Semua Bab Desire In Love: Bab 71 - Bab 80
96 Bab
70. Kedatangan Kevandra
Selena dan Devan bersama Carla menuju hotel, mereka akan memeriksa cctv hotel mencari Sean. Yesi menyambut mereka dengan wajah gusar, di sudah melihat cctv. "Bagaimana cctv hotel?" tanya Selena. "Sean pergi dengan sebuah mobil, Bu," ujar Yesi. "Mobil? Mobil siapa?" tanya Devan dengan penasaran. Mereka pun segera ke ruang keamanan hotel, melihat Sean keluar dari kamar Selena, masuk ke dalam lift dan bertemu seorang pria. Pria itu lalu membawa Sean dan masuk ke dalam mobil sedan berwarna merah. Devan terkejut, dia mengenal mobil itu. Itu mobil Rudi, sekretaris pribadi Neneknya, Marlina. Mereka keluar dari ruang keamanan. Selena sangat mengkhawatirkan keadaan Sean. "Aku harus bagaimana? Sepertinya Sean di culik," ujar Selena dengan wajah khawatir. "Tenanglah Lena," ujar Devan berusaha menenangkan Selena. "Bagaimana aku bisa tenang! Anakku hilang entah di bawa siapa." "Sean juga anakku bukan hanya anakmu saja." Devan tak bisa mengatakan pada Selena tentang mobil Rudi.
Baca selengkapnya
71. Pertahankan Keluargamu
Devan sampai di kediaman keluarga Johanson, sayup-sayup dia mendengar suara Marlina tertawa, setelah sekian lama baru ini dia mendengar suara Neneknya tertawa begitu bahagia. Dia yakin Sean membuat Neneknya tertawa bahagia seperti sekarang. "Wah yang lagi asyik," ujar Devan. "Tuh Papimu datang Sean." Marlina tersenyum melihat kedatangan Devan. "Papi...," ucap Sean pelan.Devan mendekati Sean, dia memeluk putranya dengan erat. Air mata terjatuh di pipinya, dia sangat bersyukur putranya masih hidup. "Maafkan Papi yang terlambat tahu tentangmu, Sean," ujar Devan dengan lembut.Sean menangis dalam pelukan Devan. Walau dia juga dekat dengan Kevandra, tapi rasanya mengetahui tentang ayah kandungnya tetap berbeda. "Apa kamu marah sama Papi, Nak?" tanya Sean. "Ga Papi, aku ga marah, tapi Mami yang marah sama Papi. Walau aku ga tahu masalah Papi dan Mami. Aku tetap bersyukur akhirnya tahu kalau punya Papi kandung." "Maafkan Papi yaa Nak."Marlina menangis melihat cucu dan cicit
Baca selengkapnya
72. Rahasia Kevandra
Wajah Selena memucat, dia sangat shock mendengar semuanya. Dia tak sanggup berkata apapun lagi, suaranya seakan tercelak tak dapat mengeluarkan sepatah katapun. Kenyataan yang baru diketahuinya begitu menyiksa pikirannya. "Aku mau kembali ke hotel," ujar Selena pelan. "Lena, tidurlah di sini jangan kembali ke hotel. Besok saja kamu pulang bersama Sean. Jangan malam ini." "Aku ga bisa Dev. Aku tidak bisa di sini, aku hanya ingin sendiri menenangkan pikiranku." "Baiklah jika ini memang keinginanmu, aku akan mengantarkanmu kembali ke hotel."Devan mengantarkan Selena kembali ke hotel, begitu sampai di hotel. Kevandra berada di lobby menunggu Selena dan Devan. Dia mendekati Selena, tapi Selena mengacuhkannya dan berlalu pergi masuk lift. "Apa yang kamu lakukan pada Selena, Devan!" bentak Kevandra. "Kita tidak usah bertengkar Kevandra. Aku lelah dan tak punya tenaga lagi untuk bertengkar denganmu." "Jangan pura-pura kamu, Devan!" "Ga usah marah-marah. Selena sudah mengetahu
Baca selengkapnya
73. Maafkan Aku, Devan
Selena sudah tiba di rumah keluarga Johanson dia langsung mencari Devan, tapi Devan tak ada di sana. Dia hanya bertemu dengan Marlina dan Sean. "Mami," teriak Sean. "Kesayangan Mami, kamu ga nakal, 'kan?" "Ga dong Mami. Aku seneng di sini, main sama Papi dan Nenek. Tau ga Mi, koleksi buku Nenek banyak banget." "Sean, anak yang sangat pintar, Lena. Nenek ga menyangka baru usia 5 tahun membacanya sangat lancar dan sombongnya itu loh kaya Devan," ujar Marlina sambil tertawa melihat kelakuan Sean. "Aku 'kan anak Papi, Nek. Tentu saja harus menuruni sifat sombongnya selama sombong itu masih gratis kalau bayar pasti Mami marah- marah lagi lalu bilang pemborosan."Marlina tertawa mendengar perkataan Sean dan Selena mendelikkan matanya ke arah Sean. "Tuh Nek, lihat mata Mami di buka lebar- lebar tandanya kasih kode kalau lagi marah." "Nek, ga usah dengerin Sean. Sean suka sekali bercanda." "Sudahlah kalian berdua bikin Nenek ketawa terus sampai perut Nenek sakit." "Aku mau
Baca selengkapnya
74. Kenangan Denganmu
"Hmm... aku minta maaf padamu, Devan."Devan mengernyitkan dahinya, dia bingung mendengar Selena meminta maaf padanya. "Kenapa kamu meminta maaf ke aku? Seharusnya aku yang meminta maaf ke kamu, Lena.""Aku minta maaf karena sudah menjadi penyebab kamu depresi dulu.""Ga Selena, kamu ga salah. Aku memang pantas jadi depresi. Aku memang lelaki pengecut.""Kamu laki-laki yang baik dan tak tahu malu yang aku pernah kenal dulu. Dulu kamu berjuang untuk mendapatkan cintaku, melindungi aku dari Oliver, dan ayah dari Sean.""Tidak Lena. Aku hanya orang yang tak layak menjadi seorang lelaki bertanggung jawab. Aku saja menyakitimu terus dan aku sangat menyesali apa yang telah aku lakukan.""Aku memaafkan semua kesalahanmu dan James, Kakekmu.""Benarkah?""Iya. Aku ingat perkataan seseorang yang mengatakan padaku untuk tidak terjebak pada masa lalu. Jika aku bisa memaafkan orang yang telah menyakiti hatiku akan membuat perasaanku menjadi lebih baik dan aku bisa berjalan dengan tegak menghadapi
Baca selengkapnya
75. Selamat Tinggal Selena
Selena berada di luar perusahaan Johanson Company, dia teringat saat pertama kali bekerja di perusahaan itu. Betapa bahagianya dulu ingin memulai hidupnya baru di Jakarta, tapi kenangannya menyakitkannyan bersama Oliver juga terkenam jelas di dalam ingatannya. "Seharusnya aku berterima kasih padamu, Oliver. Jika, kamu dan Ibumu dulu tidak menjualku pada Devan mungkin aku tidak akan sesukses sekarang dan ada Sean belahan jiwaku," ujarnya lirih.Selena merentangkan kedua tangannya, menarik napas menikmati udara yang masuk ke dalam rongga - rongga pernapasannya, merasakan kelegaan yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Benar, kata Carla memaafkan seseorang membuat hati dan pikiran menjadi lega. "Aku harus berterima kasih pada Carla, jika bukan karena kata - katanya mungkin aku tidak bisa memaafkan semua kesalahan Devan. Dendam hanya akan memperburuk keadaan mental dan jiwa ku. Aku harus bisa hidup bahagia walau tanpa pria manapun."Selena memutuskan untuk kembali ke hotel, dia
Baca selengkapnya
76. Kevan dan Devan
Kevandra memutuskan bertemu Sean di kediaman keluarga Johanson. Dia ingin bertemu dengan Sean, dia sangat merindukan anak lelaki jagoannya. Saat mobil yang dikendarai Joe masuk ke dalam perkarangan rumah Marlina Johanson, dia memperhatikan keadaan sekeliling. Rumah mewah bergaya eropa terlihat begitu kokoh dengan pilar-pilah yang menunjukkan status sosial sang pemilik.Perkarangn rumah yang asri dengan berbagai pepohonan dan taman - taman indah seakan melengkapi semua kemewahan kediaman ini. Kevandra tersenyum, wajar Sean begitu betah di rumah keluarga Johanson. Tak ada satu pun ke kurangan dari tempat tersebut dan sangat pas untuk membesarkan seorang anak. "Pak Kevandra, kita sudah tiba," ujar Joe. "Iya Joe," jawab Kevandra tanpa semangat.Kevandra berusaha untuk tersenyum, dia harus bersikap tenang dan baik - baik saja. Rudi menyambut Kevandra di depan pintu. Rudi menundukkan kepalanya dan Kevandra membalasnya. "Kita bertemu lagi Pak Kevandra Wijaya." Rudi mengulurkan tanganny
Baca selengkapnya
77. Duet Devan dan Kevandra
Devano dan Kevandra duduk berdua di ruang perpustakaan. Suasana ruang perpustakaan seakan mempacarkan aura - aura yang menyeramkan. Kevandra dengan sikapnya yang tenang dan santai berbeda dengan Devan yang dingin dan muda emosi. "Jadi sekarang yang ingin kamu katakan Devano Johanson? Ini sudah bab 78," ujar Kevandra. "Iya aku tahu ini sudah bab 77 bukan bab 76 apalagi bab 78 ga usah kamu katakan aku pun tahu," sahut Devan dengan kesal. "Emosian amat sih Devan. Santai dikitlah, ga usah berapi-api dan kesal begitu. Ga baik untuk kesehatan." "Iya ... iya. Jadi begini Kevandra. Kamu mulai sekarang tidak perlu lagi memberikan dan membelikan Sean apapun. Sean anakku dan aku yang bertanggung jawab mulai sekarang semua kebutuhan dan biaya hidup Sean," ucap Devan dengan tegas. "Hahaha, kamu lucu sekali Devan. Kamu baru beberapa hari menjadi Papi Sean sudah bersikap seakan-akan kamu itu yang ada untuk Sean selama ini. Jangan egois kamu, Devan." "Apa mau mu!" "Mau ku kita akur aja,
Baca selengkapnya
78. Rahasia Devan dan Kevandra
Kevandra bangun dengan memegang tengkung belakang kepalanya. Kepalanya terasa sangat pusing, tapi saat dia tertawa saat mengingat kejadian malam itu dengan Devan. Devan, sebenarnya pria yang baik dan asyik di ajak berbicara, jika tidak dipenuhi oleh dendam tentu Devan pasti akan berbeda. Dia teringat pada Selena dan akan membicarakan hubungan Devan dan Selena. Dia ingin Selena memikirkan lagi tentang perceraiannya sebelum dia kembali pulang ke Manhattan, dia sangat tahu kalau Selena dan Devan masih saling mencintai.Kevandra berjalan di lorong hotel, dia menuju kamar Selena. Dia berusaha untuk terlihat tenang, ini lah saatnya dia harus benar-benar melepaskan Selena. Kevandra menekan bell kamar hotel yang ditempati Selena. Dia tersenyum saat Selena membukakan pintu, memberikan senyuman terindahnya walau dalam hatinya terasa sakit."Hai," sapa Kevandra."Masuk Kev. Kamu jadi pulang hari ini Kev?" tanya Selena lalu mempersilahkan Kevandra masuk ke dalam kamar."Iya." Kevandra menghela n
Baca selengkapnya
79. Perceraian Devan dan Selena
Tiga bulan kemudianSelena bertemu Devan kembali di Pengadilan Negeri walau selama ini ada pengacara yang mengurus semuanya, tapi hari ini Devan akan datang. Dia juga tahu kalau Selena akan hadir karena hari ini sidang putus perceraiannya dengan Devan. Walau berat yang di rasakan Selena, tapi ini lah keputusan yang dia ambil melepaskan Devan lelaki yang dia cintai.Devan melihat Selena, wanita dengan rambut panjang, memakai kemeja berwarna putih, dan memakai kacamata hitam yang tampak begitu serasi juga cantik di wajahnya. Dia beruntung pernah menikah dengan wanita yang memiliki hati yang lembut dan sikap yang tegas. Selena kembali pada sikapnya cuek dan acuh tak acuh pada orang lain. Bahkan banyak media massa yang berada di Pengadilan Negeri tak membuatnya merasa gentar. Dia sudah terbiasa menghadapi berbagai macam berita di surat kabar cetak maupun online tentang kehidupan pribadinya."Aku merindukanmu," bisik Devan di telinga Selena."Benarkah? Aku sangat terkesan sekali Devan," u
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status