All Chapters of Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!: Chapter 41 - Chapter 50
140 Chapters
Bab 41
"Tenang, Mas. Kamu nggak usah repot-repot berlutut seperti itu, bangun!" Mbak Giska mengulurkan tangannya, ia meminta suami laknat itu bangkit. Senyum Mbak Giska tampak manis, hal ini membuat mataku menyipit. Aku agak ragu dengan sikapnya, apakah sandiwara? Atau memang luluh karena lihat wajah Mas Firman yang melas? Mas Firman berdiri ketika Mbak Giska memerintahkan, kini mereka berdua saling berhadapan. Cemburu? Tidak, aku hanya khawatir Mbak Giska memakai perasaan dan memaafkan suami tidak tahu diri itu. Aku menyaksikan sendiri tatapan Mbak Giska seakan memberikan harapan pada Mas Firman, walaupun sebelum menuju kantor kakak maduku sudah memberikan instruksi bahwa kami disuruh sama-sama sandiwara memaafkan segala kesalahan Mas Firman. Akan tetapi kali ini aku melihat satu keikhlasan dalam diri Mbak Giska. "Mbak, pria ini yang nyaris membunuhmu, lantas dengan mudahnya kamu memaafkan?" Aku bertanya sambil menunjukkan ekspresi tidak suka. Kemudian, Tante Soraya pun menghampiri k
Read more
Bab 42
"Untuk apa kamu tanya hal itu, Mas? Bukankah sudah berhasil menaklukkan hati Mbak Giska lagi? Jadi, aku rasa wanita yang bernama Airin itu tidak penting lagi ditanyakan," timpalku coba membela diri. "Jangan mancing emosiku, kamu tahu kan berapa cintanya aku pada Airin, jadi jika ada yang menyakitinya, kau tahu sendiri akibatnya," ancam Mas Firman. Ternyata benar dugaanku, ia tetap pilih Airin. Tangisan dan berlutut di kaki Mbak Giska hanyalah pencitraan saja. Semoga kakak maduku sadar akan hal itu. Kemudian, setelah selesai bicara empat mata, Mas Firman kembali dengan Mbak Giska, sedangkan aku, dihampiri dengan Tante Soraya. Ia melambaikan tangannya ke arah Mbak Giska sambil berteriak. "Giska, Tante cuma pesan hati-hati semobil dengan ular!"Mbak Giska menoleh dan menatap nanar. Lalu mereka pergi begitu saja. Aku terdiam sambil berdiri. Mata ini tak berkedip memandang Mbak Giska yang berjalan dirangkul dengan Mas Firman. Ular itu, yang pernah membuat Mbak Giska lumpuh dan bisu, ta
Read more
Bab 43
Aku melangkahkan kaki bersama Tante Soraya ke dalam. Namun, setelah menyeruak ke dalam, ada hal yang tiba-tiba aku ingat, Airin juga antek-antek Mas Firman yang belum ada di sini. Padahal aku lihat mobil Adnan sudah terparkir. "Kok sepi? Di mana mereka?" tanyaku sambil celingukan. Padahal baru sehari tidak menginjakkan kaki ini ke rumah megah nan mewah, tapi suasana sudah berubah mencekam. "Kita disuruh ke gudang, ruang bawah tanah," ucap Tante Soraya. Aku menganggukkan kepala sambil beranjak ke ruangan yang dulunya ditempati oleh Airin, selingkuhan Mas Firman. "Kenapa Mbak Giska tidak langsung usir mereka sih, Tante?" Aku bicara pelan padanya. Sebab harus hati-hati sudah berada di rumah ini lagi. "Udah, ikuti aja perintah Giska, Tante yakin ini yang terbaik, kalau Firman diusir, lalu masuk penjara, selesai dong, kita nggak bisa ngerjain mereka, jadi puas-puasin aja dulu," timpal Tante Soraya. Aku terdiam, padahal sejak Mbak Giska sembuh, ia tidak pernah punya pikiran untuk berb
Read more
Bab 44
"Stop aku bilang!" Mbak Giska membentangkan tangannya dengan disertai suara lantang. Aku hanya bisa terdiam, harus apa? Mbak Giska tidak bicara apa-apa tentang hal ini. Aku disuruh ke rumah ini tanpa ada perintah untuk rujuk. Namun, disaksikan oleh Tante Soraya dan Adnan tentu membuatku malu, permasalahan keluarga yang seharusnya ditutup aibnya, tapi ini malah dibeberkan. Aku tahu mereka orang terdekat, dan sudah terlanjur tahu semuanya. Sebab mereka turut campur dalam pulihnya kesehatan Mbak Giska, terutama Adnan. Ia yang memberikan rekomendasi, hingga akhirnya wanita kuat itu berdiri tegak. Tiba-tiba Tante Soraya mengedipkan matanya ke arahku. Aku baru sadar bahwa ini semua masih permainan. Namun, tidak menyangka harus menerima Airin di sini. Tadinya aku pikir akan langsung dijebloskan ke penjara tapi ternyata masih membiarkan Mas Firman berada di rumah ini. Malah diminta untuk rujuk denganku. "Ini syarat kalau kamu mau nikah lagi, Mas, salah satu cara yaitu rujuk dengan Nurma,"
Read more
Bab 45
Sebenarnya aku tidak mengetahui apa yang sebenarnya ingin mereka siapkan. Perintah Mbak Giska hanya menyuruh akur saja. Ia tidak menjelaskan apa-apa. Adnan sudah pulang dengan sedikit senyum. Padahal sebelumnya ia sempat mencemaskanku. Ada getaran saat Adnan bicara seperti itu. Bisa-bisanya ia melakukan hal yang membuatku percaya diri terlalu tinggi. Aku masuk ke kamar sesuai dengan apa yang direncanakan. Kututup pintunya lalu menguncinya. Airin terlihat tengah menggulirkan jari lentiknya di atas layar ponsel yang menyorot terang. Ia terlihat seperti tengah mengetik pesan. Wajah wanita itu cemberut sambil memicingkan matanya ke arah layar. "Istirahat, kamu pasti capek," ucapku saat berada di sebelahnya. Kemudian, Airin menoleh ke arahku, tapi setelah itu ia berpaling kembali. Tidak ada suara tanggapan, hanya helaan napas terdengar dari mulutnya. "Kita senasib, aku yang kedua dan kamu yang ketiga," ucapku padanya. Airin menghadap ke arahku. Ia meletakkan benda pipih itu di atas r
Read more
Bab 46
Mas Firman terkapar di lantai depan kamar mandi, Airin yang terlalu mencintainya itu langsung menyergap tubuh laki-laki yang belum menjadi suaminya itu. Padahal seharusnya jika nakal, ya nakal sekalian, nikah siri lebih baik ketimbang zina seperti yang dilakukan mereka. Namun, perbuatan ini juga sebenarnya tidak diperbolehkan karena negara memilki undang-undang. "Aku bantu angkat ke atas ranjang," ucapku. Jari Airin memegang denyut nadinya, ia sedikit berdecak saat melepaskan tangan dari leher Mas Firman. "Syukurlah masih napas," kata Airin. Tangan yang tadinya membawa makanan pun melepas semuanya, kami berdua membopong tubuh Mas Firman yang menurutku terpeleset. Ya, aku lihat ia berada di depan kamar mandi, jadi dugaan sementara suamiku itu terpeleset. Aku berpamitan keluar untuk melaporkan kejadian ini, tentu Mbak Giska harus mengetahui kondisi Mas Firman. Aku lihat Mbak Giska dan Tante Soraya tengah duduk sambil menyantap nasi goreng buatan kami. Saat mereka ingin melanjutkan
Read more
Bab 47
Mas Firman tengah menangis di hadapan Airin. Namun, tubuhnya masih berbaring di atas ranjang. Kami bertiga menghampiri dengan langkah cepat. "Ada apa ini?" tanya Mbak Giska. Airin bangkit, lalu mundur dua langkah. "Aku nggak bisa bangun, Giska, tolong aku. Tolong Tuhan, jangan buat aku lumpuh." Isakan tangis yang disertai suaranya berbicara membuatku dan Tante Soraya saling beradu pandang. Begitu juga dengan Mbak Giska, sekejap mimik wajahnya berubah. 'Apa Mas Firman tengah menuai segala perbuatannya?' tanyaku dalam hati. Aku yakin raut wajah Mbak Giska pun sudah menunjukkan bahwa ia terkejut melihat dampak dari terpelesetnya Mas Firman dari kamar mandi. "Kalian nggak sedang menertawakan aku, kan? Giska, Nurma?" Mas Firman melontarkan satu pertanyaan yang seakan menyudutkan. "Kamu jatuh karena terpeleset, Mas. Kenapa berpikir aku menertawakanmu? Justru aku kaget, gara-gara terpeleset bisa seperti ini," sanggah Mbak Giska. Aku hanya bisa terdiam, masih tidak bisa mengatakan apa-
Read more
Bab 48
Menurut pengalaman mengurus Mbak Giska, ketika ia lumpuh, tidak bisa merasakan kakinya. Ya, aku harus diam-diam mencubit kaki Mas Firman. Dari sini aku akan mengetahui, apa ia hanya pura-pura lumpuh supaya menarik perhatian kami berdua. Kami menghampiri Mas Firman, lalu Mbak Giska kembali bicara dengannya. "Kita ke rumah sakit sekarang, Mas," ajak Mbak Giska. "Ya, kamu harus dibawa ke rumah sakit, Firman," ucap Tante Soraya. "Tidak seperti dulu saat Giska lumpuh, kamu bukan membawanya terapi dan menjalani berbagai pengobatan, tapi justru mendatangkan dokter palsu. Untungnya dokternya sadar," sindir Tante Soraya. Mas Firman menarik pergelangan tangan Mbak Giska. "Maafkan aku, Giska, jujur saja aku merasa ini adalah karma untukku," jawab Mas Firman. Saat itulah aku menyerempet ke kakinya, lalu sedikit mencubit, kalau ia tidak lumpuh pasti teriak kesakitan, namun aku tidak mendengar itu. Cubitan yang aku layangkan tidak membuat Mas Firman berteriak bahkan menunjukkan respon menahan r
Read more
Bab 49
Aku sih berharap Mas Firman benar sakit, bukan berpura-pura demi mendapatkan simpatisan dari Mbak Giska. Entahlah jika ia melakukan hal itu, mungkin bukan bui lagi yang harus ia jalani, tapi neraka. "Pasien ini jatuh duduk ya awalnya?" tanya dokter. Mbak Giska yang sempat bilang menemukan Mas Firman terkapar pun maju satu langkah. "Saya tidak tahu jatuhnya, tapi setelah jatuh memang ia tidak bisa bangun." Mbak Giska menjelaskan apa yang ia lihat pertama kali. "Baik, jadi pasien ini ada masalah di tulang ekor, kemungkinan akan lumpuh," terang dokter membuatku terkejut, bukan hanya aku, Mbak Giska dan Airin pun sama, tapi dengan reaksi yang berbeda. Aku menutup mulut dengan telapak tangan, sedangkan Mbak Giska menggelengkan kepalanya, lalu Airin, ia mundur perlahan, kemudian duduk dengan wajah linglung. Hanya Tante Soraya yang memberikan reaksi senyuman miring. Matanya menyipit seakan ingin tertawa atas apa yang menimpa Mas Firman. "Lalu bagaimana, Dok? Apa bisa sembuh? Atau ini
Read more
Bab 50
Namun, kelihatannya keputusan Mbak Giska sudah bulat. Ia tetap melanjutkan langkah keluar dari ruangan. Aku pun mengekor di belakangnya. Di luar masih ada Tante Soraya, ia menghampiri kami ketika keluar dari ruang tindakan. Mata ini berkeliling mencari di mana keberadaan wanita itu? Airin, wanita yang sangat dicintai Mas Firman. "Mana Airin, Tante?" tanyaku padanya. "Pergi, entahlah, aku heran kenapa Firman begitu mencintai wanita itu? Cakep juga nggak terlalu, kaya raya apa lagi, buat Tante, si Airin itu hanya benalu!" umpat Tante Soraya sambil memasang wajah cemberut. Kuakui yang dikatakan Tante Soraya benar. Soal fisik, aku dan Mbak Giska tak kalah cantik, entahlah mungkin ada sesuatu yang menarik dalam diri Airin, sehingga membuat Mas Firman tergila-gila bahkan lupa daratan. "Airin pergi, lalu bagaimana Mas Firman di rumah sakit?" tanya Mbak Giska. Wajahnya mulai merenung, ia memang tidak tegaan orangnya. "Kalau suruh Adnan aja gimana?" usulku. Mbak Giska terdiam, ia mengh
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status