rupanya itu alasan Ayah Aksa berubah."Tidak pikir panjang ayah iyakan. Dulu di pikiran ayah cuma satu. Ayah takut jika ayah menyusul ibumu, kau akan sendirian di dunia ini, Vir. Jadi, walaupun harus selalu membuatmu merasa tersisih, setidaknya ayah tetap bisa menjagamu." Suara Ayah Aksa tercekat. "Ayah tahu kau sering menatap iri pada Silmi. Puncaknya saat kau gagal masuk kuliah. Mama Rahma minta ayah mengatakan uang tabungan untuk kuliahmu dipakai Silmi untuk biaya masuk SMA Favorite. Padahal sebenarnya tidak begitu. Kondisi keuangan memang sedak buruk, dan tidak ada itu tabungan. Semua tabungan terpakai untuk tam
Read more
Bayaran Untuk Mata-mata
Hendra menggenggam tangan Vira erat. Seolah memberikan kekuatan pada istrinya. Pelan mereka melangkah ke kamar, sesekali Hendra menggoyangkan gandengan tangan mereka. Membuat senyum Vira sedikit mengembang. Wanita itu benar-benar merasakan kehadiran Hendra di sisinya. Kehangatan sikap lelaki itu, membuat bayangan cerita kelam masa lalu dari Ayah Aksa tadi sedikit terlupakan. Di sini. Terpisah jarak tiga ratus lima belas kilometer dari tempat Hendra dan Vira menghabiskan malam dengan bercengkrama, Arlin menatap ponselnya dengan perasaan resah.Mungkinkah Hendra benar-benar sudah jatuh cinta dengan Vira?Arlin berguling ke kanan. Entah sudah berapa kali dia berganti posisi di tempat tidurnya yang berukuran king size. Kakinya diletakkan pada bantal, sementara dia sendiri menggunakan guling untuk mengganjal kepalanya.Arlin memejamkan mata.Bukankah informasi dari orang bayarannya sangat jelas? Tepat di hari kepulangannya ke Indonesia, Vira
Read more
Aku Hancur Kau Juga Hancur
Sengaja dia menjanjikan bayaran yang cukup besar pada Nichi walau tugasnya sangat mudah. Lelaki berwajah dingin itu awalnya menolak, namun dia menawarkan upah lima kali lipat dari yang biasa Vira berikan. Toh, tugasnya sangat mudah. Nichi hanya perlu memberikan informasi pada Vira tentang janji makan malamnya dengan Hendra hari ini. Arlin berharap wanita itu akan datang menemuinya seperti yang biasa dilakukannya selama ini. Dengan sedikit rencana kecil yang telah disiapkannya, dia yakin bisa membuat wanita itu jatuh dalam pandangan Hendra.Namun, sialnya, tidak ada satupun rencananya yang berhasil. Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga. Rencana menjatuhkan Vira di mata Hendra gagal, makan malam romantis tidak jadi, ditambah pula dia harus kehilangan uang puluhan juta dengan sia-sia."Aaaarrgghhh!" Arlin memukul bantal di hadapannya. Wanita itu mengacak-acak rambutnya untuk mengungkapkan kekesalan.Lama dia termenung memikirkan dan merencana
Read more
Kerjasama Untuk Menghancurkan Vira
"Silmi, ya?" Arlin tersenyum menyapa Silmi. Jelas sekali gadis itu sedang menunggu kedatangannya. "Kak Arlin?" Silmi tersenyum lebar sambil berdiri dari duduknya. Arlin tertawa kecil. Dia mengabaikan tangan Silmi yang terjulur mengajak bersalaman. Alih-alih menjabat tangan silmi, wanita yang menggunakan topi lebar itu malah memeluknya erat seperti seorang sahabat yang lama tidak berjumpa.Silmi terkejut sekaligus senang dengan perlakuan Arlin. Jujur saja, sejak telepon tadi malam, dia menaruh harapan yang sangat besar pada wanita yang kini sedang memeluknya."Sudah lama, Sil?" Arlin bertanya ramah sambil melepaskan pelukan mereka. Dia memilih duduk di kursi yang berhadapan dengan Silmi agar lebih mudah melihat raut wajah lawan bicaranya. Segera setelah duduk, wanita itu memesan menu yang sama dengan makanan Silmi."Belum terlalu, kelasnya baru saja selesai, Kak." Silmi menjawab sambil memperhatikan penampilan Arlin.Wanita
Read more
Serangan Untuk Usaha Vira
Silmi menahan napas mendengar setiap kalimat yang diucapkan Arlin."Aku butuh orang yang bisa memuluskan rencanaku. Salah satunya kamu, Sil.""Bahkan tanpa bayaran pun, dengan senang hati aku akan melakukan apapun untuk menghancurkan wanita tidak tahu diri itu!" Silmi mendesis. Tangannya terkepal di atas meja.Arlin tersenyum lebar mendengar ucapan Silmi. "Aku tidak peduli dengan alasanmu kenapa tetap memilih Hendra, Kak. Tetapi yang jelas, membuat Vira hancur adalah tujuan hidupku saat ini.""Tenanglah. Aku selalu bermain rapi dan cantik tanpa menggunakan kekerasan." Arlin berkata lembut sambil menatap Silmi tepat di matanya."Bagaimana aku bisa membantu, Kak?"Pertanyaan yang membuat senyum Arlin tak pernah berhenti mengembang.Pun malam ini.Mengingat pertemuannya dengan Silmi beberapa hari yang lalu, membuat senyum Arlin kembali mengembang sempurna."I got you, Vira!" desis Arlin.Wanita itu sedikit mengangkat dagu. Matanya yang
Read more
Dua Kunci Utama
"Maksudnya?" Vano mengerutkan kening."Berapa kau digaji Vira?" Arlin mencomot kentang goreng pesanan Vano yang baru saja datang.Lelaki muda itu terdiam. Dia sedikit kurang nyaman jika menyinggung masalah gaji."Tidak mungkin kecil, kan?""Bu Vira memberikan gaji yang cukup besar. Tetapi kebutuhan saya jauh lebih besar." Vano menatap Arlin tajam."Ayah meninggal sejak saya umur enam belas tahun. Secara otomatis, sejak saat itu saya menjadi kepala keluarga, karena saya anak sulung." Vano menarik napas sejenak."Bunda tidak bekerja. Ayah meminta beliau diam saja di rumah. Karena itulah, semenjak Ayah meninggal ekonomi kami roboh."Arlin menahan napas mendengar cerita Vano."Beruntung saya bertemu Bu Vira secara tidak sengaja. Beliau melihat saya mempunyai kemampuan dalam pembuatan video dan menguasai algoritma youtube. Dari sana, beliau mengajak saya untuk bekerja."Arlin mengangguk-angguk."Adi
Read more
Tolong, Berjanjilah!
"Berapa lama perginya, Mas?" Vira bertanya sambil menyusun baju-baju Hendra ke dalam koper."Mm, belum tau, Vir. Mendadak sekali." Hendra mengerutkan kening. Matanya tidak lepas dari layar ponsel."Jadi, berapa banyak bajunya harus kusiapkan?" Vira menatap Hendra bingung sambil kedua tangannya terbuka lebar ke arah koper berwarna navy milik Hendra."Ah, iya? Bagaimana, Pak Prima?" Hendra bergegas mengangkat telepon sambil berjalan keluar menuju balkon kamar. Meninggalkan Vira yang sedikit dongkol karena diabaikan suaminya.Wanita berlesung pipi itu berdecak sebal. Jadi? Berapa banyak baju yang harus dia siapkan?Mereka baru saja sampai saat panggilan dari rekan bisnis Hendra masuk. Entah apa yang terjadi, wajah suaminya mendadak panik. Tak berselang lama setelah panggilan berakhir, Hendra mengatakan sore ini juga dia harus mengunjungi lokasi bisnis ke luar negeri."Vir.""Hmm." Vira berdehem sambil menutup koper. Kalau bajunya kurang, beli sajalah di sana pikirnya. Uang Hendra banyak i
Read more
Kekhawatiran Hendra
Vira terpana. Mata Hendra mendadak basah. Setetes air mata lelaki itu mengalir tepat di depan mata Vira. Wanita itu pelan mengangguk saat melihat mata Hendra penuh dengan harapan."Aku berjanji, Mas." Suara Vira bergetar."Kuharap kau pun melakukan hal yang sama." Vira memindai wajah Hendra.Hendra mengangguk sambil memejamkan mata. Secepat kilat dia menarik Vira mendekat. Menghapus jarak di antara mereka. Cukup lama mereka menikmati pendar merah muda yang tercipta. Hendra akhirnya melepaskan Vira, kemudian menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Sebuah pelukan yang sangat erat.Lelaki itu memejamkan mata. Entah kenapa hatinya sangat takut. Dia mengetahui dengan pasti, Arlin akan ikut ke daerah itu. Sebagai pimpinan, mereka harus terjun langsung saat ada masalah gawat seperti ini. Hendra yang terbiasa tidak mengandalkan orang kepercayaan, selalu mensyaratkan hal yang sama pada rekan bisnisnya jika ingin bekerjasama. Maka dia yakin seratus persen, wanita masa lal
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status