All Chapters of Ikatan di Atas Kertas: Chapter 71 - Chapter 80
93 Chapters
PART 70
Pagi harinya, Rezvan sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah Tanisha. Laki-laki itu sudah sibuk dengan hal-hal yang hendak ia bawa. Raut wajahnya benar-benar menggambarkan kebahagiaan dan keantusiasan. Pakaian yang ia kenalan adalah setelan koko berwarna abu-abu dan ungu dengan celana warna hitam. Wajahnya juga tampak terlihat begitu tampan dengan rambut yang disisir rapi dan ditutupi peci hitam. Tak lupa parfum berbau wangi, terapi tak memabukkan iq semprot ke seluruh tubuhnya. Beberapa saat kemudian, sebelum ia turun ke bawah, ponselnya tiba-tiba berdering. Tertera nama Kalandra di layar ponselnya. Dengan cepat ia menekan tombol hijau, lalu menempelkannya ke telinga. "Assalamu'alaikum?""Bentar lagi gue berangkat, nih.""Oke, gue tunggu di tempat biasa, ya."Rezvan menutup kembali ponselnya. Ia kemudian bergegas turun ke bawah sambil membawa berbagai buah tangan dan tentunya sebuah cincin untuk melamar Tanisha nanti. Senyum semringah terlihat di wajahnya saat ia buka kembali ko
Read more
PART 71
Setelah hari lamaran yang kira-kira sekitar sebulan yang lalu, kini dia keluarga dari Tanisha dan Rezvan sudah memutuskan tanggal pernikahan, yaitu pekan depan. Berbagai persiapan sudah ditentukan. Semua orang sibuk mengurusi banyak hal dengan hati yang tiang gembira. Kartu undangan pun sudah disebar. Ada sekitar seribu undangan yang tersebar dari kenalan Rezvan dan Tanisha. Ketika berita pernikahan ini sampai kepada mereka, terutama dari pihak Rezvan, tentu mereka begitu terkejut. Wajar saja, sebelumnya mereka tak pernah berpikir seorang laki-laki yang bisa dibilang "play boy" bisa benar-benar mengistiqamahkan hati pada satu orang. Kartu undangan itu pun sampai ke tangan Aqlan beserta seluruh keluarganya. Tak ada rasa dendam, sedih, sesal, atau apa pun itu ketika gua kesayangan Al-Muhajirin itu mendapat undangan dari Tanisha. Ia justru ikut berbahagia. Tak pernah sekalipun melibatkan atau membahas masa lalu lagi hingga seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa antara dirinya dengan T
Read more
PART 72
Hari pernikahan pun tiba. Semua orang makin sibuk mengurus segala hal yang dibutuhkan untuk acara akad nanti. Kediaman rumah tempat tinggal Tanisha begitu ramah dengan orang-orang yang terus-menerus berlalu-lalang dan riuh oleh suara-suara yang bersahutan. Lain halnya dengan kamar Tanisha. Di ruangan itu hanya ada dirinya dan seorang wanita yang bertugas untuk meriasnya. Waktu merias sudah dilakukan sejak jam lima pagi setelah salat Subuh. Selama itu pula jantung Tanisha tak berhenti berdetak begitu kencang karena pernikahannya hampir di depan mata. Konsep pernikahan yang bertema Syar'i membuat segala dekorasi sampai riasan pengantin pun tak terlalu mewah dan terkesan sederhana. Namun, tetap terlihat indah dan elegan, serta pengantin yang tampak cantik dengan gaun syar'i dan menutup aurat. Mentari sudah terlihat menyembulkan cahaya hangatnya. Lagu-lagu pop sudah mulai diputar hingga bergema ke sekitar kampung. Seluruh anggota keluarga besar sudah tiba di rumah Tanisha. Mereka tampa
Read more
PART 73
Siang berjalan menuju malam. Cahaya mentari yang semula begitu menyilaukan mata kini berubah menjadi orange di menjelang maghrib. Pada tamu undangan sudah tak ada lagi. Semua keperluan acara sudah dibereskan. Bahkan ada beberapa anggota keluarga yang sudah pulang. Rumah kediaman Tanisha kini riuh oleh nyanyian-nyanyian anak kecil sambil memutar lagu salawat di speaker. Mereka tampak riang gembira diiringi tawa-tawa kecil yang terdengar lucu di telinga orang dewasa. Tanisha sendiri sekarang sedang berganti pakaian dan menghilangkan bekas make up yang cukup tebal dengan dibantu oleh tukang rias. Sesekali mereka bercanda tentang beberapa hal terutama tentang malam pertama. Ya, tentu saja hal itu membuatnya tersipu malu dan berkali-kali merengek agar tak membahas hal itu lagi. Sementara itu, Rezvan ditempatkan terlebih dahulu di kamar Afzar. Ia belum diperbolehkan untuk menemui istrinya di kamar. Dengan sabar laki-laki itu menunggu sambil duduk-duduk di kursi kamar Afzar. Ada Kalandra
Read more
PART 74
Suara azan awal terdengar samar-samar dari masjid yang letaknya tak begitu dekat dari rumah Tanisha. Suara itu membuat pengantin baru yang sedang tertidur nyenyak sontak menggeliat seraya perlahan membuka kedua mata. Rezvan yang tengah bertelanjang dada langsung menarik selimutnya ketika tersingkap karena ia terbangun untuk melihat jam. Masih pukul tiga pagi. Laki-laki itu memandangi istrinya yang masih tertidur pulas sambil memeluk sebuah guling. Ia terkekeh sejenak, lalu kembali tertidur dengan lengan yang melingkar di pinggang sang istri. Rezvan menatap lamat-lamat wajah Tanisha yang terlihat masih sangat cantik di matanya meski sedang tertidur. Ia singkirkan anak rambut yang menghalangi wajah tenang perempuan itu kemudian mengelus pipinya untuk beberapa detik. Lagi-lagi Rezvan memanjatkan rasa syukurnya pada Tuhan yang telah mengirimkan sesosok bidadari dalam hidupnya. Seseorang yang sudah ia tunggu kehadirannya sekian lama, dan kini ia telah menemukan pendampingnya hidup yang
Read more
PART 75
Hari ini Rezvan mengambil cuti dari pekerjaannya. Di hari pertama pernikahannya dengan Tanisha, ia ingin menghabiskan waktu bersama tanpa gangguan apa pun. Begitu juga dengan sang istri yang memilih untuk libur dari kegiatan menulisnya. Keceriaan sangat terlihat di rumah sederhana tersebut. Pagi-pagi sekali Tanisha sudah masuk ke dapur bahkan sebelum sang ibu keluar dari kamar. Ia begitu bersemangat untuk memulai tugasnya sebagai seorang istri.Tanisha bukanlah perempuan yang sangat menyukai dunia masak atau dapur. Bahkan bisa dibilang ia agak lemah dalam hal memasak. Tak jarang ia harus memasak sambil menonton video masak dari YouTube atau dengan instruksi dari Sa'diyah. Namun, meskipun begitu ia selalu berusaha untuk belajar berbagai macam masakan. Rezvan pun tak pernah memusingkan hal tersebut, dengan alasan bahwa dirinya bukan ingin mencari pembantu. Namun, sebagai seorang perempuan, Tanisha pun sadar diri bahwa tugasnya itu adalah melayani suami. Memang dunia perempuan tak haru
Read more
PART 76
Jam berganti hari, hari berganti pekan, pekan berganti bulan. Telah banyak waktu yang Tanisha dan Rezvan lalui bersama, bahagia dan duka. Setiap peristiwa yang terjadi sekecil apa pun itu, sangatlah berarti bagi mereka berdua. Senang maupun sedih. Sama halnya dengan rumah tangga pada umumnya, rumah tangga mereka pun tak lepas dari yang namanya pertengkaran. Tak ada rumah tangga yang jalannya selalu mulus tanpa adanya rintangan dan perbedaan pandangan. Pernikahan Rezvan dan Tanisha tak melulu soal keuwuan dan romantis, ada kalanya mereka saling membuang muka, tak ingin saling bicara. Kadang, mereka bertengkar karena hal-hal kecil. Misalnya pekan lalu, hanya karena Tanisha tak bilang-bilang terlebih dahulu untuk pergi berbelanja ke pedagang sayur, pulang-pulang ia langsung kena marah Rezvan. Katanya, suaminya itu sudah mencari-cari ke seluruh sudut rumah sampai-sampai ia merasa khawatir. Pertengkaran itu bahkan sampai berlanjut pada Tanisha yang tak mau tidur sekamar dengan Rezvan. N
Read more
PART 77
Pagi pun tiba. Cahaya mentari muncul dan menyorot ke celah-celah jendela rumah. Seperti hari-hari biasanya, Tanisha akan memutar audio ayat-ayat Al-Qur'an hingga bunyinya terdengar hampir ke seluruh penjuru rumah. Tanisha yang sedang sibuk menyiapkan sarapan berkali-kali memandang ke arah tangga dan berharap Rezvan akan segera turun. Ia sangat tak sabar untuk memberitahukan perihal kehamilannya pada san suami. Senyumnya yang hampir menyamai indahnya langit di pagi hari tak juga luntur dari wajah cantiknya. Tepat saat Tanisha meletakkan piring terakhir ke atas meja, saat itu juga terdengar suara alas sepatu yang beradu dengan keramik. Ia langsung mengarahkan pandangannya pada asal suara tersebut dan objek yang dilihatnya pertama kali adalah senyum Rezvan yang begitu manis di matanya. "Evan!" serunya riang. Rezvan mengecup kening sang istri saat sudah berada di depan meja makan. "Pagi, Sayang. Capek, ya? Sorry, gak bisa bantu. Semalem, tuh, bener-bener bikin gue susah buat bangun pa
Read more
PART 78
"Dengerin gue. Kalian semua harus jagain Acha ke mana pun dia pergi. Gue gak bisa selamanya selalu sama dia, dan gue gak mau dia kenapa-kenapa." Rezvan memangku dagu dengan tangannya. "Kalo soal itu, lo gak perlu kasih tau lagi. Kita gak akan biarin bahaya mengintai Acha," sahut salah satu laki-laki berjaket kulit hitam. Rezvan tersenyum tipis. Satu tangannya terangkat ke udara. "Makasih, Bro. Gue berutang budi sama lo."Kini organisasi yang beranggotakan sekitar 12 orang itu tengah menyusun strategi untuk dapat menghentikan rencana penyerangan dari sebuah anggota lain yang mengancam mereka. Di antara mereka tak ada yang menginginkan sebuah permusuhan apalagi pertempuran. Semua ingin semuanya tetap berjalan dengan damai. "Kita ladeni aja mereka. Daripada kita harus susah-susah datengin atasan mereka terus bilang kalo kita berdamai aja."Rezvan menggeleng cepat. Tak setuju dengan saran itu. "Gak, kita gak boleh ikut-ikutan bertingkah kayak remaja labil. Gue gak mau nambah masalah. D
Read more
PART 79
"Semalem kamu pulang malem lagi, ya?"Pertanyaan itu bagaikan peluru yang ditembakkan secara tiba-tiba di suasana yang terlihat baik-baik saja. Langkah Rezvan sontak terhenti tepat di depan pintu dapur. Ia terdiam membisu, tak mampu berkata-kata. "Kenapa diem? Iya, kan?" Suara yang terdengar seperti sedang menginterupsinya itu kembali menyentuh horor telinganya. Rezvan menghela napas panjang. Sebisa mungkin ia bersikap untuk tetap terlihat tenang dan tak membuat Tanisha makin curiga padanya. Perlahan ia langkahkan kaki mendekati perempuan yang saat ini sedang memotong sayuran. "Sayang—""Nggak usah ngalihin pembicaraan. Jawab aja," potong Tanisha cepat sambil menjauh dari laki-laki itu. Rezvan mengangguk pasrah. Kedua tangannya menyangga ke tembok yang digunakan untuk tempat kompor. "Oke, gue jujur. Semalem gue emang pulang larut malem lagi, tapi—""Kenapa?" Lagi-lagi Tanisha memotong ucapan Rezvan. Laki-laki itu menoleh, dan dapat ia lihat kedua mata sang istri yang berkaca-kaca.
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status