All Chapters of DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU: Chapter 61 - Chapter 70
198 Chapters
Bab 24b
Siang itu, Rizal bergegas pulang ke rumah untuk makan siang. Rizal mencoba ingin memperbaiki hubungannya dengan Desti. Siapa tahu selama ini, Desti hanya merasa kesepian karena kesibukan Rizal. “Mamanya Sasti kemana, Mbak?” tanya Rizal saat mendapati rumah sepi. Sasti, meskipun baru tiga tahun sudah disekolahkan ke playgroup. Mbak Siti yang sebenarnya sudah mewanti-wanti jauh-jauh hari agar Rizal mulai banyak membagi waktu untuk Desti ragu untuk berbicara. Bagaimanapun, dia tak ingin mengadu domba antara mamanya Sasti dengan adik sepupunya itu. Dia takut menjadi penyebab hancurnya rumah tangga. Rizal menatap Siti lekat, namun kemudian memahami bahwa kakak sepupunya sedang tak ingin dicecar. Usai menghabiskan makan siangnya, Rizal buru-buru menelpon Anto, supir pribadi Desti. “Kamu dimana, Tok?” tanya Rizal. “Ehh…lagi nganter ibu, Pak. Di mall,” sahut Anto. “Kirimkan share loc, ya, aku mau bikin kejutan untuk ibu. Kamu nggak usah bilang-bilang,” ucap Rizal. Rizal sesung
Read more
Bab 25a
Hampir saja Rizal menonjok wajah Gavin, andai Anto tak segera datang menahan tangannya. Entah kapan Anto sudah berdiri di belakangnya. Padahal tadi Rizal melihat wajah Anto yang pucat dan hendak dibelikan minum olehnya. Justru kini Anto lah yang menenangkannya.“Sabar, Pak!” bisik Anto sembari menarik tangan Rizal, agar pria itu mundur. Rizal menghela nafasnya sembari berjalan menjauh. Tangannya masih gemetar. Jantungnya masih berdegup kencang. Bahkan rasanya darah masih naik di ubun-ubun. Anto mengikutinya di belakang, setelah Desti memberinya kode agar Anto pergi. “Sebaiknya kamu selesaikan masalahmu dengan Rizal. Aku tak ingin menjadi orang ketiga dalam pernikahan kalian,” ucap Gavin pada Desti. “Kamu bukan orang ketiga, Kak. Justru Mas Rizal adalah orang ketiga dalam hubungan kita.” Desti masih saja membela dirinya sendiri. “Yang jelas, selama kamu masih istri sahnya, aku tak ingin lagi bertemu denganmu. Aku tak ingin di antara kita mendapat masalah. Berat resiko yang harus
Read more
Bab 25b
Lagi-lagi Rizal menghela nafas berat. Setelah selesai menyesap kopinya, Rizal pun mengajak Anto pulang. Mereka mengemudikan mobil masing-masing. Anto sudah mendapat kabar kalau Desti pulang dengan menumpang taksi. Sesampai di rumah, tekat Rizal bulat, dia harus memperbaiki hubungannya dengan Desti. Apapun itu kesalahan, selama masih dapat diperbaiki, masih ada jalan untuk kembali. Entah jam berapa Desti tiba di rumah. Rizal menunggu hingga larut, namun tak kunjung pulang. Hingga ia pun terlelap.Namun Rizal lega, saat pagi-pagi hendak ke masjid, dilihatnya Desti sudah tidur di kamar sebelah. Rizal menghela nafasnya berat. Tak mudah ternyata menjadi nahkoda dalam rumah tangga. Selama ini, dia sangat membebaskan Desti, sebagai bentuk cintanya pada wanita yang diperlakukan laksana barang mahal yang khawatir pecah jika disentuh. Namun, Rizal kini paham. Seharusnya, dia menjaga Desti dan mengarahkan, agar tidak tersesat. Bukan membiarkannya, hanya karena dia terlalu mencintainya. R
Read more
Bab 26a
Mobil yang dikendarai Rizal berhenti di depan rumah besar milik keluarga Desti. Desti segera turun dan masuk rumah saat Rizal masih turun dari mobil. Pria itu hanya mampu menatap wanita yang masih resmi jadi istrinya. Rizal menyusul masuk, lalu menemui mertuanya yang sedang santai di ruang tengah. "Duduk, Nak Rizal." Bibi yang bekerja di rumah orang tua Desti dengan sigap mengeluarkan minum dan cemilan. Papa Desti sedikit heran dengan sikap Rizal yang agak berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Meski putrinya tak pernah berubah, namun biasanya Rizal bersikap hangat. Pagi itu, ada ketegangan tergambar di wajah Rizal. "Bi, bisa panggilkan Desti?" pinta Rizal pada bibi yang akan undur diri. "Saya perlu bicara dengan Papa dan juga Desti," lanjut Rizal seraya menatap Papa Mertuanya. Dengan malas, Desti menuruni tangga. Tingkahnya belum berubah, meski kini sudah menjadi seorang ibu. “Pa, saya antar Desti pulang, karena dia menginginkannya." Rizal membuka pembicaraan, setelah Dest
Read more
BAB 26b
“Aku sudah menuruti kata-kata Papa dan Bang Desta untuk menikah dengan Mas Rizal. Tapi, ternyata aku tak bisa mencintainya, Pa. Aku tak bisa hidup tanpa cinta,” ucap Desti. Dada Rizal bergetar. Pedih hati rasa hatinya mendengar kata-kata Desti. Cinta yang selama ini dia upayakan ternyata sudah lama pupus tanpa dia ketahui. Selama empat tahun hidup bersama Desti, dia gagal menumbuhkan benih cinta itu di hati Desti untuknya. Selama ini, dia hanya dapat menumbuhkan cintanya sendiri. Mengupayakan segalanya yang dipikirnya dapat menyemaikan cinta. Dan ternyata dia salah besar. Dia telah menyemai benih yang salah. Dia telah menyiram benih yang sama sekali tak ingin tumbuh. Hati Rizal terluka mendengar perkataan jujur itu. “Desti! Tarik ucapanmu! Kamu tidak tahu, dengan siapa kamu bicara?” Suara Pak Hamdani meninggi. Pria itu sangat malu pada menantunya. Dia merasa gagal mendidik putrinya, sehingga putrinya tak punya rasa hormat pada suaminya, sebagaimana almarhumah istrinya yang tulus
Read more
Bab 26c
Sepeninggalan Rizal, Pak Hamdani menelpon putranya. Dia meminta Desta segera datang. Usai memarkir mobilnya dengan asal, Desta berjalan tergesa masuk rumah. Ada Papa dan adiknya duduk di ruang tengah. Meski sudah empat tahun menikah, gaya adiknya tak berubah. Semaunya sendiri. "Benar apa yang papa katakan?" tanya Desta sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa. "Benar, Dik?" ulang Desta karena Desti malah asyik memainkan ponselnya. Tak ada kecemasan tersirat di wajahnya. Padahal Papa dan Kakaknya sangat gusar. Desti hanya mengangkat kedua bahunya, setelah meletakkan ponselnya ke atas meja. "Nasehati adikmu, Ta!" titah Sang Papa. “Bodoh kamu, Dik! Apa kurangnya Rizal?” seru Desta. Dia dulu turut andil dan merayu Desti agar menerima Rizal, karena baginya, Rizal itu sosok sempurna. Pekerja keras, ulet dan berani mengambil resiko. Sangat cocok menjadi bisnisman, selain juga bertangan dingin. Tapi rupanya, mahir dalam bisnis, belum tentu juga berhasil dalam rumah tangga. “Aku bos
Read more
BAB 27a
Sejak Rizal dengan kesibukannya sering keluar kota dan Desti pun mulai enggan diajak pulang kampung saat Rizal punya kesempatan, orang tua Rizal lah yang lebih sering berkunjung. “Mamanya Sasti kemana, Ti?” tanya Ibunda Rizal pada Siti, pengasuh Sasti. "Lagi ke luar, Bulik," jawab Siti setelah terdiam sejenak. Ia bingung harus berkata apa.Meskipun Rizal maupun Desti tak pernah menceritakan kalau keduanya sedang ada masalah, sebagai orang terdekat yang 24 jam ada di rumah, Siti dapat merasakan bahwa keduanya sedang tidak baik-baik saja. “Mamanya Sasti sering keluar, apa Rizal tidak menegur?” tanya ibu Rizal lagi. Wanita itu tahu, kalau Desti hanya ibu rumah tangga. Harusnya, setelah punya anak, dia akan lebih banyak bersama anaknya. Siti yang keponakannya, hanya bertugas membantu saja. Bukan seratus persen urusan anak, harus dia yang pegang. Siti nafas berat, lalu menghembuskannya lagi. Tak berani berkata apa-apa, meski pada buliknya sendiri. Dia tak mau mengadu. Karena kalau itu
Read more
Bab 27b
“Kenapa, Nek? Ada apa?” tanya Sasti karena neneknya masih berhenti, sementara toko mainan tinggal beberapa langkah lagi dari posisi mereka berdiri. “Ke sana, Nek!” tunjuk Sasti ke arah yang berlawanan dengan pandangan neneknya seraya mengayunkan jemari tangannya yang tergenggam oleh tangan neneknya, agar ibu dari papanya itu mendengarkan ucapannya. Namun, karena neneknya masih terdiam, Sasti pun akhirnya menyapukan pandangan ke arah yang dilihat neneknya. “Mama!” teriak gadis mungil itu seraya melepaskan genggaman tangan neneknya. Gadis itu lalu berlari dan menghambur ke mamanya, yang sedang berdua dengan pria yang tak dikenal oleh Sasti. Sontak Bu Ridwan kaget. Demikian juga Desti yang tak menyangka akan dipeluk Sasti dari belakang. Dengan bergetar, Desti menyapukan pandangan untuk mencari dengan siapa putrinya pergi ke mall. Wajah Desti serta merta berubah pucat pasi, karena tak menyangka putrinya memergokinya sedang bersama pria lain yang bukan papanya. “Kamu sama siapa, Nak
Read more
Bab 27c
Mobil yang dikendari Anto sudah meluncur kembali ke rumah. Sasti yang duduk di bangku belakang, bersebelahan dengan Bu Ridwan sibuk dengan boneka barbie barunya. Sementara, Bu Ridwan masih sibuk dengan pikirannya sendiri seraya menghubung-hubungkan kejadian demi kejadian yang sejak awal mulai dicurigainya. Ingin rasanya Bu Ridwan mencecar Anto, tapi, wanita itu tak ingin anak kecil di sebelahnya akan mendengarkan percakapannya. Meski belum mengerti, anak sekecil itu dapat merekam dengan baik apa yang didengarnya. Sementara di rumah, Rizal sengaja pulang saat jam makan siang. Dia ingin memanfaatkan kebersamaannya dengan Sasti. Dia tak ingin kehilangan Sasti jika akhirnya nanti Desti tak dapat diraihnya kembali. Cukup sudah waktu yang selama ini telah terlewat dan tak dapat kembali. Rizal yang mendapati ayahnya sedang sibuk dengan pot tanaman di teras rumah, padahal hari sudah siang, sedikit kaget. Ayahnya tak mengabarkan kalau akan datang. “Lho, Bapak datang? Kenapa tidak berkirim
Read more
Bab 28a
Setelah Sasti diajak Mbak Siti menjauh, barulah Bu Ridwan buka suara. “Tadi Ibu lihat Desti di mall.” Bu Ridwan mengambil jeda sejenak. Wanita paruh baya itu menatap putranya yang duduk berseberangan dengan dirinya. Lalu tatapan Bu Ridwan beralih ke suaminya. “Kamu ada masalah sama Desti?” tanya Ibunda Rizal. “Bu!” tegur Pak Ridwan. Lelaki itu sudah berpesan, sebagai orang tua, tak baik mencampuri rumah tangga anaknya. Anak lelakinya sudah dewasa. Baik dan buruk, dialah yang menentukan dalam bersikap. “Ibu hanya nanya, Pak. Bukan mencampuri. Kita sebagai orang tua, juga berhak memberi saran. Perkara diterima atau tidak, itu urusannya Rizal,” lanjut Bu Ridwan membela diri. Rizal menghela nafasnya. Dia tak ingin menambah beban orang tuanya. Mengetahui kondisi rumah tangganya, pasti akan membuat kedua orang tuanya bersedih.“Ibu lihat dia bersama siapa?” Meski akan sakit jika mendengarnya, namun, tak urung ditanyakan juga pertanyaan itu. Rizal merasa, sebagai lelaki dia tak ada har
Read more
PREV
1
...
56789
...
20
DMCA.com Protection Status