Setelah Kau Pergi

Setelah Kau Pergi

By:  El Nurien   Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
71Chapters
29.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Anita banyak menghabiskan waktunya di rumah singgah demi kesembuhan anaknya. Hingga akhirnya ia mengetahui suaminya telah menikah lagi. Ia berusaha mengabaikan perasaannya yang hancur dan memperlihatkan baik-baik supaya tidak mempengaruhi kesehatan anaknya. Sayangnya, sang anak akhirnya mengetahui ayah yang ia rindukan memiliki perempuan lain, hingga berujung pada kondisi sang anak yang kritis. Apakah Anita akan mempertaruhkan rumah tangga setelah kondisi anaknya semakin buruk atau memilih mundur dan mengabdikan diri pada rumah singgah? Di sisi lain, ada Bayu, pemilik rumah singgah yang selalu mendukungnya. Dan Abbas, seorang ayah penyintas kanker yang juga menyukainya, membuat keadaan semakin rumit. Kepada siapakah Anita akhirnya mengabdikan dirinya? Kepada laki-laki yang dicintai putrinya, pemilik rumah singgah atau seorang ayah penyintas kanker? Jangan lupa follow dan subcribe untuk info update selanjutnya. Terima kasih.

View More
Setelah Kau Pergi Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
yenyen
bagus banget..penjelasan mengenai penanganan medis, istilah kedokteran bikin ilmu bertambah. Endingnya bagus ya
2024-04-07 05:51:19
1
user avatar
Mua Wanah
seorang ibu pasti akan selalu berjuang untuk kesehatan anaknya. karyamu bagus Thor, walaupun banyak istilah kedokteran yg susah bacanya dan gk ngerti artinya .........
2024-04-05 07:34:33
0
user avatar
dian ariani
novel yg aangat menarik. banyak informasi ttg kanker yg teesampaikan.
2023-10-25 01:03:07
0
71 Chapters
1. Kenapa Ayah Memeluknya?
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan subscribe, rating, like, dan komen. Selamat membaca. Semoga menginspirasi****"Ayah, kenapa ayah merangkul Tante Rana?" tanya Izza, bocah sembilan tahun sambil memegang boneka. "Izza, sudah datang? Sini peluk ayah. Ayah rindu sekali." Ridwan mendekat dan menjongkok, tetapi Izza menjauh."Ayah belum jawab pertanyaan Izza. Ayah bilang, tidak boleh laki-laki dengan perempuan yang bukan mahram bersentuhan, tetapi, kenapa ayah tadi merangkulnya? Dia 'kan bukan mahram Ayah?" Izza menatap sahabat ibunya polos. Matanya beralih ke perut Rana. Ia tahu Rana dan ibunya bersahabat, tetapi baru kali ini melihat ayahnya menyentuh perempuan itu.Sedang Anita tak kuasa lagi menahan air mata. Sesuatu yang dikhawatirkan akhirnya terjadi. Sebelumnya ia telah meminta Ridwan agar jangan membawa perempuan itu ke rumah mereka. Ternyata di belakangnya ini Ridwan ingkar janji dan siapa sangka bertepatan dengan Izza pulang ke rumah. Dari awal kepercayaannya sudah hilan
Read more
2. Ujung Spuit
Izza hanyalah anak berusia tujuh tahun, tetapi enam bulan sebagai penyintas kanker, telah membuatnya terlihat lebih tua dari usianya. "Hallooo .… Selamat siaaang .… Apa kabar?"Ciri khas sapaan Dokter Yolanda ketika masuk ruangan. Izza selalu bersemangat ketika melihat dokter perempuan paruh baya yang selalu ramah itu. Anita segera turun dari ranjang, sedang Izza langsung berbaring.Izza bercita-cita menjadi dokter spesialis anak, juga spesialis kanker dari Dokter Yolanda. Izza berjanji akan bersungguh-sungguh belajar, tabah menjalani pengobatan demi cita-cita itu. Ia akan menyelamatkan anak-anak dari penyakit kanker dan kelainan darah. "Hallo … Izza gimana kabarnya?" tanya Dokter Yolanda ketika sudah mendekati Izza. Perawat bertugas segera membacakan hasil laporannya, termasuk hasil laboratorium. Dokter Yolanda meringis. "Izza kenapa darahnya ga naik-naik?" tanya Dokter Yolanda dengan gaya berbicara kepada anak-anak. Izza hanya cengengesan. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Read more
3. Singa dan Kelinci
(Mas, besok Izza ulang tahun. Datanglah! Kondisi Izza sedang tidak baik)Anita langsung menghapus pesannya setelah tanda terkirim muncul. Izza tak boleh membaca pesan itu. "Assalamu 'alaikum. Selamat siang."Sontak Izza berpaling ke arah pintu. Muncul sosok tampan, jangkung yang masih memakai setelan jas warna biru malam. "Om Bayuuu!"Seketika mata Izza bersinar cerah. Ia merentangkan tangannya. Laki-laki itu langsung menyambut tangan Izza dengan mendekapnya. "Om rindu sekali sama Izza." "Benar, Izza. Om Bayu baru saja datang dari bandara. Dia langsung ke sini mendengar Izza mau pulang," sela Amang Udin."Benarkah?" Bayu mengangguk. Ia menyentil hidung Izza yang mungil. "Sekarang gimana keadaan Izza? Baik 'kan?""Tidak, Om. Darahnya tidak naik-naik," beber Anita. "Yah … kenapa, Izza? Izza bandel, ya?"Izza menggeleng. "Terus apa? Sini bisik sama Om?" Bayu mendekatkan telinganya ke wajah Izza. "Mama galak, ya?" bisik Bayu. Anita tersenyum. Izza menggeleng, lalu menunduk malu.
Read more
4. Alarm Wanita
'Bukankah tadi katanya Ridwan ke kamar kecil? Lalu keluar? Mana yang benar?' tanya Anita dalam hati. Sesaat menatap layar ponsel. Angka di layar tertulis 10.30. Tiba-tiba alarm kewanitaannya berdering nyaring. *** "Mama kita mau ke mana?" tanya Izza heran. "Izza, tenang saja."Anita mendorong kursi roda Izza ke sebuah rumah besar di samping Rumah Bahagia. Sebelumnya, Bayu hanya bisa menyewa untuk Rumah Bahagia. Seiring waktu, akhirnya mampu membeli rumah mewah dengan denah tanah sangat luas. Tak lama ia dapat membangun sebuah rumah di samping rumahnya dengan warna yang sama, itulah Rumah Bahagia. Selama ini rumah besar tersebut hanya Acil Imah yang bisa masuk untuk bersih-bersih, dan Karin sebagai asisten pribadi. Izza juga anak-anak Rumah Bahagia lainnya hanya bisa memandang rumah mewah itu dari luar. Ini pertama kalinya, Bayu membuka rumah pribadinya."Surprise …." Izza menahan napasnya. Matanya membulat sempurna. Di dalam rumah mewah itu ternyata sudah ada Bayu dan beberapa
Read more
5. Aku Lelah
"Yah … ayah!" panggil Anita. Ia terus berjalan hingga memasuki kamar. Klik. "Astaghfirullaaah … !" pekik Anita.Dua insan di atas ranjang terlonjak dengan keberadaan Anita. "Anita?!" Mata Anita menatap nanar. Jantungnya melompat tak beraturan. Dadanya turun naik, menahan napasnya yang memburu. Ia tidak ingin percaya dengan penglihatannya. Kenyataannya, keterkejutan dua orang tersebut sangat nyata."Anita, kau datang?" Seorang laki-laki berdiri mendekatinya. Sedang, yang perempuan sibuk merapikan pakaiannya yang tersingkap. "Kenapa … kalian tega lakukan ini?" Mata Anita berkaca-kaca. "Dengarkan aku dulu. Aku bisa jelaskan." Ridwan memegang tangan Anita, tetapi tangan itu keburu menarik. "Kenapa? Yah, Izza … di sana berjuang melawan … kematian. Kau di sini …." Anita tak sanggup meneruskan ucapannya."Dengarkan aku dulu.""Apa yang didengarkan?!" Anita mulai mengamuk. "Jelas-jelas mataku melihatnya sendiri.""Nit, tenang ya. Kita bicara baik-baik. Oke."Anita memalingkan wajahnya
Read more
6. Rahasia Bayu
Anita berjalan pelan. Ia mempertajam pendengarannya ketika sampai di samping pintu kamar mandi. Tidak salah lagi. Suara orang menangis di dalam. Namun, bukan Karin. Siapa? "Pak Bayu?" Anita menutup mulutnya. Anita segera kembali ke ranjangnya. Langkahnya terjingkat ketika merasakan perih di kakinya. Ketika sampai di ranjang ia langsung mengangkat kakinya, terlihat plester ukuran jumbo menempel di kaki kanannya. Tak lama Bayu keluar sambil menggosok kepalanya dengan handuk."Sudah bangun?" Bayu merapatkan piama mandinya ketika menyadari Anita sudah duduk di tepi ranjang.Bayu menyalakan ponsel, memeriksa pesan lalu mengetik suatu pesan. Kemudian mengeluarkan pakaiannya dari koper kecil dan kembali ke kamar mandi. Hanya beberapa menit, Bayu keluar dengan wajah terlihat lebih segar. Namun, Anita melihatnya, ada duka di balik wajah itu dan baru kali ini Anita melihatnya. Bayu menggeser sofa satu dudukan, lalu duduk menghadap Anita. "Sekarang bagaimana keadaanmu? Sudah agak baikan
Read more
7. CLBK
Gleg.Apa yang terjadi? Batin Anita. Ia tidak tahu kalau suaminya sebenarnya mantan sahabatnya. Ia tidak tahu kalau sebenarnya dirinya yang merebut Ridwan dari Rana, apa maksudnya uang yang ditransfer suaminya adalah uang Rana? Keuangan toko memburuk? Seketika beberapa rentetan pertanyaan muncul silih berganti, membuat dunia Anita menjadi berputar. ***Mobil hitam mewah itu hanya sekitar sejam membelah jalan dari Rantau ke Banjarmasin. Anita merasakan perutnya ingin memuntahkan isi, andai saja tidak sekuat tenaga ditahan."Cepat sekali jalannya, Mang. Hoek …." gerutu Anita, ketika keluar sudah dari mobil.Mang Yuni dan Bayu tertawa dengan ocehan Anita. "Hoek ….""Mama …." Izza duduk di kursi roda yang didorong oleh neneknya. Anita tersenyum, ketika melihat putrinya. Seketika mual terlupakan. "Ingat, bersikaplah tenang! Jangan gegabah."Jantung Anita mencelus. "Kenapa laki-laki ini jadi tanpa jarak?" gerutu Anita dalam hati. "Izza …." Seperti biasa, Bayu merentangkan tangan jik
Read more
8. Anak Istimewa
"Ayah ingat, Sayang. Mana mungkin lupa ulang tahun anak Ayah yang cantik ini." Ridwan mencium pipi kanan."Maaf, Ayah baru bisa datang sekarang." Ridwan mencium pipi kiri. "Lalu, hadiahnya mana?"Ridwan terkesiap. Yang dipikirkannya hanyalah Anita, sampai ia lupa soal ulang tahun Izza. "Duduk dulu, ya. Ayah cape."Izza mengangguk. Ridwan mendudukkan Izza di kursi samping Anita. "Maaf ya, Sayang. Ayah benar-benar lupa membawa hadiah. Ayah sangat terburu-buru tadi ke sini." Izza merengut. "Atas permintaan maaf ayah, Izza mau apa?" "Izza mau jalan-jalan bareng Ayah dan Mama." Ridwan menatap Anita. Meminta pendapat wanita itu. Anita menyentuh punggung Izza. "Untuk saat ini, Izza tak boleh keluar. Izza tidak boleh capek dan ingat, Mama pernah bilang, semakin banyak orang, Izza semakin rawan terpapar virus bakteri. Itu tak baik buat tubuh Izza yang masih lemah."Izza menampilkan wajah sedih. Matanya mulai berkaca-kaca. "Eh, Izza anak Ayah yang paling penurut. Apa yang Mama bilang
Read more
9. Godaan Wanita
"Aku yang terlalu naif, dengan mudahnya mentransfer uang kepada temanku itu. Ternyata barang tak kunjung datang, bahkan orangnya menghilang."**"Wan, kapan kau kembalikan uangku?"Suara langsung memberondong begitu Ridwan menjawab panggilan teleponnya. "Maaf, Zan. Kau tau, aku telah ditipu. Jadi berilah aku waktu.""Ndasmu. Memang aku bapakmu? Aku tak mau tau masalahmu, kau harus kembalikan uangku secepatnya. Aku perlu itu. Kalau kau masih saja ngeyel, aku tidak segan bertindak kasar. Ingat itu!"Panggilan terputus, tanpa memberi kesempatan kepada Ridwan. "Mas lagi ada masalah?" Ridwan terkejut. "Sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Ridwan. Ia keluar dari kamarnya. "Udah lama. Ke sini mau ketemu Anita dan Izza. Mereka ke mana?""Mengapa kau masuk tanpa salam?""Aku sudah ngucap salam tadi. Mas saja yang tidak dengar. Kebetulan pintu juga terbuka, jadi aku masuk saja. Kadang aku juga begitu 'kan? Anita sama Izza di mana? Aku rindu mereka.""Belum pulang," jawab Ridwan judes. "H
Read more
10. Kecemasan
Bagaimana untuk orang tidak mampu seperti Misna? Bagaimana juga dengan dirinya dan Izza? Apalagi Izza juga akan melakukan biopsi susulan. Ia sangsi apakah Ridwan akan terus memperhatikan mereka. Sekarang obrolan online, bahkan berkunjung juga semakin berkurang. Mungkin besok-besok transferan juga berkurang. Anita tidak bisa lagi mengusir kecemasan, mengingat kebutuhan dirinya dan Izza berkali lipat dari orang biasa. ***Di ruang rapat minimalis berdinding putih bersih, meja dari kayu dan kursi yang kontras, Bayu, Karin, dan beberapa staf sedang konsentrasi musyawarah untuk memecahkan suatu masalah di perusahaan mereka.Tiba-tiba ponsel di saku jas Bayu berdering. Membuat Bayu dan beberapa orang di sana tersentak, terlebih lagi Karin. Mata Bayu mengkilat ketika melihat nama yang tertera di layar ponsel."Tunggu, sebentar. Aku angkat telpon dulu."Bayu keluar ruangan. Teman-teman di ruangan bersitatap heran. Mengangkat panggilan telepon bukan gaya Bayu. Bayu sering mensenyapkan, ba
Read more
DMCA.com Protection Status