Share

Bab 47

Mas Firman tengah menangis di hadapan Airin. Namun, tubuhnya masih berbaring di atas ranjang. Kami bertiga menghampiri dengan langkah cepat.

"Ada apa ini?" tanya Mbak Giska.

Airin bangkit, lalu mundur dua langkah.

"Aku nggak bisa bangun, Giska, tolong aku. Tolong Tuhan, jangan buat aku lumpuh." Isakan tangis yang disertai suaranya berbicara membuatku dan Tante Soraya saling beradu pandang. Begitu juga dengan Mbak Giska, sekejap mimik wajahnya berubah.

'Apa Mas Firman tengah menuai segala perbuatannya?' tanyaku dalam hati. Aku yakin raut wajah Mbak Giska pun sudah menunjukkan bahwa ia terkejut melihat dampak dari terpelesetnya Mas Firman dari kamar mandi.

"Kalian nggak sedang menertawakan aku, kan? Giska, Nurma?" Mas Firman melontarkan satu pertanyaan yang seakan menyudutkan.

"Kamu jatuh karena terpeleset, Mas. Kenapa berpikir aku menertawakanmu? Justru aku kaget, gara-gara terpeleset bisa seperti ini," sanggah Mbak Giska.

Aku hanya bisa terdiam, masih tidak bisa mengatakan apa-
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status