Semua Bab Ikatan di Atas Kertas: Bab 61 - Bab 70
93 Bab
PART 60
"Kamu yakin sama keputusan kamu, Cha?"Sa'diyah menggenggam erat tangan putri satu-satunya. Mata sayunya lurus menatap wajah Tanisha yang menunduk dalam. Wanita paruh baya itu masih merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan putrinya. "Aku udah besar, Bunda. Aku udah bisa mutusin semuanya sendiri, 'kan?" tanya Tanisha dengan suara yang amat lirih. Dalam lubuk hatinya sebenarnya ia tak tega harus mengungkapkan keinginannya pada sang ibu. "Tapi, Cha, permasalahan rumah tangga kalian itu gak seberapa. Coba kamu pikir-pikir lagi. Lagipula, Aqlan itu laki-laki yang baik." Sekuat tenaga Sa'diyah menahan air matanya yang sudah hampir menetes. Rasa iba menyelimuti hatinya kala melihat rumah tangga putrinya yang hampir di ujung tanduk. "Acha udah pikirin ini matang-matang, kok, Bunda. Bunda gak usah khawatir. Semua konsekuensi siap Acha terima," ujar Tanisha meyakinkan. Keputusan yang ia buat secara tiba-tiba itu seolah sudah tak dapat lagi diganggu gugat. "Bunda bener-bener sedih denger
Baca selengkapnya
PART 61
Tugas Rezvan kini sudah selesai. Semua kru sudah merapikan barang-barang dan mengumpulkan semuanya ke sebuah villa kecil. Pembuatan film akan kembali dimulai besok pagi, meski agaknya disebut "besok pagi" itu tidak tepat, melihat kini waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Rezvan yang terlihat sangat kelelahan memilih untuk duduk sejenak di kursi lipat pribadinya. Dengan gerakan yang amat malas, laki-laki itu memasangkan jaket ke tubuhnya. Sandi—asisten pribadi Rezvan—menatap iba pada tuannya yang kelihatan sedang tak sehat. "Pak, Bapak baik-baik aja? Mau saya anterin pulang sekarang?" tanya laki-laki berkumis tipis itu. Rezvan yang sedang bersandar sambil memejamkan matanya lantas mengintip sejenak. "Gak, gak. Lo pulang aja duluan. Istri lo pasti udah nungguin. Gue pulang bawa motor, kok," tolaknya. Suaranya pun terdengar begitu berat dan lemah. Sandi makin yakin kalau keadaan atasannya itu benar-benar tak baik-baik saja. Fisiknya terlihat begitu rapuh, dan dilihat dari ra
Baca selengkapnya
PART 62
Malam harinya Rezvan mulai mengemas barang-barang miliknya ke dalam koper ukuran besar. Hanya barang-barang penting yang akan ia bawa. Sisanya, ia memilih untuk membiarkannya di rumah sampai nanti kembali lagi. Rezvan sudah memutuskan di mana tempat yang nanti akan menjadi tempat tinggalnya. Yang pasti, tempat itu cukup jauh dari jangkauan orang-orang yang ada di kota ini. Meski begitu, sesekali ia akan berkunjung kembali ke kampung halamannya ini guna menjaga silaturahmi dengan keluarga dan kerabatnya. Kalandra yang juga ikut membantu Rezvan mengemasi barang-barang, tak henti-hentinya mempertanyakan keputusan temannya itu untuk pergi dari rumah. Bukan apa-apa, ia sendiri pun merasa khawatir jika harus membiarkan temannya pergi sendirian dalam keadaan tebgah bersedih berat. Namun, Rezvan pun terus meyakinkan Kalandra bahwa semua akan baik-baik saja. "Lo gak usah khawatir. Gue bisa jaga diri, kok. Lo doain aja semoga gue selalu dalam keadaan baik-baik aja, ya," ujar Rezvan dengan na
Baca selengkapnya
PART 63
Suara knalpot motor yang berdendang di telinga para santri seolah menjadi nyanyian merdu. Semua orang saling pandang ke arah gerbang. Mereka terlihat begitu penasaran karena sudah lama tak ada tamu yang datang ke pesantren. Seorang santri senior yang bertugas menjaga gerbang lantas bergerak cepat untuk membuka gerbang berukuran besar itu. Ia menyambut sang tamu dengan senyum ramah disertai tubuh yang agak membungkuk. Tak lama kemudian, laki-laki itu berlari ke arah teman-temannya untuk memberitahukan bahwa tamu mereka kali ini perlu disambut dengan takzim.Para santri berbaris ketika tamu mereka sudah memarkirkan motornya. Tamu yang terdiri dari dua orang itu lantas saling pandang dengan heran atas perlakuan yang mereka dapatkan. Tamu perempuannya pun menunduk dalam diiringi perasaan yang agak tak enak. "Ahlan wa sahlan, Ning Acha."Kalimat sambutan itu berkali-kali Tanisha dengar. Ia hanya mampu membalasnya dengan senyuman tipis nan terlihat getir. Afzar yang tahu bagaimana perasaa
Baca selengkapnya
PART 64
Ceklek!Seorang perempuan dengan jilbab ungu langsung membalikkan seluruh tubuhnya saat mendengar suara knop pintu. Dari dalam, keluar sosok Tanisha dengan raut wajah tak sukanya saat mendapati April ada di teras rumah. April menyunggingkan senyumnya pada Tanisha. Namun, perempuan itu tak membalas senyumannya. Ia menatap gadis di hadapannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Ada apa?" tanya Tanisha to the point. Ia tak ingin basa-basi terlebih dahulu bahkan meski untuk sekadar menanyakan kabar. "Hei, jangan terburu-buru, dong. Santai. Gini, deh. Kamu ..., apa kabar?" April mengulurkan tangannya dengan niat untuk bersalaman. Namun, Tanisha hanya menatap tangan itu tanpa berniat untuk menjabatnya. Tanisha melihat ke belakang sejenak—ke dalam rumah—lalu kembali beralih pada gadis di depannya. "Kita pindah dulu, yuk. Gak enak ngobrol di sini," ucapnya dengan senyum yang terkesan dipaksakan. Tanisha berjalan mendahului April. Dengan malas, gadis itu pun mengikutinya dari belakang.
Baca selengkapnya
PART 65
Hari ini adalah hari persidangan terakhir antara Tanisha dan Aqlan. Setelah melalui proses yang begitu panjang, akhirnya keputusan akan diputuskan hari ini. Sempat ada usaha dari hakim untuk menyatukan kembali mereka berdua, tetapi pihak penggugat tetap teguh pada pendiriannya. Aqlan pun tak sanggup melakukan apa pun. Ia benar-benar susah pasrah pada keputusan hakim nantinya. Bahkan ia sudah tak lagi berharap pernikahannya ini dapat diselamatkan. Takdir Allah pasti yang terbaik. Ia yakin akan hal itu. Sudah lama sekali Tanisha dan Aqlan tak saling bicara satu sama lain sejak beberapa bulan lalu. Mereka hanya bicara saat di persidangan. Di luar itu, tak ada yang berani menyapa lebih dulu, bahkan justru terkesan seperti orang asing saat berpapasan. Tak dapat dimungkiri, sebenarnya Aqlan begitu merindukan perempuan itu. Tak jarang ia menangis setiap malam di bawah sinar rembulan dan di atas sajadah karena saking rindunya ia pada Tanisha. Ia hanya dapat melihat perempuan yang masih dic
Baca selengkapnya
PART 66
Embusan angin lembut di sore hari memberikan kesan sejuk pada Tanisha yang sedang duduk lesehan di teras rumah. Warna hingga yang perlahan mulai terlihat membuat kedua mata perempuan itu berbinar-binar penuh kekaguman. Berkali-kali ia memotret sunset itu dengan ponselnya. Tak ada yang dapat menandingi kedamaian bersantai ria setelah seharian bekerja. Semua lelah yang dirasakan oleh Tanisha seolah hilang begitu saja ketika ia menikmati secangkir cokelat panas dan ditemani brownies sambil menyaksikan keriuhan anak-anak yang sedang bermain-main. Kebiasaan ini mulai Tanisha lakukan semenjak tak lagi bersama dengan Aqlan. Ia kembali ke rutinitas awalnya seperti saat sebelum menikah. Bangun pagi, bersiap untuk pergi bekerja, istirahat di teras sambil membaca buku, menulis, lalu istirahat di malam hari. Keesokan harinya kegiatan seperti semula kembali dilakukan tanpa rasa bosan. Tanisha sangat menikmati kehidupannya sekarang. Walaupun terkadang rasa jenuh kerap menghampirinya, tetapi hal
Baca selengkapnya
PART 67
"Inna ladziina aamanuu wal ladziina haadu wan nasharaa was shaabi'iina man aamana bil laahi wa bil yaumil aakhiri wa 'amila shoolihan falahum ajruhum 'inda robbihim wa laa khoufun 'alaihim wa lum yahzanuu."Suara merdu dari seorang laki-laki yang tengah mengaji itu begitu bergema di seisi ruangan. Lantunan ayat suci Al-Quran yang ia baca terdengar begitu fasih. Entah sejak kapan laki-laki itu duduk di atas sajadah untuk ber-murajaah. Yang pasti, sudah sejak lama. Kalandra yang baru pulang dari luar merasa kagum kala melihat pemandangan pertama yang ia lihat adalah sahabatnya yang masih asyik bercengkerama dengan Al-Quran. Laki-laki itu bahkan sampai tak menyadari kehadirannya. Ia pun memilih untuk duduk menunggu sambil mendengar lantunan ayat suci yang merdu itu. "Shadaqallahu 'adzim." Laki-laki itu mengecup Al-Quran terlebih dahulu, lalu ia simpan di meja mengajinya. Ia tampak terkejut saat menyadari kehadiran Kalandra yang entah dari kapan. "Andra? Sejak kapan di situ? Kok, gak n
Baca selengkapnya
PART 68
"Gimana ceritanya? Kok, bisa?" Rezvan sangat tak percaya mendengar berita semacam itu dari Kalandra. Bola matanya bahkan sampai terbuka lebar hingga seolah-olah matanya hendak keluar. Ia pun tak dapat membayangkan bagaimana nasib Tanisha sekarang. "Ceritanya panjang. Layaknya gak mungkin kalo gue ceritain semua. Gue pun baru tau pas ketemu sama Acha," jawab Kalandra begitu santainya. Ia tak tahu saja bagaimana perasaan Rezvan saat ini. "Ya, tapi lo bisa, kan, jelasin kenapa mereka bisa pisah? Bukan karena gue, kan?" tanya laki-laki itu tampak begitu panik. Ia benar-benar takut alasan Tanisha dan Aqlan berpisah adalah dirinya. Secara ia pernah melabrak keduanya saat di kafe beberapa waktu lalu. Dengan sebelah alis yang terangkat, Kalandra menjawab, "Kenapa harus lo yang harus jadi alasan mereka pisah? Emangnya lo ngapain?" Kemudian, laki-laki itu tertawa hingga membuat Rezvan mendengkus kesal. "Dulu, kan, gue pernah labrak mereka karena gue kira si Aqlan itu bukan suami Acha. Kal
Baca selengkapnya
PART 69
Beberapa hari semenjak niat Rezvan untuk mencoba melamar Tanisha, laki-laki itu kini tengah berkemas di kontrakannya. Hari ini ia dan Kalandra akan kembali ke kota tempat tinggal mereka dan memulai kembali kehidupan yang sempat terjeda akibat masalah yang tak disangka-sangka. Rezvan begitu bersemangat hingga wajahnya tak lepas dari senyum semringah. Senyum itu seolah menggambarkan kebahagiannya yang kini membuncah di dadanya. Kalandra bahkan sampai menggelengkan kepalanya tak percaya bahwa sahabatnya itu kini telah tersenyum kembali setelah sekian lama terkurung patah hati karena fakta menyakitkan dari orang dicintainya. Rezvan sendiri sebelumnya sudah salat istikharah mengenai keputusannya untuk kembali ke rumah dan menghampiri Tanisha. Setiap malam ia bersimpuh dan bersujud, memohon agar diberi jalan yang terbaik. Hingga akhirnya, keputusannya ini sudah bulat. "Semangat banget keliatannya, Rez," celetuk Kalandra. Dalam hati ia ikut bahagia atas kembalinya semangat hidup sahabatny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status