Semua Bab Ikatan di Atas Kertas: Bab 41 - Bab 50
93 Bab
PART 40
Brak! Pintu kamar dibanting dengan keras hingga menimbulkan suara yang keras pula. Tampak Tanisha yang berjalan begitu cepat diikuti Aqlan di belakangnya. Tas selempang yang dibawa Tanisha pun dilemparnya ke sembarang arah. "Udahlah, Bang! Kalo Bang Aqlan masih berharap sama dia, balikan aja sana! Aku nggak keberatan, kok. Daripada si April itu nyalahin aku terus. Kesel tau nggak!" pekik Tanisha disertai gerakan tangan ke sana kemari. "Cha, Abang nggak pernah mau duain kamu. Kamu nggak usahlah pikirin omongan dia. Abang mohon!" balas Aqlan tak kalah garang. Raut wajahnya menunjukkan rasa lelah sampai-sampai laki-laki itu memijit kepalanya. Sepanjang perjalanan pulang tadi, keduanya terus-menerus bertengkar mengenai April. Perbedaan pendapat dan keukeuhnya Tanisha membuat Aqlan merasa kewalahan untuk terus menghadapi dan menyanggah ucapan istrinya itu. Tanisha kesal dan tak terima dirinya disalahkan atas sesuatu yang tidak diketahuinya. Tuduhan April seolah menyatakan bahwa Tanisha
Baca selengkapnya
PART 41
Datang dengan niat ingin menenangkan pikiran, Tanisha lantas memutuskan untuk membaca buku tentang sejarah Islam, sekadar menemani kejenuhannya karena terus berdiam di kursi. Kue pie rasa blueberry serta jus mangga masih tersedia di hadapannya. Perempuan itu begitu asyik hingga lupa bahwa dirinya sudah di sini sejak 2 jam yang lalu. Buku yang tebalnya sekitar 300 halaman lebih itu sudah Tanisha baca setengahnya. Mata hitamnya terus bergerak seolah tak lelah membaca rangkaian kata yang jumlahnya pasti sampai puluhan ribu kata. Hujan deras di luar kafe pun membuat perempuan itu enggan untuk beranjak dari tempat tersebut. "Perang khandaq," ucap perempuan itu pelan. Sudah bisa kautebak apa yang sedang Tanisha baca. Tak lama kemudian, Tanisha menutup bukunya sejenak dan menyuapkan satu sendok kue pie yang masih tersisa. Pandangannya ia arahkan ke luar jendela, menatap ribuan air yang turun membasahi bumi. Tak ia pedulikan lalu-lalang orang-orang yang berlari ke sana kemari, karena ia beg
Baca selengkapnya
PART 42
"Gue perlu ketemu sama lo.""Iya, hari ini. Jam empat sore. Di tempat biasa. Bisa, kan?""Oke. Sampai ketemu di sana."Rezvan lekas menutup ponsel dan kembali meletakkannya di atas meja kerja. Pandangannya lurus ke depan dengan posisi menopang dagu. Sepulang dari kafe tadi, Rezvan berniat menghubungi Kalandra dan bertemu dengannya untuk menanyakan perihal Tanisha. Hatinya benar-benar dilanda khawatir ketika melihat perempuan itu menangis di kafe tadi. Entah mengapa, tiba-tiba ia mencurigai Kalandra sebagai tersangka pertama yang telah berani melukai hati Tanisha. Beberapa ide yang ia tuangkan ke lembaran kertas mulai terabaikan. Rencana rapat pun berkali-kali ia batalkan. Pun, kini Rezvan jarang pergi ke lokasi syuting untuk memantau berjalannya proses pembuatan film. Semua itu terjadi semenjak ia kembali bertemu dengan Tanisha. Tanisha seolah telah mengambil alih dunianya yang sebelumnya sempat terlalu disibukkan oleh pekerjaannya. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu hingga m
Baca selengkapnya
PART 43
"Ssshhh." Kalandra berdesis saat sapu tangan basah menyentuh permukaan kulit wajahnya yang memar. "Maafin. Sakit, ya?" tanya Tanisha disertai cengiran khasnya. Setelah selesai, Tanisha pun kembali memasukkan sapu tangannya ke dalam tas. Kemudian, ia tatap luka di wajah Kalandra itu sambil meringis pelan. "Kenapa kamu bisa berantem sama dia, sih? Apa yang lagi kalian permasalahin?" tanyanya tak habis pikir. "Gue nggak ada masalah apa-apa sama dia. Dia aja yang tiba-tiba mukulin gue dan bilang kalo gue nyakitin lo," jawab Kalandra dengan nada kesal. "Hah?" Tanisha menatap tak percaya pada Kalandra. Mengapa Rezvan mengira kalau Kalandra menyakitinya? Apa yang sebenernya terjadi? Mungkin itulah kira-kira deretan pertanyaan yang muncul di kepala perempuan itu. Tanisha pun teringat pada kejadian di kafe siang tadi di mana ia menangis di depan Rezvan. Ia pun mengangguk paham dan berpikir mungkin karena itulah Rezvan memukuli Kalandra. Memikirkannya benar-benar membuat Tanisha tak dapat
Baca selengkapnya
PART 44
Tanisha dan Aqlan kembali sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tanisha sibuk bercengkerama ria dengan laptopnya, dan Aqlan yang bernostalgia bersama buku-buku zaman perkuliahannya, atau bisa dibilang; murajaah. Hubungan mereka saat ini sedang baik-baik saja. Entah nanti. Ujian rumah tangga mereka memang seringkali datang seolah tak mengizinkan keduanya untuk bisa merasakan indahnya kehidupan rumah tangga meski banyak kekurangan yang dimiliki. Layaknya bahtera rumah tangga pada umumnya, permasalahan rumah tangga memang sesuatu yang lumrah dan wajar. Tinggal sang pemainnyalah yang harus pandai-pandai menyikapi masalah tersebut dan tak mengedepankan ego masing-masing. Percayalah, rumah akan terasa begitu hambar jika tak ada bumbu konflik di dalamnya. Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Tanisha yang baru selesai menulis di laptopnya pun beralih pada pekerjaan rumahnya yang masih tersisa. Pagi-pagi sekali tadi ia sudah memasukkan semua pakaian kotor ke dalam mesin cuci, dan
Baca selengkapnya
PART 45
Sepulang dari makan mie ayam bersama di luar, Tanisha kembali berkutat dengan laptopnya. Menyelesaikan beberapa naskah pesanan yang belum selesai. Sementara itu, Aqlan pun membuka-buka buku pelajaran untuk menyiapkan materi yang akan diberikan pada murid-muridnya esok hari. Sepanjang keduanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing, Aqlan tak henti-hentinya menggoda Tanisha seperti saat ia menggoda sang istri di luar tadi. Laki-laki itu seolah tak main-main dengan ucapannya bahwa ia ingin sekali menahan perempuan itu di kamarnya karena saking gemasnya. Tentu saja hal itu membuat Tanisha dilanda rasa kesal. "Abang, ih, jangan godain aku mulu! Nggak ada kerjaan banget, sih!" gerutunya dengan jari-jari yang sibuk menari di atas keyboard. "Kerjaan Abang bentar lagi juga selesai. Jadi Abang mau gangguin kamu terus. Salah sendiri kenapa gemesin," balas Aqlan. Ia berdiri di belakang istrinya dan terus-menerus memainkan pipi tembamnya. "Bang Aqlan!" pekik Tanisha. Namun, laki-laki itu tetap
Baca selengkapnya
PART 46
Sejak Aqlan pulang ke rumah, raut wajah laki-laki itu nampak selalu murung. Bahkan ia yang biasanya memberikan senyum pada Tanisha pun kini justru tak diberikannya. Tentu hal tersebut membuat Tanisha kian penasaran mengingat saat berangkat tadi pun Aqlan terlihat tengah menahan tangis. Tanisha tak berniat menanyakannya pada Aqlan karena ia rasa itu bukanlah urusannya. Ia memilih untuk menonton sebuah film movie di laptopnya dan tak mencoba mendekati Aqlan untuk saat ini karena takut terkena amukan darinya. Tak lama kemudian, giliran Tanisha yang mendapat panggilan telepon dari seseorang saat ia tengah asyik menonton. Dengan mata yang terfokus pada jalannya film, ia geser begitu saja tombol hijau di ponselnya tanpa melihat layar ponselnya terlebih dahulu. "Halo?"Wajah Tanisha berubah tak suka setelah mendengar jawaban dari seberang sana. "Ketemu? Ngapain?""Aku nggak ada waktu.""Oke, oke. Baik. Besok, kan? Baiklah, besok."Secepat kilat Tanisha langsung mematikan ponsel dengan wa
Baca selengkapnya
PART 47
Tanisha berjalan lunglai memasuki kamarnya. Seluruh tubuhnya basah kuyup karena tadi ia nekat menerobos hujan. Pasalnya, hujan tak reda-reda, angkutan umum pun tak ada yang lewat. Ia juga tak sanggup jika harus terus-menerus dekat dengan Rezvan. Tanisha segera melepas pakaian basahnya lalu menutupi tubuhnya dengan handuk. Hawa dingin seolah masih menerpanya sehingga membuat sekujur tubuhnya terasa menggigil. Setelah ia selesai mengeringkan tubuh basahnya, Tanisha pun mengoleskan minyak kayu putih ke bagian-bagian tubuh yang cenderung terkena penyakit jika sudah hujan-hujanan. Tanisha menghirup udara dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya perlahan. Ada sensasi lega dan hangat yang menyapa tubuhnya. Baju piyama dengan lengan panjang terpasang di tubuhnya yang agak kurus itu. Tanisha pun melanjutkan kegiatannya dengan mengeringkan rambut basahnya menggunakan handuk kecil. Bersamaan dengan itu, pikirannya menjadi melayang pada kejadian di halte tadi. Masih dapat ia rasakan sisa-sisa b
Baca selengkapnya
PART 48
Hari ini Rezvan pergi menemui Kalandra di tempat biasa mereka berdua. Entah dorongan dari mana ia begitu teringin menceritakan tentang perasaannya pada teman lamanya itu. Ia berpikir, apa salahnya berbagi kebahagiaan kepada orang lain mengenai betapa berbunga-bunga hatinya. Apalagi Rezvan sudah berbaikan dengan Kalandra soal ia yang tiba-tiba memukuli laki-laki itu saat tengah berada di JPO. Rezvan berjalan dengan penuh sukacita menuju sebuah tempat rekreasi yang berlokasi di sebuah danau. Ia begitu tak sabar untuk bercerita banyak hal pada Kalandra mengenai Tanisha. Walaupun Rezvan belum sepenuhnya mengakui tentang perasaannya pada Tanisha yang kembali tumbuh, tetapi hatinya tak dapat berbohong bahwa sejatinya ia telah jatuh cinta kembali pada perempuan itu. Di lubuk hatinya yang terdalam, Rezvan begitu berharap Tanisha pun merasakan hal yang sama meskipun kemungkinannya sangat kecil mengingat perlakuannya di masa lalu yang tak bisa dimaafkan semudah itu. Namun, apa salahnya berj
Baca selengkapnya
PART 49
"Fathan!" Rezvan berjalan cepat sambil menyingkapkan lengan bajunya. Deru napasnya memburu, kedua matanya menatap jalang. Raut wajah laki-laki itu nampak begitu marah hingga membuat siapa pun yang melihatnya merasa ketakutan. Fathan yang sedang duduk santai dan berbincang-bincang dengan teman-temannya lantas menoleh ke arah suara tersebut. Keningnya mengernyit heran. Ia berdiri seraya menatap Rezvan penuh tanda tanya. Dengan tangan yang terkepal kuat, Rezvan melayangkan satu pukulan mematikan ke wajah Fathan. Kemudian, tanpa ampun ia menyusulnya dengan pukulan-pukulan lain. Lawannya hanya menatap bingung dan tak sanggup membalas karena pukulan yang mengenainya terlalu tiba-tiba. "Bangsat lo, Than! Banci! Beraninya sama cewek doang!" bentak Rezvan dengan ekspresi yang begitu terlihat sangar. Ia kembali memukul beberapa bagian tubuh Fathan hingga membuat sang empu merasa kewalahan. Laki-laki itu bahkan sampai terbatuk-batuk seraya memegangi perutnya yang tadi terkena pukulan hebat R
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status