All Chapters of MENIKAHI MANTAN SUAMI: Chapter 11 - Chapter 20
105 Chapters
BAB 11. Suasana Baru
Rasanya seperti sudah setahun lamanya Sakha tidak menginjakkan kaki di kantor pusat NatGeo. Tetapi, nyatanya Sakha memang jarang ke kantor bahkan nyaris tidak pernah, kecuali saat diminta untuk datang menghadiri meeting penting atau dipanggil oleh Bos Besar. Sebab, pekerjaannya menuntut laki-laki itu untuk lebih sering berada di luar ruangan. Sehari-harinya bersinggungan dengan sinar matahari.Hari ini, Sakha datang ke kantor karena pagi-pagi sekali tadi sudah dihubungi sekretaris bosnya untuk membahas sesuatu yang penting. Sakha mau tidak mau menyeret kakinya ke kantor dengan malas-malasan. Masih dengan mata mengantuk, Sakha masuk ke dalam lift yang akan mengantarkan laki-laki itu menuju lantai 5.Ada beberapa wajah familiar yang Sakha kenali saat keluar dari lift dan melewati bilik-bilik ruang kerja yang sebagian besar kosong. Sakha juga punya satu bilik di sana, tetapi nyaris tidak pernah Sakha singgahi karena terlalu sibuk bekerja di lapangan. Sakha menyapa mereka singkat dan lang
Read more
BAB 12. Suasana Baru (2)
Sakha butuh waktu untuk memproses informasi yang diserapnya pagi ini, saat matanya bahkan masih terasa berat karena kurang tidur. Saat selesai mengedit foto subuh tadi, Sakha hanya berencana untuk hunting foto sebentar, lalu menghabiskan waktunya untuk tidur. Menghimpun energi yang telah terkuras karena beberapa hari terakhir ia sibuk ke sana kemari untuk memotret. Berangkat pagi buta dan pulang tengah malam. Bahkan sempat tidak pulang selama dua hari hanya untuk mendapatkan satu dua lembar foto yang sempurna dari angle yang berbeda. “Kira-kira berapa lama proyek ini berlangsung?” Sakha memecah keheningan. Pramudya yang sudah sibuk dengan tablet di tangannya itu mendongak. “Bisa sebulan atau dua bulan. Tergantung kalian bisa kerja cepat atau tidak. Targetnya maksimal enam bulan harus sudah selesai.” Kerja cepat yang dimaksud Pramudya bukan hanya menyelesaikan tugas yang diberikan dengan hasil seadanya. Tetapi harus SEMPURNA. Setidaknya itu yang menjadi pegangan Sakha dalam menggel
Read more
BAB 13. Belajar Mandiri
Karena masih belum tahu seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek barunya bersama gabungan tim dari berbagai cabang NatGeo di dunia, Sakha bingung harus mengepak apa saja. Sakha juga belum tahu negara mana saja yang harus didatangi. Sehingga ia tidak punya referensi pakaian yang cocok untuk dibawa. Yang membuat Sakha sejak tadi hanya berdiri di depan lemari dengan dua pintu yang terbuka lebar adalah kenangan sialan yang dengan lancang mampir ke otaknya.Sakha sudah lama sekali tak bepergian jauh. Setiap kali harus ke luar kota atau ke luar negeri, ada Tabitha yang membantu mengepak pakaian dan barang-barang yang ia perlukan. Tabitha selalu tahu apa yang Sakha butuhkan. Sakha nyaris tidak pernah protes karena Tabitha mengepak dengan rapi dan ajaibnya, kopernya muat menampung banyak. Sekarang, Tabitha sudah tidak ada dalam hidupnya. Itu artinya Sakha harus mengepak keperluannya seorang sendiri.Sakha pun menurunkan beberapa pakaian yang sudah terlipat rapi di lemari
Read more
BAB 14. Bersinggungan dengan Masa Lalu - 1
Rupanya, bertemu kembali dengan orang-orang terdekatnya dahulu, saat masih menikah dengan Sakha, tidak sesulit dan seberat yang selama ini Tabitha bayangkan. Atau mungkin karena sekarang Tabitha sudah mulai berusaha mengikhlaskan apa yang telah terjadi di masa lalu sehingga bisa mengiyakan ajakan Alex tanpa banyak overthinking.Saat resmi bercerai dari Sakha, Tabitha berjanji hanya akan menjauh dari kawan-kawan lamanya–yang juga teman Sakha–selama satu tahun sebagai proses penyembuhan. Sebab, Tabitha yakin sekali jika ia akan terus merasa sakit jika bersinggungan dengan kawan-kawannya yang satu sirkel dengan Sakha juga. Mau tidak mau, pasti ada akan pembicaraan yang entah sengaja atau tidak terucap yang membuat Tabitha dan Sakha berada di posisi serba salah. Tabitha pun tak yakin tak akan menangis jika berada di sekitar mereka saat emosinya masih sangat labil.Dan hari ini, Tabitha merasa cukup yakin bisa menikmati pertemuan i Meski masih ada rasa sakit hingga sekarang, nyatanya Tabit
Read more
BAB 15. Bersinggungan dengan Masa Lalu - 2
“Lo nggak menyedihkan, Tha,” koreksi Albert. Tampak tidak senang melihat Tabitha yang sedikit murung. “Menurut gue sih wajar. Lo pernah punya kenangan manis di sana dan lo mau menyimpan itu buat lo sendiri. Nggak ada yang salah dengan hal itu. Dan itu hak lo juga mau ““Thanks, Al.” Tabitha terkekeh. Menciptakan ekspresi bertanya di wajah Albert. “Dipikir-pikir lagi ternyata gue kangen ngobrol dan curhat sama lo.”Albert tersenyum lebar. “Gue emang ngangenin sih. Berarti kita bisa nongkrong bareng lagi besok-besok, kan?”Tabitha mengangguk ringan. Malah, tadinya Tabitha yang ingin mengajak Albert nongkrong lagi kapan-kapan. Hanya saja Tabitha merasa agak canggung untuk mengajak duluan. Sebab, setelah bercerai dari Sakha, Tabitha paling keras menolak kehadiran Albert hingga laki-laki itu pun akhirnya menyerah dan tidak pernah lagi mengganggu Tabitha. Pertemuan hari ini pun karena inisiatif Alex. Tabitha sempat mengira jika Albert tidak akan mau ikut karena obrolan terakhir mereka sebel
Read more
BAB 16. Tertinggal Selangkah
“Kok bisa sih lo perginya dadakan banget?” protes Albert untuk yang ke sekian kalinya, yang hari ini menawarkan diri untuk mengantar Sakha ke bandara Soekarno-Hatta. Sementara Alex tak bisa ikut mengantar karena harus lembur dan berkutat dengan pekerjaan yang menumpuk di kantor. “Salahnya bos gue yang ngasih tahunya juga dadakan,” balas Sakha enteng. “Bos lo kasih tahu dua hari yang lalu. Lo baru kasih tahu gue sama Alex semalem!” Albert kembali menyemburkannya protes. Laki-laki yang duduk di belakang kemudi itu menoleh sekilas ke Sakha yang duduk di sampingnya. “Sorry, my bad. Gue lupa.” Albert mendengkus sebab Sakha tampak tidak benar-benar menyesal saat mengucapkan maaf. “Lo… beneran cuma beberapa bulan doang kan perginya?” “Sampai proyek kelar. Paling lama enam bulan sih.” Albert manggut-manggut. “Gue kira lo mau kabur, terus nggak balik lagi.” “Kenapa gue harus kabur?” Albert sudah membuka mulut untuk membalas, tetapi tak jadi. Laki-laki itu hanya mengendikkan bahu. Mer
Read more
BAB 17. Thinking of You
“Secepat itu kamu move on dari aku ya, Bee?” gumam Sakha setelah menghabiskan dua batang rokok dan segelas kopi hitam yang rasanya tidak enak.Setibanya di Washington DC dan melakukan check in hotel, meski dalam keadaan lelah dan mengantuk, Sakha tetap memaksakan dirinya turun dari kamar hotelnya untuk mencari toko terdekat dan membeli rokok serta kopi. Ia harus merogoh kocek sebanyak delapan dolar hanya untuk sebungkus rokok. Atau jika dirupiahkan dengan kurs hari itu maka bernilai sekitar 112 ribu rupiah. Lumayan mahal untuk satu bungkus rokok saja. Tetapi Sakha tetap membelinya karena ia membutuhkan itu sebagai distraksi agar kepalanya tidak terus-terusan membayangkan wajah cantik Tabitha. Ya, sejak belasan jam yang lalu setelah obrolan memusingkannya dengan Albert tentang Tabitha, Sakha tidak bisa berhenti memikirkan mantan istrinya itu.Nyatanya, usaha Sakha sia-sia. Rokok dan kopi yang telah menjadi teman setia Sakha itu seolah sedang ingin mendorong Sakha agar semakin sering me
Read more
BAB 18. Digempur Ingatan (1)
Sakha teringat Tabitha karena suatu alasan. Mantan istri Sakha itu sangat suka menonton film-film romantis komedi yang sebagian besar berlatar di Amerika seperti Definitely Maybe, Serendipity, P.S. I Love You, Friends With Benefits, No String Attached, dan banyak judul lainnya yang tak bisa seluruhnya Sakha ingat. Saat suatu hari Sakha menemani Tabitha menonton film-film itu, Tabitha menyuarakan keinginannya—atau lebih tepatnya khayalannya. “Aku tuh pengen ngerasain tinggal di New York. Tiap pagi berbaur dengan banyak manusia di jalan saat berangkat kerja. Aku juga pengen diantar pacarku pulang dari kencan. Berdua jalan kaki dan gandengan tangan di sepanjang blok dari ujung ke ujung sambil ngobrol tentang banyak hal....” Dalam beberapa tahun terakhir, Sakha sudah beberapa kali ke Amerika karena urusan pekerjaan, tetapi Tabitha selalu berhalangan untuk ikut karena tidak bisa meninggalkan pekerjaannya dalam waktu yang lama. Sekarang, Sakha menyesal karena tidak pernah berusaha membuj
Read more
BAB 19. Digempur Ingatan (2)
Tidak hanya Tabitha yang kaget karena pertemuan yang tidak disengaja itu. Ibu juga tampak kaget melihat Tabitha berdiri di hadapannya.Seperti yang masih Tabitha ingat, Ibu masih tampak cantik dalam balutan gamis dan hijab sederhana yang membalut tubuhnya.Butuh lebih dari lima belas detik untuk Tabitha sadar dari pikirannya yang sudah berjalan ke mana-mana.Menggeser troli, Tabitha memangkas jarak untuk lebih dekat dengan mantan ibu mertuanya.“Ibu, apa kabar?”Senyum terpeta di wajah Ibu. Dengan suara lembutnya, wanita berhijab itu membalas, “Alhamdulillah, Ibu sehat, Nduk. Kamu sehat?”Tak dipungkiri, ada momen-momen di mana Tabitha tidak hanay merindukan Sakha, tetapi juga merindukan Ibu. Ibu yang baik. Ibu yang perhatian dan pengertian. Ibu yang sangat menyayangi Tabitha seperti anak sendiri. Ibu yang Tabitha yakini, satu-satunya sosok mertua baik hati yang Tabitha kenal dan tidak akan pernah Tabitha dapatkan lagi jika suatu saat nanti ia menikah dengan orang lain. Membayangkan s
Read more
BAB 20. Digempur Ingatan (3)
Sampai di kamar kosnya, Tabitha langsung mengempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Air matanya tak bisa lagi dibendung. Tabitha menangis terisak-isak.Ia membenci perasaan rindu yang berdesakan di dada. Padahal, sudah lama Tabitha tidak merasakan ini lagi. Tabitha yang mengira sudah imun dengan rasa sakit dan bisa terbiasa hidup bersama rasa sakit itu ternyata salah besar. Satu tahun tidak cukup untuk membiasakan diri hidup dengan rasa sakit.Tabitha sadar. Selama setahun bersusah payah untuk melupakan Sakha, melupakan Ibu, dan melupakan kenangan-kenangan yang pernah ia bagi dengan Sakha dan Ibu, ternyata Tabitha gagal. Tabitha masih ingin memiliki Ibu di dalam hidupnya. Tabitha masih belum rela jika suatu hari nanti posisinya tergantikan. Ibu mempunyai menantu baru, yang bukan lagi dirinya, yang akan lebih disayang oleh Ibu karena tidak pernah membuat Ibu kecewa. Dan lambat laun, Tabitha akan terlupakan.Belum puas menangis, Tabitha menyalakan ponsel dan membuka Instagram. Sialnya,
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status