All Chapters of Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!: Chapter 11 - Chapter 20
140 Chapters
Bab 11
Entah apa kesalahanku sehingga Mama menamparku dengan api kemarahan. Yang jelas Mama tengah membela Mbak Giska yang barusan aku maki-maki. "Pergi dari sini, Mama tidak sudi melihat anak yang tidak tahu terima kasih," celetuknya dengan nada pelan. "Mah, aku berkata benar, tadi Mama ingin menyelamatkan Mbak Giska, kan?" sanggahku tak mau kalah. Mama membuang wajahnya, ia tak mau menatapku. "Mama istirahat ya, aku akan kembali setelah urus ruang rawat inap," ucapku padanya. Ia kembali menoleh lagi, lalu mencekal tangan ini. "Nggak malu urus biaya rumah sakit dengan menggunakan uangnya Giska?" sindir Mama membuatku tertegun. Omongannya pelan tapi dalam, tidakkah dia berpikir bahwa telah menyakitiku? "Mah, aku kerja, yang urus perusahaan adalah aku," jawabku ketus. Mama menggelengkan kepalanya, la menarik napasnya sambil memegang dada. "Tolong telepon papamu suruh jemput Mama di sini, jangan membantah," suruhnya. "Baik, aku akan telepon Papa," jawabku. "Kamu juga pulang, nggak u
Read more
Bab 12
"Lapor aja, silakan! Saya nggak takut!" Aku menabrak bahu Mbok Tuti, lalu mendorong kursi roda mamaku ke dalam. Rencananya malam ini Mama akan diantar pulang ke Semarang oleh Adnan. Aku putuskan tidak melibatkan Mama lagi dalam misi ini, terlalu beresiko, biarkan aku saja yang menjadi taruhannya. Meskipun nyawa yang akan kupertaruhkan nantinya, demi Mbak Giska. ***Aku duduk di ruang keluarga, ada Mama Rosmala tengah berkemas-kemas. Ponsel pun berdering, panggilan masuk dari Mas Firman. Aku segera mengangkat telepon darinya. "Halo, Mas," ucapku. "Nurma, kamu gimana sih, kenapa nggak bilang-bilang kalau terjadi kecelakaan?" Mas Firman membentak meskipun melalui sambungan telepon. "Maaf, Mas. Ponsel kami mati," jawabku. sekenanya. "Loh, kalau kecelakaan kan ada polisi, kenapa nggak ada yang kabarin aku?" tanyanya lagi lebih detail. "Mas, sudahlah, lebih baik sekarang kita pikirkan bagaimana mencari keberadaan Mbak Giska," jawabku membuat suasana di seberang sama hening. Kenapa t
Read more
Bab 13
Aku melangkah meskipun dada ini sesak, ya sebab akan melihat selingkuhan suamiku di dalam gudang yang isinya sudah bukan lagi barang-barang tidak terpakai. Kalau dulu gudang berisi barang tak layak pakai, sekarang dihuni dengan wanita perebut suami orang. Ia bak sampah yang memang pantas disembunyikan di tempat seperti ini. Aku melewati lorong yang mengarahkan ke pintu kamar. Lalu kubuka kembali pintu kamar itu dengan kerasnya. Brak! Suara daun pintu yang beradu dengan dinding membuat seorang wanita yang tengah duduk di atas ranjang itu terkejut. Ia melempar ponsel genggamnya seketika. Lalu berdiri dan menyorotku dengan menggigit bibirnya. Aku sengaja menghampiri tanpa menyapanya lebih dulu. Ingin rasanya menarik rambutnya yang lurus itu hingga tersungkur ke lantai. Plak! Tamparan keras aku layangkan ketika tubuh ini berada di hadapannya persis. Dia mendesah kesakitan, tangannya memegang pipi yang merah akibat dari tamparan keras yang kulayangkan. "Nurma!" Mas Firman berteria
Read more
Bab 14
"Adnan," celetuk Mas Firman dengan mulut menganga lebar. Aku menyaksikan sendiri bagaimana suamiku ketahuan bicara tentang Mbak Giska di hadapan orang kepercayaan keluarganya. "Ya, saya. Orang yang sebenarnya sudah tahu semuanya, tapi belum cukup bukti untuk mempertontonkan pada Bu Nurma, istri kedua yang sah," jawab Adnan. "Tapi kini Pak Firman telah menjelaskan semuanya, sudah membeberkan sifat asli Mas Firman pada Bu Nurma," tambahnya. Aku menghela napas, lalu melangkah sedikit supaya sejajar berdiri dengan Adnan. "Kamu tidak berhak mengubah semua keputusan yang sudah Giska tanda tangani sebelum dia hilang," sahut Mas Firman dengan percaya dirinya. "Keputusan yang mana? Tanda tangannya kapan?" Adnan mencecar Mas Firman yang gelagapan. Namun, tiba-tiba ponsel Adnan berdering, ia izin sebentar dan menjauh dari kami untuk angkat telepon. Aku masih berdiri di hadapan Mas Firman sambil menunggu Adnan usai menerima panggilan masuk dan kembali berdiri di sebelahku. Mata Mas Firman
Read more
Bab 15
Aku pikir Mas Firman berubah jadi manusia culas semenjak Mbak Giska lumpuh dan bisa. Namun, aku salah menilainya. Justru dia adalah penyebab sakitnya Mbak Giska.Suamiku memang pandai menyimpan bangkai ini. Tiga tahun lamanya baru hari ini aku mendengar pengakuan darinya. Serumit itu hidup orang kaya? Menghalalkan segala cara untuk menggapai dan menikmati apa yang diinginkannya.Aku menghela napas kasar, lalu melanjutkan lagi menguping apa yang mereka bicarakan."Akhirnya penantianku selama lima tahun akan berakhir di pelaminan. Kamu janji akan nikahin aku, kan?" tanya Airin.Kenyataan pahit lagi yang kudengar menyesakkan hati ini. Kalau ternyata Mas Firman dan Airin lebih dulu saling kenal dibandingkan aku. Itu artinya Mas Firman selingkuh sudah lama, sebelum Mbak Giska memintaku untuk menjadi madunya.Pelik masalah yang kuhadapi ini sangat pahit didengar oleh Mbak Giska. Apakah dia sanggup mendengarnya nanti? Aku yakin dia akan shock mendengar kabar ini."Kita nikmati malam ini dulu
Read more
Bab 16
"Telepon dari siapa sih? Nggak kelihatan. Aku angkat ya?" Mas Firman meraih ponselku yang ada di dashboard mobil. Sedangkan aku, jantung ini detakannya berubah menjadi sangat kencang. "Mas, ini lepasin dulu rambutku dijambak pacarmu loh!" pintaku dengan nada terengah-engah, aku sulit bicara karena tarikan Airin semakin kencang. Namun, tiba-tiba Mas Firman menghentikan mobilnya. Ada polisi yang menghadang mobil kami. Rambut ini pun dilepas oleh Airin. Sedangkan Mas Firman membuka kaca mobilnya karena sudah diketuk oleh polisi. "Maaf, Pak, tadi kami lihat dan dengar ada keributan di dalam mobil," tanya petugas. Mas Firman meletakkan ponselku yang tadi sempat ia raih. "Biasa Pak, punya istri dua pada ribut," jawab Mas Firman. Sementara itu, tanganku berinisiatif untuk mengganti kontak Mbak Giska menjadi Felly. Ya, dia sekretarisku di kantor. Ini kulakukan supaya Mas Firman tidak mengetahui bahwa yang menghubungi barusan adalah Mbak Giska. Kejadian tadi memang harus diambil pelajar
Read more
Bab 17
Aku tahu Mas Firman itu ketakutan jika semua yang dilakukan olehnya terbongkar. Orang yang menyembunyikan kesalahan pasti akan seperti itu. Dia berusaha menyimpan bangkai, tapi aku sangat percaya bahwa semuanya akan tercium dan secepatnya akan terkuak. "Kenapa curiga dengan istri sendiri? Aku ini mau meeting bukan di kantor, tanya saja Felly kalau tidak percaya," jawabku sambil memegang dada. Sebenarnya ini bukan cara efektif untuk mengalihkan, sebab bisa jadi Mas Firman malah menanyakan langsung ke Felly."Kenapa nggak bilang dari tadi? Aku sudah ikut masuk tol," jawabnya malah menyalahkanku. Padahal nggak ada yang menyuruhnya untuk curiga."Itu kan maunya kamu, Mas. Aku nggak pernah minta kamu untuk over protective," timpalku membuat Mas Firman mematikan sambungan teleponnya. Aku menoleh kembali, lalu melihat mobilnya yang belok ke rest area, itu artinya dia sudah percaya dan tidak lagi mengikutiku. Aku menghela napas sambil menurunkan bahu ini. Lalu meminta sopir untuk menurunka
Read more
Bab 18
"Ini kenyataan pahit untuk Mbak Giska, jadi aku mohon persiapkan mental dan lapangkan dada ya, jangan sampai Mbak Giska jadi lemah karena mendengar percakapan Mas Firman dengan gundiknya itu," pesanku sebelum memutar rekamannya. Namun, mata Mbak Giska kembali menyipit, alisnya ditautkan, "Aku tidak paham dengan ucapanmu, Nurma. Jangan bikin aku takut deh," ancamnya sambil mencubit tangan ini. Aku tersenyum sambil mengusap layar ponsel yang sudah mulai redup kembali. Kemudian menekan menu mulai, lalu menyuruh Mbak Giska untuk mendengarkan dengan seksama. Kini wajahnya mulai serius ketika kata demi kata ia dengar dari mulut suami dan selingkuhannya. Matanya terkadang melirik ke arahku, yang lebih mencengangkan lagi ketika Mbak Giska mendengar pernyataan suaminya itu. Mulutnya berubah menganga saat Mas Firman jelas-jelas membeberkan bahwa ini semua rencananya. Helaan napas terdengar dari mulut Mbak Giska setelah ia mendengarkan percakapan Mas Firman sampai habis. Aku segera meraih k
Read more
Bab 19
Jantungku hampir saja copot, aku pikir yang datang adalah Mas Firman dan Airin. Namun ternyata ketika keduanya muncul, mereka adalah Felly dan Adnan. Aku menurunkan bahu ini ketika pikiranku salah. "Syukurlah kalian yang ke sini, aku pikir Mas Firman.""Maaf Bu kami tidak bilang-bilang, kami langsung meluncur begitu tahu Bu Nurma tengah menuju kediaman Dokter Lucky," jelas Adnan. Kemudian, aku meminta suster untuk memanggil Mbak Giska yang tadi kutinggal di kamarnya. Setelah kakak maduku ikut bergabung, barulah kami bicara berempat. Sebenarnya awal tujuanku berkunjung ke rumah praktek tempat Mbak Giska dirawat adalah untuk memberikan informasi tentang percakapan Mas Firman dengan gundiknya. Namun, berhubung Felly dan Adnan berada di sini juga, aku ingin mengusulkan satu rencana pada mereka. "Fel, aku tahu kamu ke sini karena Mas Firman tanya soal meeting ya?""Loh Bu Nurma tahu?""Ya, tadi aku beralasan ada meeting di luar," jawabku. Felly mengelus dadanya, lalu tersenyum. "Untun
Read more
Bab 20
"Jantungku berdegup kencang, Airin, rasanya sulit menahan hasrat ini," ucap Mas Firman membuat darah ini mendidih. Aku mengelus dada supaya tidak terbakar api cemburu. "Iya, Mas, aku juga rasanya sulit kuungkapkan," balas Airin. Bodohnya aku malah tidak mematikan penyadap suara itu setelah keduanya bercakap mesra, aku terbawa emosi sampai harus mendengarkan sepasang kekasih itu melakukan adegan ranjang. Suara desahan semakin kedengaran tajam di telinga ini. Keduanya saling bersahut-sahutan. Akhirnya jari lentik ini mematikan sambungan penyadap suara pada telepon genggam yang kupegang. Kemudian berdiri dengan dada bergemuruh. "Tenang, Nurma, kamu harus pura-pura santai, supaya berhasil mendapatkan tanda tangan dari suamimu itu," tuturku menenangkan diri sendiri. Aku ambil kertas yang akan ditandatangani Mas Firman, lalu langkah kaki ini melangkah ke kamar Mbak Giska dengan pelan. Ya, supaya Mbok Tuti tidak tahu aku masuk ke kamarnya juga. Mata ini meneliti ke setiap sudut ruanga
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status