Semua Bab Aku dan Wanita-wanita Simpanan Suamiku: Bab 41 - Bab 50
96 Bab
Mulai Menyerang
"Yang?"Panggilan Vira membuat Hendra tersadar dari lamunan. Bergegas dia menyelesaikan mandi agar bisa bersiap dan makan sebelum berangkat ke bandara.Tiga jam kemudian mereka sudah sampai di bandara. Vira dan Mama Lily ikut mengantar Hendra. Lelaki itu memeluk Mama Lily erat."Ah, kamu itu! Seperti yang baru pertama kali ke luar negeri saja, Hen." Mama Lily menertawakan wajah Hendra yang terlihat sangat kusut dari tadi."Namanya juga bisnis. Ada untung ada rugi. Kadang lancar kadang ada hambatan. Biasa itu. Bukannya selama ini sudah sering kamu lewati? Bukan baru setahun dua tahun ini kau berkecimpung di dunia ini." Mama Lily menepuk punggung Hendra. Dia dapat merasakan kekhawatiran sang putra."Semangatlah. Semua pasti bisa kamu lalui seperti sebelum-sebelumnya. Ayo dong, mana jagoan mama." Mama Lily dan Vira tertawa berbarengan untuk menetralisir ketegangan Hendra.Hendra menarik napas dalam. Bukan bisnis yang dia khawatirkan
Baca selengkapnya
Sebuah Alasan
Lantas, sebelum mata sempat berkedip kembali, pesan itu sudah dilemparkan kembali ke bumi. Tidak peduli dimanapun berada, tak peduli pemiliknya sedang bersuka atau sedang berduka. Pesan gambar itu segera terkirim. Melesat mencari nomor yang dituju.Ponsel Vira bergetar. Wanita itu segera mengambil alat komunikasinya dari dalam tas tangan. Menghentikan obrolan sejenak dengan Mama Lily, mertuanya."Ada apa, Vir?" Mama Lily memegang bahu Vira saat dia menyadari wajah menantunya itu mendadak berubah.Mulut Vira terkunci. Sedikit bergetar dia menunjukkan foto di ponselnya pada Mama Lily."Arlin." Mama Lily mendesis. Walau yang terlihat dari foto itu tampak belakang, dia sangat tahu persis dari postur tubuhnya itu adalah Hendra dan Arlin.Dalam foto itu terlihat jelas, Hendra sedang menarik dua buah koper. Satu koper berwarna navy miliknya, dan satu lagi koper berwarna peach kepunyaan Arlin. Disampingnya, Arlin terlihat menggelayut ma
Baca selengkapnya
Mulai Terjalin
"Selama mereka berpacaran, entah berapa kali Hendra dimanfaatkan oleh keluarga Arlin. Hendra sering mengalah setiap ada tender agar perusahaan keluarga Arlin bisa menang. Mama malah sempat curiga, jangan-jangan Arlin sengaja dikirim oleh orangtuanya untuk mendekati Hendra."Vira menggigit bibir. Dia memilih diam saja, menjadi pendengar agar bisa memahami setiap kepingan cerita."Setiap Mama tegur, Hendra selalu banyak alasan. Ya proyek itu kecil lah, ya dia tidak menguasai lah, ada-ada saja alasannya membela keluarga Arlin." Mama Lily menghembuskan napas kencang."Itulah kenapa, saat melihat ada jalan untuk melepaskan Hendra dari jerat Arlin, mama langsung mengambil kesempatan itu. Karena mama yakin, kamu pasti bisa menaklukkan hati Hendra. Mama yakin kamu pasti kuat, seperti Zita. Ibumu."Vira memejamkan mata. Kenapa Hendra tidak jujur saja kalau dia pergi ke sana dengan Arlin? Toh, dia juga pasti mengerti kalau itu urusan pekerjaan. Atau sebenar
Baca selengkapnya
Kamu Ketahuan
"Halo? Selamat siang, Nichi." "Siang, Bu Vira." Vira tersenyum mendengar suara di seberang sana.Wanita yang menggunakan atasan casual berwarna dusty pink itu menarik napas panjang. Bibir ranumnya dilapisi lipstik dengan warna senada. Rambut Vira yang hitam legam dibiarkan tergerai begitu saja. Membuatnya sedikit berantakan ditiup angin yang berhembus lembut."Sedang dimana?" Vira kembali bertanya. Matanya menatap ke arah luar. Berdiri sambil memegang kaca jendela di tempat usahanya. Dari sini, Vira bisa dengan leluasa melihat pemandangan jalan besar yang ramai sekitar dua puluh meter didepan PT. Savira Kreasi Jaya.Jalan itu dibelah pembatas setinggi satu hasta. Ada tanaman hias dengan pot semen berjejer rapi di atas pembatas itu. Setiap beberapa meter ada lampu jalan berbentuk tabung dengan hiasan besi yang unik dalam posisi agak merunduk kebawah. Sebuah angkot terlihat berhenti di pinggir jalan. Menurunkan penumpang semaunya. Si sopi
Baca selengkapnya
Pengkhianat!
"Omong kosong! Jangan membuatku mati karena kelelahan tertawa mendengar bualanmu, Nichi!" Vira menegakkan punggung sambil memukul pahanya dengan tangan kiri."Bu Vira ….""Bertahun-tahun aku mengenalmu, tidak ada yang gratis jika ingin informasi darimu. Bahkan hal sesederhana aku ingin tahu suamiku melangkah menggunakan kaki kiri atau kanan saat keluar kantor pun kau meminta bayaran! Apalagi informasi penting seperti ini?" Cepat saja Vira memotong ucapan Nichi."Jadi, berhenti melawak, Nichi! Itu tidak lucu sama sekali." Suara desisan Vira terdengar memenuhi ruangan.Hening. Hanya suara tarikan napas Nichi yang terdengar di seberang sana."Anda betul, Bu Vira. Saya memang dibayar untuk memberikan informasi itu pada anda."Vira menarik napas panjang. Ternyata Arlin mulai mengibarkan bendera perang. Dia tidak menyangka, dibalik wajahnya yang terlihat polos dan sifatnya yang terkesan pendiam, wanita itu ternyata lebih berbisa diband
Baca selengkapnya
Kegelisahan
"Maaf ya, Virni, Zidni, Rizal, Leci dan Vano. Kalian harus mendengar masalah pribadiku." Vira tersenyum menatap karyawannya satu persatu.Kelima karyawan Vira hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum tanggung. Rizal bahkan menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal. Bingung harus bagaimana menanggapi perkataan bosnya. Jujur saja, selama bekerja dengan Vira, baru kali ini mereka melihat wanita itu marah. Biasanya Vira selalu tampil tenang dan ceria. Kalaupun ada masalah, wanita itu selalu menghadapinya dengan santai-santai saja."Jadi bagaimana progres kerja kalian? Kudengar orderan untuk desain logo dan cover menurun ya, Vir, Zid?" Vira menoleh pada Virni dan Zidni yang bertuga membuat desain logo dan cover buku cetak atau pun on line."Iya, Bubs. Dua minggu ke belakang orderan menurun tajam. Hampir berkurang dua puluh lima persen dari biasanya." Zidni menjawab sambil melihat rekap orderan di worksheet monitornya.Vira mengangguk-angguk, sejenak
Baca selengkapnya
Makan Malam
"Lin." Hendra berjalan cepat, langkahnya lebar-lebar, berusaha menyusul Arlin yang sudah hampir memasuki lift yang terbuka."Bee." Arlin tersenyum sumringah. Sengaja dia menghentikan langkah, menunggu Hendra sambil memencet salah satu tombol lift agar tetap terbuka.Arlin tertawa renyah begitu Hendra sampai, bergegas dia menggandeng lelaki itu memasuki lift. Tangan lentiknya memencet tombol yang tertera angka dua puluh.Bunyi lift berdesing naik terdengar halus. Tiga puluh detik berlalu, Arlin dan Hendra sudah berpindah tempat dari lantai satu ke lantai dua puluh.Ting!Pintu lift terbuka lebar, selebar senyum Arlin yang perlahan melangkah keluar sambil menggandeng tangan Hendra."Lin." Hendra menghentikan langkah Arlin sebelum mereka memasuki tempat makan malam tujuan mereka."Siapa saja yang ada di dalam?" Hendra menarik wanita itu sedikit ke pojok.Arlin membenarkan rambutnya yang tersibak ke depan karena di
Baca selengkapnya
Dijebak!
"Bee?" Arlin menggoyangkan tangan Hendra."Ck!" Hendra berdecak sebal. Akhirnya lelaki itu melangkah, membiarkan Arlin menggandeng tangannya.Andai bukan karena merasa bersalah atas masa lalu mereka, Hendra pasti sudah pergi dari sana.Mereka memasuki restoran dengan desain vintage. Begitu di dalam, suasana tahun enam puluhan langsung menyapa. Para pelayan hilir mudik dengan topi kecil di kepala dan dress sebetis yang bagian bawahnya berlipat-lipat. Andai mereka berputar, pasti bagian bawah dress itu akan mengembang lebar.Musik jazz Sentimental Baby dari Frank Sinatra memenuhi ruangan, melengkapi nuansa vintage yang terasa sangat kenal."Arlin." Seorang pria yang menggunakan setelan jas warna hitam mengangkat sebelah tangannya, memberi tanda pada Arlin.Wanita itu tersenyum lebar, dengan semangat dia menggandeng Hendra menuju meja tempat mereka akan makan malam. Sementara Hendra seketika mengerutkan kening. Dari jarak sepuluh meter dan lampu yang tidak
Baca selengkapnya
Penipuan
"Jangan mengalihkan persoalan bisnis dengan permasalahan pribadi, Pak Surya, Pak Prima, Bu Arlin." Suara Hendra terdengar dingin. Matanya tajam menatap satu persatu rekan bisnis di depannya."Bee …." Arlin berusaha menenangkan Hendra. Empat tahun menjalin hubungan, dia sangat hafal bagaimana watak mantan kekasihnya itu.Hendra mengangkat tangan, membuat Arlin terdiam seketika."Saya diam selama ini karena mengira Bu Arlin masih ada niat baik menyelesaikan masalah ini. Namun, melihat apa yang saya temui malam ini. Sepertinya kalian benar-benar berniat mempermainkan saya." Mulut ketiga orang itu terkunci, napas-napas seolah tertahan karena ketegangan yang mendadak muncul."Saya masih berusaha sabar karena menghargai anda, Bu Arlin. Benar-benar suatu kesia-siaan bagi saya menghabiskan waktu hampir satu minggu di sini. Namun, saya masih berusaha memaklumi. Semua itu saya lakukan demi menjaga hubungan baik di antara kita." Mata Hendra tajam menatap Arl
Baca selengkapnya
Tentang Perjodohan
"Pa, Papa kan lihat sendiri tadi bagaimana Hendra. Karena masalah ini aku kehilangan kesempatan dekat dengannya lagi, Pa. Papa tega! Papa kan tahu aku sangat mencintai Hendra!""Arlin! Kita butuh modal yang besar untuk mempertahankan perusahaan, dan Hendra adalah jawabannya! Kejar dia!""Hendra sedang emosi, Pa. Biarkan emosinya reda dulu, tidak ada yang bisa menenangkannya. Aku paham betul sifatnya.""Taklukkan dia malam ini, Arlin! Sampai dia kembali ke Indonesia, pihak kita semakin terancam. Taklukkan dia, bahkan jika itu harus menggunakan tubuhmu!"Pak Prima yang sedang menyesap koktailnya lamat-lamat untuk menetralisir ketegangan, mendadak tersedak mendengar ucapan Papa Surya. Hampir saja dia menyemburkan minuman dari mulutnya andai tidak bisa mengendalikan diri.Menggunakan tubuh? Gila! Bahkan demi kekayaan, ada orang yang rela menggadaikan anaknya. Pak Prima terus membatin sambil melirik Arlin dengan ujung matanya.Wanita
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status