All Chapters of Aku, Istri Pilihan Orang Tuamu!: Chapter 61 - Chapter 70
102 Chapters
Bab 61
Aku berpura-pura menelepon Mama. Beberapa saat kemudian, kukembalikan ponsel pada Dewa. Suamiku itu mematung sambil menatapku heran."Kok cepat?""Gak diangkat sama Mama. Mungkin lagi sibuk," jawabku santai.Jika tadi kuputar otak mencari cara mendapatkan nomor telepon mencurigakan itu, sekarang justru aku sedang memikirkan bagaimana caranya agar bisa berkomunikasi dengan si pemilik nomor itu. Ah, iya, nanti kalau sudah sampai rumah Mami akan kuhubungi."Aku bantu apa lagi nih?" ucapku kemudian untuk mencairkan suasana agar Dewa tak mencurigaiku."Gak ada, udah beres semuanya, Yang. Oh iya, masih ada sampah di serokan. Bisa minta tolong buang di sampah belakang gak?" Dewa berbicara sembari memeras alat pel yang terakhir.Aku gegas mengambil serokan sampah dan membuangnya. Sejenak mataku mengitari sekeliling. Ternyata halaman belakang di rumah dinas ini lumayan luas. Antara halaman rumahku dengan tetangga hanya disekat dengan pagar yang terbuat dari kayu. Di sebelah juga kulihat ada be
Read more
Bab 62
Setelah berada di mobil, mulai kutanyakan satu per satu mengenai sikap aneh Bu Dar padaku. "Bu Dar tadi kenapa sih ngeliatin aku kayak gitu?"Dewa langsung memasang wajah heran sebelum menyalakan mesin mobil. "Aneh gimana?""Sinis banget. Kayak gak suka gitu sama aku.""Perasaanmu aja kali. Gak usah diambil hati orang-orang kayak gitu. Kamu sendiri nanti yang pusing mikirnya," jawab Dewa menenangkan.Aku sejak terdiam. Ada benarnya juga apa yang dikatakan. Namun, sebagai manusia normal, aku juga ada perasaan tak enak. "Atau mungkin dia merasa tersaingi dengan kecantikanmu," lanjut Dewa diikuti kekehan.Aku pun ikut terkekeh. "Ah, ada-ada aja."Kemudian, Dewa melajukan mobil membelah jalanan. Selama perjalanan, segera kusimpan nomor telepon mencurigakan itu di ponselku. Seketika muncul ide untuk menghubungi nomor tersebut. Mumpung ada waktu, pikirku.Setelah itu, segera kukirimi pesan. Aku sengaja menggunakan pesan biasa, bukan aplikasi WhatsApp agar nomor tersebut tak bisa menemukan
Read more
Bab 63
"Ada apa ini?" tanyaku bingung.Dewa hanya tersenyum manis padaku. Begitu juga dengan dua wanita itu. Salah satu dari mereka kemudian menyerahkan sesuatu pada Dewa."Maaf, ya, Mbak. Pas mbaknya angkat telepon dari saya, saya matikan. Habisnya sudah dipesan sama Pak Dewa buat rahasiain semuanya. Nomor yang sering hubungi Pak Dewa itu nomor saya. Nomor yang Mbak SMS tadi juga itu saya," ucap wanita berbadan tambun menggunakan dres selutut seraya tersenyum.Aku seketika salah tingkah. Apalagi ketika Dewa melihatku seperti terkejut. Ah, kedokku terbongkar. Kan, jadi malu."Udah kuduga. Makanya aku sengaja kasih nomormu sama mbaknya buat antisipasi. Aku udah curiga tadi. Habisnya kamu itu melebihi tim intel," sahut Dewa sambil tertawa."Maaf ya, Mbak." Wanita itu mengatupkan tangannya seraya tersenyum.Namun, aku masih penasaran. "Tapi, maksudnya apa ini?" Kulihat Dewa senyum-senyum padaku."Udah ya, Pak. Tugas kami selesai. Permisi." Dua wanita itu gegas meninggalkanku dan Dewa.Aku kemba
Read more
Bab 64
"Kamu gak mau tidur sama aku? Kamu dosa, lho. Kamu itu statusnya istriku, dosa besar kalau gak layani aku." Dewa kembali bersuara.Aku terkekeh. "Dosa? Kamu juga dosa. Kalau kita tidur bareng lebih dosa."Mata Dewa seketika membeliak. "Kok bisa? Aturan dari mana itu?"Segera kutarik tangannya dan mendudukkan di sampingku. "Denger, ya. Jadi suami itu besar tanggung jawabnya. Harus jaga ucapan juga. Kamu gak ingat? Dari awal kita nikah, kamu udah ada rencana ceraikan aku, bahkan diomongkan secara terang-terangan. Itu kalau dalam ajaran agama, secara gak langsung udah jatuh talak. Ngerti gak?""Terus kita harus gimana? Tapi, ucapan dan niat itu kan gak beneran." Dewa masih bersikukuh membela diri."Meski gak beneran. Makanya itu sebagai suami harus jaga ucapan. Beda sama istri, seribu kali si istri minta cerai gak akan pengaruh. Tapi, kalau suami sekali aja ngucap kata pisah, udah jatuh talak. Kalau kamu mau, gimana kalau kita bangun nikah? Istilahnya kita perbaiki dan ijab qabul ulang b
Read more
Bab 65
Suara di ponselku seketika berhenti berdering. Sepertinya Dewa telah mengakhiri panggilannya. Namun, lelaki yang masih mematung di samping pintu itu belum mengembalikan padaku. Cekatan aku berlari ke arah Dewa. Sayangnya terdapat kardus dan kantong plastik, juga beberapa potong tali rafia berserakan di lantai menghalangi langkahku. Alhasil kakiku terantuk ujung lemari yang masih diletakkan di ruang tamu. "Sini aku ganti dulu namanya." Kujulurkan tangan sembari berjalan pincang menahan kesakitan akibat tersandung tadi.Dewa sejenak menatapku, tapi tangannya masih memegangi ponsel. Dia enggan memberikan benda itu padaku. "Makanya kalau jalan hati-hati.""Udah hati-hati. Lemarinya aja yang mau dicium sama kakiku," elakku masih menengadahkan tangan. Sesekali aku meringis lantaran masih merasakan sakit pada ujung jari jempol kaki kananku.Kepala lelaki mengenakan kaus warna biru dongker itu mendongak. "Cium? Kamu kali yang nyium lemarinya. Kelamaan gak dibelai, ya?" Matanya mengerling seb
Read more
Bab 66
Aku berjalan gontai menuju sumber suara. Tampak rombongan om-om tentara telah berdiri di depan pintu."Maaf, Bu. Tadi kami diperintahkan buat kurve di rumah Danru Dewa." Salah satu dari mereka berucap."Oh, tunggu Om. Saya panggilkan suami dulu."Aku membalikkan badan. Ketika hendak melangkah, Dewa sudah berada di depanku. Dia segera menghampiri om-om berkaus loreng di luar tadi.Setelah kudengar dari obrolan mereka, rupanya Dewa yang meminta bala bantuan dari kompinya. Ternyata rombongan tadi para tamtama remaja, mereka itu baru selesai pendidikan dan mendapat penempatan di batalyon ini. Kemudian, beberapa tamtama remaja masuk rumah dan cekatan membantu mengangkat perabotan, serta mengaturnya atas intruksi dari suamiku.Melihat om-om tamtama remaja yang kurve di rumah, seketika ada rasa iba. Aku berniat membelikan mereka makanan dan juga minum."Aku keluar bentar beli makanan sekalian minum buat om-om itu, ya," pamitku seraya berbisik di telinga Dewa.Suamiku itu segera menyerahkan
Read more
Bab 67
Perlahan kulajukan mobil. Ketika melintas di depan rumah Bu Soni, kubunyikan klakson. Namun,dua tetanggaku itu bergeming, tampak sedang serius mengobrol. Entah apa yang dibicarakan mereka, aku sudah tak peduli lagi. Bisa terbebas dari Bu Dar saja sudah senang karena jujur aku malas berurusan dengan orang seperti itu.Mobil terus kulajukan hingga di ujung batalyon, tapi tak kutemui koperasi. Aku juga telah berkeliling, tetap tak kutemukan tempat yang kucari itu. Mana ponselku tertinggal di rumah. Ah, apes lagi. Spontan kupukul stir kemudi hingga menyenggol klakson. Mataku seketika terbuka lebar ketika melihat ibu-ibu di depan sana sedang berkumpul di depan rumah, kebetulan halamannya terdapat pohon mangga. Dan mereka duduk ramai-ramai di sana seperti sedang rujakan.Saat itu juga kumpulan ibu-ibu itu menoleh bersamaan ke arah mobilku. Ya ampun, pasti mereka heran dan mengira pengemudi mobil ini sombong. Kututup rapat kaca agar kumpulan ibu tersebut tak melihat batang hidungku, lalu ku
Read more
Bab 68
"Kamu tadi ngomong apa aja sama Bu Dar?"Sejenak kuhela napas, lalu menyunggingkan senyuman tipis. "Oalah, soal Bu Dar? Ngomong apa aja dia?""Kamu, kok malah ketawa. Dia ngomel-ngomel sama aku. Katanya kamu gak ada sopan santunnya."Seketika kurapatkan gigi. Bisa-bisanya Bu Dar mengadu seperti itu pada Dewa. Dia benar-benar ingin mencari masalah denganku. Saat ini masih kuluaskan sabarku. Kalau seterusnya tetap begini, akan kuberi pelajaran secara halus. Ya, aku suka main cantik seperti ketika menghadapi Nindi saat itu."Gimana gak jengkel, dia bilang aku sok kaya. Katanya ke koperasi aja pake mobil. Lah, emang disuruh jalan kaki?" timpalku geram.Gantian Dewa yang terkekeh. "Dia belum tau siapa kamu. Emang beneran orang kaya, kok."Spontan kuletakkan telunjukku di bibir. "Jangan buka kartu. Lagian yang kaya juga orang tua. Aku punya apa?""Nah, yang gini nih bikin aku makin jatuh cinta. Kamu itu udah cantik, low profile banget. Perfecto."Kucubit pinggang Dewa hingga dia meringis kes
Read more
Bab 69
"Aku terharu aja.""Maafin aku selama ini, ya?" Dewa makin mengeratkan pelukannya.Sigap kuseka jejak-jejak air mata, lalu melerai pelukan karena samar-samar kudengar suara seperti orang menarik handle pintu dan diikuti derap langkah dari arah belakang. Aku terdiam sejenak demi memastikan suara yang baru saja melintas di indera pendengaranku itu."Kayak suara orang buka pintu belakang," ucapku masih menajamkan pendengaran. Namun, perlahan suara tersebut menghilang."Mana? Aku gak dengar apa-apa," timpal Dewa sembari memicing seperti berusaha menangkap suara."Coba aku cek dulu." Aku seketika melangkah.Dewa spontan mencegahku. "Kamu di sini aja. Biar aku yang ngecek." Kemudian, dia berjalan menuju belakang.Karena penasaran, aku menyusul Dewa. Ketika di pintu dapur, kulihat suamiku itu sedang menutup kembali pintu pagar bagian belakang. Ya, halaman belakang rumah ini memang dikelilingi pagar yang terbuat dari kayu. Dewa kemudian berdiri mematung seraya mengitari sekitar."Suara apa tad
Read more
Bab 70
Spontan pandangan Bu Soni mengarah ke sebelah. "Lho, Bu Dar udah di sini. Perasaan tadi saya liat njenengan lagi di belakang. Tadi bikin apa, Bu Dar? Kok saya liat njenengan ke arah belakangnya Tante Dewa."Seketika aku menoleh ke arah Dewa dan suamiku itu juga ternyata menatapku. Kami pun saling pandang sesaat, lalu mengalihkan pada diri masing-masing. "Itu lho, saya nyari ayam. Pas saya liat ayamnya masuk ke halaman belakangnya Bu Dewa. Kalau saya gak liat tadi, terus saya gak tau ya bahaya. Bisa-bisa ayam saya ilang," jawab Bu Dar dengan nada sewot. Matanya celingukan ke sana kemari.Ternyata benar, yang dilihat Dewa tadi memang Bu Dar. Aku sejenak menyeringai. Bisa-bisanya masuk halaman rumah orang tanpa permisi. Dasar tetangga aneh."Ya udah, kita pamit dulu. Nanti kesorean." Akhirnya Dewa mendekatiku dan mengajak pulang."Oke lah. Saya pamit dulu, ya ibu-ibu. Besok ketemu lagi," basa-basiku. Sekilas kulihat raut wajah Bu Dar masam sambil melengos. Mungkin dia kesal karena kami t
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status