All Chapters of TERPAKSA MENIKAHI JURAGAN TUA: Chapter 11 - Chapter 20
77 Chapters
Bab 11
Juragan Arga menyibak selimut, bersamaan dengan itu terdengar lantunan kumandang adzan maghrib. Dia menolah pada Nuria sebelum beranjak. “Aku ada perlu sebentar, kamu salat duluan saja, ya! Gak apa ‘kan?” Sorot mata itu menatap dalam. Nuria mengangguk, lalu menunduk agar manik hitam itu tak begitu terasa mengintimidasinya.Helaan napas panjang, Nuria hembuskan ketika daun pintu itu tertutup rapat. Ingin rasanya dia kunci dari dalam agar lelaki itu tak kembali menghampirinya. Namun mau dikata apa? Dia tak kuasa. Sebetulnya rasa penasaran masih memenuhi pikirannya. Suara teriakan itu masih terdengar, meski semakin perlahan dan berselang isakan. Rasa ingin tahu membuatnya perlahan mengusir rasa takut dan perasaan mencekam yang tiba-tiba hadir. Dirinya memberanikan diri membuka gagang pintu, tetapi dirinya menggeleng pelan ketika rupanya juragan Arga mengunci pintu kamarnya dari luar. “Ada apa sebenarnya ini? Ibu, Ayah … aku takut.” Nuria menyandarkan tubuh pada tembok. Matanya menyapu
Read more
Bab 12
“Papa! Kamu beneran jadi nikahin perempuan kampungan itu, cih!” Suara seorang perempuan memekik dari dalam kamar dan mendekat ke arah mereka berdua. Juragan Arga menghela napas lalu berdiri dan meminta Nuria tetap di tempat. Sementara itu, dia bergegas berjalan dan menutup daun pintu yang menghubungkan kamar dengan balkon. Nuria menghela napas kasar. Terdengar suara cekcok dari dalam kamarnya, tetapi perlahan menjadi samar seiring dengan bantingan pada daun pintu yang terdengar. Nuria mematung, sebetulnya penasaran. Namun dia lebih memilih diam dan menunggu juragan Arga kembali. Cukup lama, Nuria berdiam sendirian. Duduk mematung menatap cokelat panas yang sudah tak lagi berasap. Namun suaminya belum juga kembali. Akhirnya Nuria memutuskan untuk masuk kembali ke dalam kamar ketika adzan isya berkumandang dan juragan Arga belum juga kembali datang. Empat rakaat dia tunaikan dengan khusuk, lalu seperti biasa bermunajat, berserah diri pada takdir dan kehidupan yang tak seindah impian.
Read more
Bab 13
"Apa kamu belum siap, Istriku?” tanyanya dengan sorot mata mendamba. Nuria bergeming. Bukan jawaban yang keluar dari mulutnya, tetapi isakan yang berirama. Prang!Nuansa hangat dan tegang itu seketika buyar, sebuah benda keras menghantam jendela kaca dari luar. Pecahan kaca tampak terlempar. Juragan Arga menghela napas panjang. Semua kondisi ini sepertinya tak mendukung untuknya meminta hak sekarang. Padahal dirinya sudah menahan begitu lama, memendam semuanya semenjak kejadian itu menimpa pada Nilam---istrinya. Perlahan dia menjauhkan tubuhnya dari Nuria yang masih memejamkan mata seraya terisak. Juragan Arga menatap wajah itu, jemari kokohnya perlahan bergerak mengusap air mata yang menganak sungai pada kedua pipi istrinya. Satu buah kecupan dia labuhkan lama pada kening perempuan yang masih terisak itu. Lagi, diusap air mata yang kembali membanjiri. “Jangan takut … aku akan menunggu hingga kamu siap, Istriku,” bisiknya dengan suara parau. Dia meraih selimut lalu menariknya dan
Read more
Bab 14
Nuria mematung menatap mobil yang meninggalkan gerbang. Entah mau ke mana mereka. Suaminya hanya bicara jika sedang ada urusan. Nuria mendekat pada lemari dan mencari-cari jilbab. Dia akan turun ke lantai bawah untuk membunuh rasa bosan. Meskipun tak tahu akan melakukan apa? Namun berdiam di kamar membuat dunianya terasa terpenjara. Di lantai bawah tampak Bi Lala tengah sibuk membersihkan perabotan. Suaranya terdengar nyaring karena bersenandung. Sebuah lagu sunda yang membuat siapapun tersentuh dengan liriknya---pileuleuyan. “Bagus suaranya, Bibi.” Sontak Bi Menih menoleh. Sedikit tersipu karena terpergok sedang bersenandung ria. “Duh ada Neng Nuria, eh Nyonya maksudnya.” Digaruknya kepala yang rasa tak gatal. “Panggil Neng saja gak apa, Bi. Panggil Nur juga boleh.” Nuria menyunggingkan senyum. Keberadaan Bi Lala sedikit mengusir rasa hampa di dalam dada. “Ah gak berani. Juragan bilang sama istrinya tuh harus panggil Nyonya atau Ibu.” “Saya kan masih muda, Bi. Dipanggil Neng j
Read more
Bab 15
“Abang ada urusan sebentar, Istriku. Mungkin selama seminggu ini kamu tidur sendirian! Gak apa, ya?! Kalau kesepian, minta Bi Lala saja temani tidur di sini!” Dia mengusap pipi Nuria. Lalu bangkit dan gegas berjalan dengan wajah yang tampak tegang. “B--Bang!” Panggilan Nuria menghentikan langkah lelaki itu. Dia menoleh dan menatap dengan senyuman yang tak tampak natural. “Ya, Istriku.” “Apa aku boleh beli ponsel? Aku mau mencari nomor Ibu. Pengen tahu kabarnya.” Entah kenapa Nuria masih saja merasa harus izin ketika hendak menggunakan uang yang diberikan suaminya. Juragan Arga terdiam sejenak. Langkahnya kembali mendekat ke arah Nuria, tetapi ternyata tujuannya bukan Nuria, melainkan menuju ke arah lemari. Lalu dia berjongkok dan mengambil sesuatu dari laci paling bawah yang dia kunci. Sebuah tas kain mini berwarna merah diambilnya. “Kamu gak usah beli lagi … maaf Abang lupa belum memberikan ini. Sudah ada sim cardnya. Tanya pada Bi Lala saja cara menggunakannya.” Ada senyum te
Read more
Bab 16
“Bibi, apakah suamiku punya banyak lagi istri-istri muda yang menjadi simpanannya? Apakah bukan hanya aku saja dan dua orang yang tadi Bibi sebutkan?” Nuria teringat gadis sabayanya yang berangkat bersama dengan suaminya tempo hari. Perempuan yang tampak begitu disayangi juga oleh juragan Arga. Bi Lala menautkan alis. “Memangnya Nyonya lihat di mana, ya?” “Dari balkon kamar tempo hari, Bi. Dia ada bawa suster sama anak kecil juga.” Bi Lala menautkan alisnya. Dia mencoba mengingat-ingat. Namun tak pernah ingat jika majikannya membicarakan lagi pernikahannya.“Setahu Bibi gak ada, Nyonya. Istrinya Juragan hanya Nyonya Saraswati almarhum, Nyonya Nilam dan sekarang Nyonya.” “Lalu siapa gadis muda itu, ya, Bi? Apa mungkin calon istri barunya, ya?”Nuria menautkan alis dan mengingat-ingat lagi, tapi benar sekali, dia masih ingat jika suaminya bahkan memperlakukannya dengan begitu manis. Bi Lala menggeleng.“Hmmm … setahu Bibi, Juragan bukan tipe seperti itu, Nyonya. Mungkin nanti bisa
Read more
Bab 17
“Berikan dulu nomor itu padaku, Bi! Atau gak akan ada uang sama sekali yang akan aku keluarkan untuk Bibi! Gimana?” Nuria menatap tajam. Wajah Bi Lela semakin memerah dibuatnya sekarang. Bi Lela berdecak, lalu menatap tajam pada Nuria. Gak menyangka, keponakannya yang penurut sudah berubah. Apakah mungkin kekuatan uang bisa sebegitu dahsyatnya? “Kamu sudah berani sama Bibi sekarang ya, Nur! Menolak dan melawan Bibi, sama saja cari mati.” Dia menyeringai, raut wajahnya yang ditekuk perlahan berubah dipenuhi seringai tajam. Nuria hanya menarik napas panjang. Lelah, itu yang dia rasakan setiap kali beradu debat dengan orang seperti Bi Lela. Nuria belum menjawab, ketika Bi Lela melanjutkan kalimatnya. “Nuria keponakanku yang manis, sayangnya gaya OKB kamu gak bakal bisa nekan Bibi. Sekarang sih, semua terserah sama kamu … mau pinjami Bibi uang, atau Bibi buat Ibu kami membenci kamu. Ingat, Nur … Mbak Fatma sangat membenci Juragan Arga. Kamu lupa, ya? Mbak Fatma pergi jadi TKW ke luar
Read more
Bab 18
“Bu Anggi, mari mau minum apa?” Bi Lala tak menjawab pertanyaan Anggita, tetapi dia gegas mengalihkan pembicaraan. Dia pun mengisyaratkan Nuria untuk gegas ke dapur, tak berlama-lama di sana. “Ahm gak usah Bi Lala, saya hanya mau mengambil barang Celia yang tertinggal. Kebetulan tadi sekalian lewat! Lagian, saya bawa minum sendiri, kok!” Anggita menjawab pertanyaan Bi Lala seraya menunjukkan kaleng softdrink yang sudah terbuka di tangannya, tetapi fokusnya pada punggung Nuria yang menjauh dan menghilang di balik pintu yang menghubungkan ke dapur.“Bi Lala … apa dia sepolos penampilannya?” Anggita masih tertarik membahas Nuria. Bi Lala memaksakan diri tersenyum dan mengangguk.“Seperti yang Bu Anggi lihat, Nyonya Nur masih sangat belia.”“Apakah bukan serigala berbulu domba, Bi? Yang pura-pura polos, tetapi sebetulnya mengincar kekayaan harta benda milik kakak saya?” Anggita berbicara pada Bi Lala, tetapi semua itu seperti dia lontarkan pada dirinya sendiri. “Bibi gak tahu, Bu! Nam
Read more
Bab 19
Hari ketiga yang ditunggu Bi Lela pun tiba. Sejak pagi dia melihat ke arah jalanan, berharap Nuria mengirimkan seorang utusan untuk mengiriminya uang. Namun hingga sore menjelang, tak ada kabar sedikit pun dari keponakannya itu. Tak ada sepeser pun uang yang Nuria kirimkan. “Mama, gimana sudah dapat uangnya, Ma?” Nirina yang sudah cantik dengan balutan kebaya dan riasan wajah yang paripurna menatap ibunya. Sore itu keluarga Rudi akan datang untuk meminangnya, meresmikan hubungan mereka berdua. “Kamu itu tahunya cuma uang sih, Rin! Si Nur gak ngasih, jangan tanya Mama melulu! Lagian coba kamu suruh di Rudi itu nanggung semua biaya, sih? Yang mau nikah ‘kan kalian, kenapa Mama yang harus repot gini!” Bi Lela menoleh pada Nirina. Lama-kelamaan, kesal juga rasanya. Yang membuat dia kesal karena keinginan Nirina untuk membuat pesta lebih mewah dari pada pesta pernikahan Nuria dan Juragan Arga. “Kok gitu sih, Ma? Mama kan orang tua aku. Kok ada orang tua yang pikirannya sempit kayak Mam
Read more
Bab 20
“Iya, Mama setuju, Yah! Semoga saja setelah disakiti keluarga si Rudi, Rina mau ya sama Juragan Arga. Tapi emangnya Juragan lagi mau cari istri baru lagi, Yah?”Bi Lela menoleh pada Paman Nursam yang tengah memijit pelipisnya. “Gampang itu, sih, Ma. Nanti biar Ayah tanyakan sama Pak Suryadi. Lagian si Rina juga gak kalah cantik sama si Nur. Bisa-bisa malah jadi istri kesayangan Juragan nantinya. Biar keponakan kurang ajar itu tahu diri. Mama pastikan saja bujuk Rina biar mau sama Juragan Arga, ya!” Paman Nursam bicara dengan berapi-api. “Iya, bener, Yah! Mama juga kesel sama si Nur. Mentang-mentang sudah jadi istri orang kaya, sudah seperti kacang lupa kulitnya. Biar Mama nanti bujuk Nirina, masa iya dia gak terpikat melihat ketampanan Juragan Arga. Mama saja kalau tahu keren sama ganteng kayak gitu mah, dari kemarin gak akan setujuin Si Rina sama Rudi, huh. Ayah juga gak bilang kalau Juragan masih ganteng.” “Ya mana ayah tahu lah, Ma. Lagian memang ayah juga gak pernah langsung ko
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status