All Chapters of Setelah Kau Pergi: Chapter 11 - Chapter 20
71 Chapters
11. Pesona Bayu
"Aku telah kehilangan seorang adik karena kanker. Di dunia ini, hanya kalian keluargaku. Aku tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya."Anita mengerjap. Ia baru menyadari, apakah Bayu hidup sebatang kara? Orang tua Bayu ke mana? Apakah mereka masih hidup? Anita menghela napas beratnya. Ia mengangguk ragu. "Terima kasih."Bayu meraih tangan Anita. "Aku juga berterima kasih padamu. Menganggapku saudara, dan sekarang aku memiliki keponakan cantik dan secerdas Izza."Napas Anita. Ia merutuk dalam hati. Mengapa Bayu terlihat sangat tampan jika bahagia?Seketika ia merasakan hangat menjalar dari tangan. Ia memandang sumber kehangatan, dan segera menarik tangannya. Ia menarik napas, lalu menghembuskan pelan. **"Bujang pang*.""Marasa maka tahu*" Suara melengking dari seorang perempuan dengan dandanan menor.Disahut dengan tawa perempuan lainnya sebangku, Misna. Di samping Misna duduk seorang laki-laki. Dan seorang laki-laki lainnya berdiri, menyandarkan punggung ke dinding, men
Read more
12. Pelarian
"Badan sudah gede, masih saja cengeng."Isma masih menangis. "Sakit, Ma.""Ya gimana lagi? Ini waktunya tidur, mama cape. Coba dibawa tidur. Gitu aja nangis."Anita menciumi ubun-ubun Izza, berharap bisa membantu Izza menenangkan diri.Lingkungan salah satu ujian bagi anak-anak kanker, khususnya bagi mereka yang hanya bisa dirawat di kamar bersama. Mereka harus terbiasa tangisan, jeritan, bahkan berita kematian. Tentu saja, di ruangan bersama juga akan mendapatkan keuntungan, di antaranya saling berbagi informasi, membantu dan saling memotivasi. Terlebih lagi, mereka sama-sama senasib dan sepenanggungan.*Izza sudah dibiasakan bangun pagi-pagi, mandi lalu sarapan. Seperti pagi itu, Izza sudah kelihatan segar setelah mandi. "Isma?!"Anita menoleh sesaat, lalu kembali melanjutkan kegiatannya. Menyuapi Izza. "Isma, kamu kenapa, Nak?" Misna terdengar panik. Perhatian Anita dan Izza teralih ke Isma. Beberapa orang dewasa yang tadinya meringkuk di lantai kini terjaga. "Isma kenapa, Bu
Read more
13. Kerinduan Seorang Anak
"Hebaaat …." Bayu segera menyambut tubuh Izza. Lima langkah pertama tanpa alat bantu setelah Izza mendapat diagnosis kanker darah. Biasanya Izza berlatih berjalan dengan menggunakan Walker atau alat bantu jalan.Kemoterapi salah satu prosedur medis yang kerap diberikan kepada penderita tumor atau kanker untuk memperlambat ataupun menghentikan sel kanker. Dengan segala kemanfaatannya, kemoterapi juga memiliki beberapa efek samping, di antaranya kerontokan rambut juga pengeroposan tulang. Karena itu, Anita rutin memberikan kepada Izza susu kambing, mengingat susu kambing baik untuk kesehatan tulang dan gigi. Sebelumnya Izza tidak menyukai susu, berkat semangat sembuh yang terus diberikan kepadanya, akhirnya Izza mencoba secara perlahan. Awalnya cuma sepuluh ml, bertahap hingga sekarang Izza sudah menyukai susu kambing. Terutama susu kambing dengan rasa Vanila. Berbeda dengan Bayu. Bayu sering membawakan anak-anak kacang-kacangan, terutama almond. Almond dipercaya memiliki kandungan
Read more
14. Kerinduan Seorang Anak (B)
"Bagus.""Bukan itu maksudku. Bagaimana perasaanmu? Senang ga?""Senang. Indah. Fresh. Fantasi. Entahlah, ada rasa-rasa yang sulit dijabarkan.""Bukankah kamu sering bepergian ke berbagai daerah, bahkan negeri? Jadi pemandangan seperti ini sudah biasa.""Mungkin kamu benar, tapi mungkin ini karena di halaman kita, atau aku ikut menata, sehingga ikut merasakan senangnya dari hasil tangan kita.""Nah itu dia. Rasa senang akan menghasilkan beberapa hormon seperti Dopamin, Serotonin, atau Endorfin. Hormon-hormon ini akan membuat sel-sel dalam tubuh bekerja lebih baik. Tentunya juga akan meningkatkan imunitas." Bayu mengacungkan dua jempolnya. "Jadi aku akan mewajibkan anak-anak Rumah Bahagia untuk merawat tanaman-tanaman ini. Biarkan mereka ikut merasakan hasil jerih payah mereka. Tentunya harus dengan pengawasan kita.""Sip, aku dukung. Kalau ada waktu, aku juga akan bantu-bantu."***Sejak itu, Anita selalu mengajak Izza atau anak Rumah Bahagia lainnya juga akan merawat tanaman. Izza
Read more
15. Bertemu Madu
Bayu merasakan matanya menghangat. Memori lama kembali muncul. Ia pernah berada di posisi Anita, tetapi pernah juga merasakan bagaimana sesaknya merindukan kehadiran seorang ayah di masa-masa sulit. ***"Assalamu 'alaikum."Izza mengerjapkan mata. Masih serasa mimpi baginya, tetapi tatapan mata dan senyuman itu benar-benar nyata. "Ayah?"Ridwan tersenyum. "Sudah bangun."Izza ingat, ia menaiki mobil mewah Bayu dari Banjarmasin setelah shalat Subuh. Tak lama ia duduk di mobil itu, tiba-tiba diserang kantuk. Ia tidak tahu kapan sampai ke rumah. Ia segera bangkit, melingkarkan tangannya ke leher Ridwan, dengan tatapan masih tak percaya. "Kenapa menatap Ayah seperti itu?" Izza sudah dalam gendongan Ridwan. "Izza rindu Ayah.""Ayah juga." Ridwan mencium pipi kiri dan kanan Izza. "Heh, asem."Izza tertawa. "Mandi, yuk. Biar Izza lebih segar," ucap Anita. Izza menatap Anita, sambil mengangguk, lalu beralih ke Ridwan. Matanya mengerjap. Antara percaya dan tidak. "Ayo … let's go."Izz
Read more
16. Laki-laki Tampan Dan Mapan
Anita menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Hari ini, hari yang panjang baginya. Beruntung Izza tidur lebih awal. Tatapan-tatapan tetangga dan tamu yang sempat terekam di kepalanya kini memutar kembali. Tatapan kasihan, empati, dan ada yang mencemooh. Meski tatapan seperti itu bukan baru di sepanjang hidupnya, karena ia juga bukan terlahir dari keluarga yang berada, tetapi tatapan untuk seorang istri yang gagal terasa sangat menusuk. Sejak kecil Anita terbiasa berjuang keras. Membantu orang tua, bekerja untuk biaya sekolah hingga akhirnya ia bisa menyelesaikan kuliah dengan nilai yang memuaskan. Baru kali ini Anita merasakan kegagalan dalam hidupnya. Tiba-tiba ada sentuhan yang membuatnya tersentak. Spontan kakinya melipat. "Ayah …," seru Anita, ketika melihat laki-laki yang menyentuh kakinya. Tangannya mengusap-usap dada. Meredakan jantungnya yang berlompatan. "Maaf, aku tak menyangka akan mengejutkanmu. Aku cuma mau memijat kakimu."Anita mendesah keras. "Setahun lebih, A
Read more
18. Laki-laki Tampan Dan Mapan (B)
Angka suhu badan cukup mencemaskan, terlebih lagi untuk Izza yang masih memiliki daya imun sangat lemah. Namun, di sisi lain Anita bersyukur kadar saturasi oksigen masih batas di angka normal. Ia mematikan AC, lalu bergegas ke dapur mencari air panas. Anita sempat kebingungan melihat dapur yang kelewat rapi. Tidak ada peralatan masak memasak di luar, kecuali alat pembuat kopi dan pemanggang roti. Ia membuka lemari satu persatu sampai akhirnya menemukan panci stainless. Tak ingin membuang waktu, ia merebus sedikit air dengan panci itu. Tak lama ia sudah kembali dengan membawa air hangat-hangat kuku di sebuah mangkuk kaca. Tak disangka, Bayu sudah ada di dalam, duduk di samping Izza. "Koq, kamu bisa ada di sini?" Anita meletakkan mangkuk ke atas nakas, lalu mengambil handuk di dalam tas. "Rumah ini selalu sepi, jadi agak sensitif dengan bunyi-bunyian.""Maaf, membuatmu terbangun.""Tak apa."Bayu memperhatikan tangan cekatan Anita melap badan Izza dengan handuk yang telah dicelup
Read more
19. Puncak Kebahagiaan
Tanpa suara Bayu duduk kembali. Ia menarik napas, lalu melepaskan pelan-pelan. Kejadiannya hanya beberapa detik, tetapi ia perlu waktu lama untuk menenangkan diri.**Izza telah memasuki protokol kedua. Izza dan Anita mempunyai ujian baru. Saat protokol pertama, Izza mempunyai nafsu makan yang meningkat. Berat badan Izza naik berkali lipat, tetapi protokol kedua malah sebaliknya. Izza tidak mempunyai nafsu makan. Perlahan berat badan Izza menurun. Anita mempunyai kekhawatiran baru dan mencoba melakukan berbagai terobosan baru.Pada protokol pertama, Anita sangat jarang bersentuhan medsos. Buka internet, hanya mencari informasi sekitar penyakit yang diderita Izza juga penyakit lain dalam lingkup Hemato-Onkologi. Dulu ia browsing makanan yang memiliki kandungan baik untuk melawan kanker, kini ia mulai browsing makanan yang bisa menggugah selera Izza. Tidak hanya dari segi rasa tapi juga penyajian, tanpa mengabaikan efek baik buruknya pada kesehatan Izza. Anita juga berusaha mengatu
Read more
20. Krisis
"Ayah, kenapa ayah merangkul Tante Rana?" tanya Izza. Bayu berbalik. Ridwan dan seorang perempuan bunting sudah ada di belakangnya. Sesaat ia bersitatap dengan Anita di teras yang juga syok seperti dirinya. Bayu tidak tahu harus berbuat apa, karena tidak tahu apa yang telah dilihat Izza."Izza, sudah datang? Sini peluk ayah. Ayah rindu sekali." Ridwan mendekat dan menjongkok, tetapi Izza mundur beberapa langkah. "Ayah belum jawab pertanyaan Izza? Ayah bilang, tidak boleh laki-laki dengan perempuan yang bukan mahram bersentuhan. Tetapi, kenapa ayah tadi merangkulnya? Dia 'kan bukan mahram Ayah?" Izza menatap sahabat ibunya polos. Matanya beralih ke perut Rana. Ia tahu Rana dan orang tuanya bersahabat, tetapi baru kali ini melihat ayahnya menyentuh perempuan itu. Sedang Anita tak kuasa lagi menahan air mata. Sesuatu yang dikhawatirkan akhirnya terjadi. Mengapa Ridwan mengindahkan pesannya? Mengapa masih saja membawa Rana ke rumah mereka? Mengapa membawa Rana, padahal sudah jela
Read more
21. Untuk Selamanya
Di Rumah Sakit Umum Daerah H Damanhuri, Barabai. Air mata Anita terus mengalir, menatap putrinya tak sadar diri. Masih terbayang di mata Anita keceriaan Izza saat hendak pulang, kini putrinya digelayuti beberapa selang, dengan bunyi monitor yang terus berbunyi. Anita tak berani menatap layar monitor. "Kau harus kuat Izza. Perjuangan kita sudah sejauh ini. Izza janji akan menjaga Mama." Anita meletakkan wajah di tangannya yang menggenggam tangan Izza. Bayu menyentuh bahu Anita. "Kau istirahatlah. Biar aku jaga Izza." Bayu meletakkan sebotol sari buah di pangkuan Anita. "Minumanlah ini. Semoga bisa membuatmu lebih bertenaga. Kau harus kuat untuk menjaga Izza."Anita bergeming. "Nit!" Bayu mengangkat suaranya. Anita menoleh ke atas, menghadap wajah Bayu. Bayu membujuk dengan tatapan matanya. Beberapa detik hingga akhirnya Anita mengangguk. "Jika bisa, makanlah. Ada makanan di luar."Anita tak merespon. Di luar Anita melihat Ridwan yang terkulai lemas, menyandarkan diri di bangku p
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status