Semua Bab Desire In Love: Bab 61 - Bab 70
96 Bab
60. Kedatangan Marlina
Hari ini hari keberangkatan Selena, Clara, Sean dan Yesi sekretaris Gustav yang mengurusi semua keperluan promosi juga yang berhubungan dengan novel LOVE karya Amira. Kevandra mengantarkan Selena di bandara John F Kennedy. Kevandra sudah berusaha menyakinkan Selena untuk naik private jetnya, tapi Selena menolaknya. Selena tak ingin memanfaatkan semua fasilitas dari keluarga Wijaya. Dia memilih untuk naik pesawat komersil dan di kelas bisnis. "Hati-hati itu pesawat komersil banyak orang," ujar Kevandra sambil menggendong Sean. "Iya Kev." "Daddy turunkan aku, aku malu digendong begini," ujar Sean dengan wajah cemberut. "Iya.. iya Boy, Daddy akan menurunkanmu. Jangan cemberut gitu dong nanti ga cakep lagi." "Tidak mungkin Daddy, aku tuh ganteng dari lahir jadi tidak akan pernah terjadi aku berubah jadi jelek." "Daddy akan merindukanmu, Boy. Selama 5 tahun baru kali ini kita berpisah selama ini." "Daddy jangan khawatir, aku juga merindukan Daddy."Sean dan Kevandra saling
Baca selengkapnya
61. Kapan Kau Ambil Nyawaku?
Marlina menangis dan memohon pada Kevandra ingin bertemu dengan Selena dan Sean. Bukannya dia tidak ingin mempertemukan Selena dan Sean pada Marlina, tapi keadaannya sekarang sedang tidak memungkinkan. Selena dan Sean sedang pergi ke Luar Amerika. "Mohon maaf, tapi Selena dan Sean sedang tidak ada di Amerika. Selena sedang melakukan promosi novelnya yang terbaru LOVE." "Selena menjadi penulis." "Iya Bu Johanson. Selena sudah merilis 5 novel selama 5 tahun walau novel baru sedikit, tapi best seller."Kevandra menceritakan awal mula Selena berkarir menjadi penulis. Juga menceritakan tentang tumbuh kembang Sean Darel tanpa dia menyebutkan nama Johanson di nama belakang Sean. Memperlihatkan foto-foto Sean sewaktu bayi, ulang tahun pertama hingga ke lima. Marlina melihat Kevandra sangat membanggakan Sean. "Apa kamu menyayangi Sean, Pak Kevandra?" tanya Marlina. "Saya sangat menyayangi Sean lebih dari apapun. Saya merawatnya dari kecil, saya bergantian dengan Selena menggendong da
Baca selengkapnya
62. Sean Penasaran
Wajah Selena terasa pegal setelah 4 hari dia di Thailand dan Singapore tersenyum manis pada para penggemar bukunya. Clara yang tersenyum bahagia dengan tulus, akhirnya Selena bisa tersenyum tanpa perlu di ajari seperti dulu. "Begitu dong Bu Selena, senyum itu ibadah," ujar Carla. "Iya aku tahu." "Tante Carla ga usah beri tahu Mami. Mami itu susah di suruh senyum coba suruh Mami marah-marah dan ngomel paling jago loh," sahut Sean. "Kamu memang anak jenius Sean. Tante Carla salut denganmu yang bisa berkata sejujur itu." "Tentu dong Tante."Selena melirik tajam ke arah Carla juga Sean. Dia tak menyangka kedua orang ini malah menjelek-jelekkannya saat ada dia. "Kalian bisa ga menjelek - jelekkan aku saat ga ada orangnya. Apa ga ada etika dalam menjelekkan orang lain?" ujar Selena dengan kesal. "Mami coba dibandingkan dikit, kalau menjelek-jelekkan orang lain di depannya itu namanya kritik dan saran, kalau di belakangnya itu dosa," ucap Sean. "Aku memerlukan Kevan. Di mana
Baca selengkapnya
63. Tiba Di Jakarta
Selena melihat kota kelahirannya dari balik jendela pesawat. Jakarta masih sama seperti dulu tidak banyak berubah walau dia sudah 5 tahun tak pernah lagi datang Jakarta. "Mami kita sudah sampai di Jakarta, aku jadi penasaran dengan kotanya. Aku nanti mau nyanyi lagu Hari Merdeka,' ucap Sean dengan semangat. "Nanti aja Nak nyanyinya Mami lagi ga ingin mendengarkan lagu kebangsaan." "Mami kalau pas di Amerika bilangnya harus hapal lagu kebangsaan kok sampai di sini beda lagi sih. Mami ga konsisten"Selena hanya bisa diam, dia sedang tak ingin menjawab perkataan sean. Dia khawatir jika nanti bisa bertemu dengan Devan. Apalagi Sean bertanya kenapa dia mirip dengan Devan.Selena, Sean, Carla, dan Yesi sudah berada di bandara. Mobil jemputan dari pihak Johanson Company sudah menjemput mereka untuk ke hotel tempat mereka menginap.Sean terus memandangi kota Jakarta yang di luar ekspetasinya. Dia mengira Jakarta tidak macet, tapi ternyata sama saja dengan di Manhattan juga macet.
Baca selengkapnya
64. Bertemu Selena
Selena mengadakan jumpa fans hari pertama di salah satu toko buku yang berjalan dengan sukses. Novelnya terjual dengan laris dan membuat banyak keuntungan. "Wah Bu Amira ternyata fans terbesar Anda ada di Jakarta," ujar Yesi dengan kagum. "Aduh fans apaan coba, aku ini masih penulis baru. Banyak yang lebih lama dari pada aku dan lebih terkenal," ujar Selena merendah. Sean memperhatikan keadaan di sekitarnya, dia mencari keberadaan Devan, tapi tak menemukannya. Dia merasa resah dan gelisah sendiri, dia ingin segera bertemu dengan Devan, tapi belum tahu caranya.Mungkin besok yang namanya Devan itu akan ke sini. Aku harus bertemu kalau ga bisa sia-sia semuanya. Aku harus memastikan dia ayah kandungku atau bukan. Sean berkata dalam hatinya.Hari kedua juga sama jumpa fans Selena lebih banyak lagi dari pada hari pertama. Penjualan buku-bukunya pun sudah habis 6000 eksemplar. Yohanes direktur bagian penerbitan Johanson Company datang menemui Selena secara langsung, dia ingin mengu
Baca selengkapnya
65. Bertemu Lagi
Devan melangkahkan kakinya menuju kerumunan orang tempat Amira berada. Tubuhnya yang menjulang tinggi membuatnya sekilas dapat melihat Amira dari kejauhan. Tiba - tiba dia mendengar lagi suara Selena, wajahnya memucat, kepalanya sangat pusing, keadaan di sekitarnya seakan berputar. Dia sangat yakin itu Selena. "Selena ada di sana, aku harus menemui Selena," ujar Devan mengerjapkan matanya. Dia sangat pusing. "Selena ... Selena ...." Tangan Devan berusaha menghalau banyaknya orang di sana.Semakin dia mendekat suara Selena semakin terdengar jelas. Andi memperhatikan Devan dari jauh, dia langsung berlari menghampiri Devan yang berjalan sempoyongan menghalau orang - orang yang ada di sana. Axel dan Ruben yang berada di dekat Selena langsung menggapai Devan yang akan hampir terjatuh. "Dev... Devan," ujar Alex langsung memapah tubuh Devan keluar dari ruangan tersebut. Andi dam Ruben juga membantu Devan.Selena tidak menyadari adanya Devan di sana, posisinya membelakangi Devan.
Baca selengkapnya
66. Bertemu Lagi 2
Betapa terkejutnya Devan saat melihat Sean ada di depan pintu dengan tersenyum manis dan melambaikan tangannya. "Kamu, anak yang tadi," ujar Devan tak percaya. "Iya aku anak yang tadi," jawab Sean. "Namamu Sean, 'kan?" "Betul sekali." "Bagaimana kamu bisa ke sini?" "Hmm... boleh aku masuk?" "Jan—"Belum selesai Devan melarang Sean untuk masuk, tapi Sean sudah masuk ke dalam apartemen Devan.Devan menghela napasnya, anak ini benar-benar membuatnya kesal. Bagaimana mungkin seorang anak kecil bisa masuk ke dalam unit kamar apartemennya. "Aku harus pindah apartemen kalau begini," gerutu Devan. "Jangan pindah Om, kalau Om pindah aku nanti bingung nyari Om di mana," sahut Sean sambil duduk di sofa Devan. "Kamu keluar, aku ga suka ada tamu di rumahku," ujar Devan dengan kesal. "Iiis kejam banget sih jadi om-om. Om ga lihat aku tuh masih kecil dan banyak orang jahat di luar. Kalau aku di culik gimana?" "Bukan urusanku." "Nyesel loh Om kalau
Baca selengkapnya
67. Devano dan Sean
Selena yang masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya di cctv membuat kepalanya semakin pusing. Selena melihat keadaan sekitarnya seakan berputar, dia memegang kepalanya dan jatuh tak sadarkan diri. Carla, Yesi berteriak kaget saat Selena terjatuh tak sadarkan diri di lantai. Mereka segera membawa Selena ke rumah sakit terdekat. Selena tersadar di dalam kamar rawat rumah sakit, dia memegang kepalanya yang pusing. "Bu Amira, Anda sudah sadar," ujar Carla melihat Selena dengan khawatir. "Saya sudah mencoba menghubungi Pak Yohanes perwakilan Johanson Company, tapi belum ada tanggapan Bu," ucap Yesi. "Apa yang harus kita lakukan Bu? Ini juga sudah tengah malam," ujar Carla. "Sudah ga apa- apa nanti aku yang urus Sean," ujar Selena. "Tapi, apa Anda mengenal Pak Devano Johanson?" tanya Carla curiga.Selena hanya terdiam, dia tak dapat menjawab perkataan Carla. Carla melihat wajah Selena yang tampak gusar, dia yakin Selena mengenal Devano Johanson. Sean juga memiliki
Baca selengkapnya
68. Devano dan Selena
FlashbackSelena yang tidak bisa tidur terpaksa harus menemui Devan di Johanson Company agar bisa bertemu dengan Sean. Tak mungkin dia mencari Sean di kediaman keluarga Johanson. Dia memantapkan dirinya harus berani menghadapi Devan. Dia tak bisa kalau harus menghindari Devan. Carla dan Yesi sudah berada di kamar hotel Selena. "Kita ke Johanson Company," ujar Selena. "Iya Bu." Carla dan Yesi menjawab dengan serempak. "Kamu ngapain ikut-ikutan aku," ujar Carla kesal dengan Yesi. "Memang kata-kata 'iya Bu' milik kamu. Bukan, 'kan?" jawab Yesi dengan kesal juga. "Sudah-sudah ga usah bertengkar hanya karena sebuah kata. Aku lagi pusing."Yesi dan Carla terdiam. Mereka tak ingin membuat Selena marah dari pada kena semprotan. Sepanjang perjalanan Selena gelisah sendiri. Dia terus memberi sugesti pada dirinya sendiri agar berani menghadapi Devan. Lelaki yang paling menyakiti dirinya lebih dari apapun di dunia.Aku ga boleh takut. Ingat aku sudah dibuang Devan. Aku s
Baca selengkapnya
69. Sean Menghilang
Selena berada di dalam kamar hotelnya, dia masih menangis mengingat semua kejadian yang menyakitkan pernah terjadi 5 tahun lalu. Sean hanya bisa diam mencoba memahami apa yang telah terjadi pada Selena dan Devan, dia juga bingung dengan perkataan Devan yang tidak mengetahui kalau mempunyai anak. Mengapa pada mengira Selena telah meninggal, dia harus mencari tahu semuanya.Devan datang ke kediaman keluarga Johanson tempat Marlina tinggal. Dia ingin menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Selena yang dikiranya telah meninggal seakan hidup kembali dan tinggal di Amerika. "Nenek di mana?" tanya Devan pada Bi Diah. "Nyonya Marlina sedang beristirahat di kamarnya Tuan," jawab Bi Diah. "Rudi, di mana Rudi?" "Pak Rudi baru saja kembali ke rumahnya Tuan." "Apa Nenek baik-baik saja? Apa Nenek ada pergi ke mana gitu?" "Nyonya Marlina kecapekan Tuan. Nyonya dan Pak Rudi baru 2 hari yang lalu kembali dari Amerika, Tuan." "Amerika? Ngapain?" "Saya kurang tahu, Tuan."Dev
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status