All Chapters of Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!: Chapter 21 - Chapter 30
140 Chapters
Bab 21
"Ya ampun, Non Nurma yang meleng, tapi malah saya yang disalahkan," celetuk Mbok Tuti. Namun, mataku tetap tertuju pada kertas yang ada di dalamnya. Sebab, surat ini adalah berkas penting yang harus kulindungi.Beruntungnya tas yang kupakai kali ini cukup besar, ada resleting juga dan tahan air tentunya. Aku menurunkan bahu sambil tersenyum. "Syukurlah, aman," celetukku keceplosan. Aku menghela napas sambil tersenyum. Mbok Tuti memperhatikanku secara diam-diam. "Apanya yang aman sih? Kok kayaknya bahagia banget?" Mata-mata Mas Firman menyorotiku penuh. "Jangan kepo urusan majikan! Kapan sih kamu bersikap dan bertindak sesuai kodratmu? Yaitu sebagai pembantu!" Aku sengaja bicara seperti itu dengan nada penekanan. "Non Nurma jangan bicara seolah-olah orang kaya raya, ya, Non Nurma tidak tahu kalau saya ini bukan pembantu sembarangan, jangan sampai mulutmu itu saya sumpal dengan kain basah," ancam Mbok Tuti berani. Aku terkekeh mendengar ucapannya. Pembantu berlagak majikan, punya sa
Read more
Bab 22
"Saya tidak terlalu dekat sih dengan Firman, bisa dibilang saudara jauh. Makanya tadi agak lupa-lupa ingat wajahmu, terakhir ketemu Firman, Giska, itu pas nikah denganmu," ucapnya sedikit membuat napas ini lega. "Oh gitu, Bapak di sini ketemu siapa?" tanyaku hanya basa-basi. "Abis kumpul sama teman, karena besok saya berangkat ke Yogyakarta, rencananya akan tinggal di sana," jawabnya. Napas ini berhembus begitu saja, bahuku pun sontak menurun karena ucapannya tambah membuatku hilang kekhawatiran. Mataku melirik ke arah Adnan yang berada di dekat notaris. Kami memohon izin pamit pada semuanya, ini supaya tidak banyak yang dibicarakan atau dipertanyakan lagi. Aku pikir kepergok dengan salah seorang sanak keluarga Mas Firman adalah akhir dari segalanya. Cerita yang kusimpan rapat akan meluap begitu saja, namun ternyata perkiraan dan dugaanku salah. Di parkiran, aku pastikan pada Adnan untuk mempercepat semuanya. Sebab, khawatir Mas Firman akan tahu sebelum surat kuasa itu diproses
Read more
Bab 23
Aku menelan saliva, rasanya jantung ini benar-benar tak bisa diatur degupannya. Namun, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar sangat keras. Ia bahkan menggedor pintu seperti ingin menggerebek. "Buka nggak!" Aku tahu itu Airin, ia pasti takut kehilangan Mas Firman. Tubuh laki-laki yang sudah wangi itu kembali berdiri, padahal tadi ia sempat menindihku kasar. Namun, setelah mendengar teriakan calon istrinya, suamiku itu begitu takut dan berdiri tegak sempurna sambil mendengus kesal. "Sial," umpat Mas Firman sambil meraih jas dan kemejanya. "Kancingin piyamamu," suruhnya. Aku terduduk sambil merapikan piyama dan rambut yang sedikit berantakan. Sedangkan Mas Firman merapikan kemeja dan jas nya. Setelah itu ia beranjak membuka pintu yang terkunci. Dibukanya daun pintu lebar-lebar, ada Airin yang tengah melipat kedua tangan di atas dada. "Hm, asik ya berduaan di kamar, ngapain aja kalian?" Mata Airin menyorot Mas Firman dengan tatapan sinis. Padahal kami suami istri, justru masih pas
Read more
Bab 24
"Nurma! Nurma!" Suara melengking suamiku terdengar memekikkan telinga. Aku segera keluar kamar dan menghampirinya yang tengah sarapan. Langkahku sengaja berlari, sebab ingat pesan Adnan bahwa hari ini aku diperintahkan untuk mencegah Mas Firman ke mana-mana. "Ya, Mas," ucapku dengan napas tersengal-sengal. "Aku mau berangkat, kamu ikut aku ya, kita akan ke pengacara," timpalnya membuatku terdiam lalu menyorot Airin yang tumben tidak marah. "Sudah sana ikut! Mau pemindahan aset tahu. Lagian udah lebih dari seminggu, bahkan hampir satu bulan kan Giska si bisu dan lumpuh itu tidak ada kabarnya, bisa lah minta pengacara langsung pembagian aset warisan, wanita itu kan tidak punya sanak saudara," papar Airin sambil mengunyah sepotong roti yang tengah ia pegang. "Aku sarapan dulu," jawabku sambil melihat jam yang melingkar di tangan ini. "Lima menit," celetuk Mas Firman. "Sepuluh ya, aku ingin minum susu," jawabku agak sedikit manja. Mas Firman langsung duduk pertanda setuju dengan p
Read more
Bab 25
"Kenapa tampar aku, Om? Bukankah kita bukan saudara dekat?" tanya Mas Firman, ia memegang pipi yang merah akibat dari tamparan Om nya. Om Candra menghela napasnya, kemudian ia menggelengkan kepalanya. "Om laki-laki, tahu betul kondisimu dulu seperti apa sebelum menikah dengan Giska, lantas sekarang istrimu menghilang malah menyumpahi ia telah meninggal. Mengatakan ia bisu dan lumpuh dan ...."Om Candra memegang dada sebelah kirinya. Lalu Mas Firman sedikit panik dan membantu melatihnya. Ia menuntun Om Candra ke sofa. Lalu duduk berjejer. "Om Candra baik-baik saja, kan? Apa jantungnya sakit lagi?" tanya Mas Firman sepertinya khawatir sungguhan. "Tolong bawa Om ke rumah sakit, dokter spesialis jantung langganan Om di Jakarta ini, sekitar pukul dua siang nanti beliau praktek," pintanya. Mas Firman menyoroti jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sesekali matanya melirik ke arah Airin sambil mendongak seraya meminta saran. Aku melihat Airin pun menaikkan bahunya, wanita itu me
Read more
Bab 26
Aku tidak mengenal wanita itu, parasnya begitu cantik meskipun terlihat sudah berumur, tatanan rambut yang keriting gantung disemir coklat, membuatnya terlihat anggun. Aku menyorotnya dengan tatapan tajam, meneliti dari atas hingga ke bawah sambil berpikir kenapa wanita ini ada di kantor? "Tante Soraya?" Seketika aku menoleh ke arah sumber suara, di mana Mas Firman yang nyeletuk nama tersebut. Soraya? Kenapa Mas Firman kenal sedangkan aku tidak mengenalnya. Mata ini sontak tertuju pada Adnan yang tengah tersenyum bahagia. "Ya, saya datang, Firman," ucapnya seketika itu juga kudengar helaan napas kasar dari mulut Mas Firman. "Kenapa tidak bilang padaku Tante Soraya sudah berada di Jakarta lagi? Aku pikir Tante tidak akan pernah ke Indonesia lagi, bagaimana keluarga? Sehat, kan?" Aku semakin tidak paham dengan apa yang dibicarakan mereka. Siapa Tante Soraya ini? Aku memotong pembicaraan, tanganku menghadang Mas Firman supaya bisa menjelaskan padaku. "Kita bicara di dalam," ajak M
Read more
Bab 27
"Ini fitnah, Mas Firman memfitnahku," sanggahku lagi. "Tante Soraya, lebih baik kita singkirkan dulu Nurma dari rumah, bukankah wanita ini tidak ada gunanya?" usul Mas Firman membuatku mengernyitkan dahi."Aku masih ada hak untuk mengelola semuanya ya!" tekanku kasar. Brak! Tante Soraya menggebrak meja kembali. Kemudian, wajahnya dimiringkan fokus ke arahku. "Meeting pagi ini selesai. Kantor ini akan saya tutup untuk sementara, selama saya menyelidiki semuanya, ya tujuh hari lamanya, kalian harus berada di rumah." Keputusan di luar dugaanku. Ternyata ini adalah hal baik. Sekelebat pikiran melintas bahwa semua ini adalah termasuk bagian dari rencana Adnan. Mas Firman menatap Tante Soraya curiga, sesekali ia melirik ke arah Adnan. Lalu terakhir berpindah menatapku. "Apa Tante tidak mau usir Nurma dulu?" tanya Mas Firman. Tante Soraya menggelengkan kepalanya. Kemudian melirik ke arahku. "Jangan sampai wanita ini pergi jauh, kalau ia pelakunya, justru harus dihukum seadil-adilnya,
Read more
Bab 28
Ponsel Tante Soraya tiba-tiba berdering, ia memutuskan pembicaraan kami tadi. Tante Soraya mengangkat telepon jauh dari kami. Sedangkan Mbok Tuti tampak menyunggingkan senyuman ke arahku. Ia bersikap kurang ajar, hingga berani menepuk bahu majikan. "Siap-siap akan ada badai untuk Non Nurma, makanya jangan sok jadi pahlawan," ancamnya sambil pergi meninggalkanku dan Mas Firman pun menyusul langkah Mbok Tuti. Aku berdiri sendirian, kemudian bergegas ke arah kamarku. Sedikit penasaran dengan keberadaan Airin, aku yakin Mas Firman telah menyembunyikannya di ruang bawah tanah. Perlahan aku akan membongkar semua pada Tante Soraya. Namun, batinku berkata bahwa sebenarnya Tante Soraya sudah mengetahui keburukan Mas Firman, hanya saja pura-pura, ini menurut feelingku saja. Daripada penasaran, akhirnya aku putuskan untuk menghubungi Adnan. Aku kunci kamar lebih dulu sebelum menghubunginya. Namun, ketika duduk, jam tangan yang aku gunakan lepas dari pergelangan tangan saat mencoba membuka den
Read more
Bab 29
Namun, ternyata gunting itu memangkas rambutku. Ia menggunting rambut hingga batas leher, aku hanya terdiam, sebab tidak ingin mati konyol karena Mas Firman emosi ketika aku memberontak. Usai memangkas rambut ini, laki-laki binal itu membuangnya ke tempat sampah yang ada di toilet. Kemudian Mas Firman melemparkan handuk ke arahku. "Pakai baju sana!" suruhnya agak sinis. Aku masih belum paham apa keinginannya. "Rambutku kenapa dipotong seperti ini, Mas? Rambut ini sekarang tidak ada bentuknya, maksud kamu apa?" tanyaku padanya. Ia keluar dari kamar mandi sambil memberikan pesan padaku supaya cepat memakai baju. Aku menghadap cermin, lalu menatap wajah dan potongan rambut yang tidak ada bentuknya. Ibarat kata aku seperti orang kurang waras, poni dipotong hingga batas kening dan ubun-ubun. "Astaga, Mas Firman ini potongan apa? Aku malu mau keluar kamar, apalagi untuk keluar rumah," ucapku bicara sendirian. Decak kesal pun terlontar dari mulut ini. Kemudian, usai memakai baju, aku
Read more
Bab 30
Aku mengembuskan napas panjang di hadapan Tante Soraya dan Mas Firman. Namun, mereka hanya tersenyum. Keduanya saling beradu pandangan. Aku jadi merasa meragukan Tante Soraya."Ya udah, kita bawa Nurma ke rumah sakit sekarang, tunggu apa lagi?"Mas Firman membelalakan matanya. Aku rasa ia pun terkejut dengan ajakan Tante Nurma. Kalau aku terkejut karena ternyata Tante Nurma belum percaya sepenuhnya terhadap ucapan Adnan tentang diriku. "Sama Tante?" Pertanyaan dari Mas Firman membuatku ingin menertawakannya."Iya, sama Tante. Kelihatannya Nurma ini benar-benar sakit jiwa, jadi butuh tangan banyak untuk mencekal pengelangan tangannya bila ia memberontak.""Tapi aku tidak gila, Tante, aku masih waras," timpalku.Namun tubuh Tante Soraya memutar, tangannya memerintahkan Mas Firman untuk membawaku dengan segera. Mau tidak mau, aku ikut bersama dengan Mas Firman juga Tante Soraya. Dalam kondisi rambut yang masih terpangkas pun aku ikut mengekor di belakangnya. Sampai di depan rumah, ter
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status