All Chapters of Hakikat Cinta (Kamu Berhak Bahagia): Chapter 21 - Chapter 30
111 Chapters
21. Harga Diri
“Kamu memang patut diacungkan jempol, Haikal,” ucap Salwa sambil memperhatikan bagian kerah. “Tapi label harganya mana?”“Oo, mungkin sudah hilang, saya tadi juga mencari. Tidak ada. Mungkin pakaian sudah terlalu lama, sampai hilang. Kalau Tante suka, gamis ini gratis untuk Tante. Tidak apa kan kalau ini pakaian lama?”“Tidak apa, saya menyukainya. Tapi kasih saja harganya berapa?”“Tidak, Tante. Anggap saja, ini sebagai hadiah dari wali seorang murid. Seharusnya saya malu telah memberikan kepada Tante barang la--”“Tidak masalah, saya menyukainya, kok. Terima kasih, ya,” potong Salwa. Ia jengah dengan sikap rasa bersalah yang ditunjukkan Haikal.Silmi mengulum bibirnya, menahan tawa. Ia tahu, gamis yang diberikan Haikal, bukalah barang murahan. Ia menduga, yang dilakukan Haikal di balik meja ada memotong lalel gamis itu supaya tidak dilihat oleh Salwa.*** 🌸🌸🌸Salwa langsung menghempaskan tubuhnya begitu sampai di rumah, setelah lelah lahir batin menyergapnya. Memori di resepsi p
Read more
22. Harga Diri (2)
"Sekarang jam berapa?" Salsabila meraih ponsel yang tak jauh darinya. Layar ponsel memperlihatkan angka 8:30"Innalilah, kenapa tidurnya nyenyak sekali ya? Salsa sudah salat?" tanyanya sambil bergegas berdiri.***Mata Salwa membesar begitu melihat santriwati yang giliran menyetorkan bacaannya. “Masya Allah, Haira. Kok bisa sampai di sini?!”“Aku sudah bilang akan bekerja keras supaya bisa jadi murid Ustadzah. Sekarang aku sudah membuktikannya,” jawab Haira penuh semangat. “Luar biasa!” Salwa ingat, ia pernah mendatangi ustadzah kelas Haira. Menanyakan bagaimana keadaan Haira. Ustadzah itu bilang, Haira masih pemula. Secara membaca, Haira memang bisa dibilang lancar, tapi pembawaan sebelumnya, membaca makhorijul huruf tidak tepat. Ia tidak menyangka, baru sebulan Haira sudah bisa menaiki tangga, masuk ke kelasnya. “Lakukanlah karena Allah, supaya Allah terus membantumu,” imbuh Salwa. Haira mengangguk. “In sya Allah.”“Bacalah! Nanti setelah selesai kelas, tunggu Ustadzah di luar.
Read more
23. Keinginan Salsa
"Abi, kemarin Salsa telepon, kenapa tidak diangkat?" Gerakan Salwa terhenti ketika mendengar pertanyaan Salsabila kepada ayahnya. Berganti dengan dialog dari kartun negeri jiran yang sedang mereka tonton. "Kemarin Salsa ada telpon Abi? Kapan?" tanya Salman. Spontan ia keluar dari aplikasi merah itu, lalu menyentuh ikon aplikasi panggilan. "Tidak ada panggilan. Salsa lihat kan?" Salsa mengangguk. "Salsa memang telepon, Bi. Habis salat Magrib, tapi tidak diangkat-angkat," gerutu Salsa dengan wajah cemberut"Oh iya, Abi kemarin salat terburu-buru. Habis Isya baru pulang ke rumah. Lihat hp, ternyata ponselnya nggak aktif.""Nggak aktif? Salsa tau kok itu sempat tersambung, tapi dimatikan. Salsa telepon lagi, dimatikan lagi. Sampai akhirnya mati beneran.""Masa sih?" Salman mengerutkan kening. Ia bertanya-tanya mungkinkah Jamilah yang mematikan? Ia juga teringat, baterai ponselnya masih banyak. Namun, waktu itu ia tidak begitu peduli."Ih Abi, kenapa Salsa bohong?" "Iya iya, Abi pe
Read more
24. Terpantik Emosi
Salsabila duduk. "Tapi kenapa sekarang malah tambah sibuk? Seling hari lagi. Abi kemana sih?" "Sayang, Abi--" "Baiklah. Hari ini kita jalan-jalan." Salman tiba-tiba muncul di balik pintu. Salwa menatap cemas. Ia masih tidak bisa melupakan wajah suram Salman waktu mereka rekreasi ke pantai. Seketika nyeri kembali muncul dan merayapi tubuhnya. Mengapa semakin lama, semakin banyak situasi yang membuatnya nyeri. "Benarkah?" Salsabila terlonjak gembira. Salman mengangguk. Ia duduk di samping putrinya. "Salsa mau kemana?"Salsabila menengadahkan wajahnya, dengan meletakkan jari di dagu. Salwa tertawa melihat tingkah Salsa, tetapi bersamaan dengan itu matanya mulai mengaca.“Rupanya belum tau ya mau kemana?” celetuk Salman. Salsabila tersenyum cengengesan. “Kalau kita ke pantai, boleh?”Salwa menahan napasnya. “Kalau itu kejauhan. Perjalanan pulang pergi jadi 4 jam. takutnya kita kecapekan kaya kemarin. Besoknya Salsa harus sekolah lagi kan?"Salsabila mengangguk. "Kalau begitu sekita
Read more
25. Terpantik Emosi (2)
Ia berusaha melepaskan, tetapi kedua tangan itu semakin mengerat. “Aku tidak akan melepaskan sebelum Umi memaafkanku.”“Untuk apa? Semua telah terjadi. Abi telah melukainya hanya karena masalah pribadi.”“Aku sangat capek, tiba-tiba saja dikuasai emosi,” bela Salman.Salwa berbalik. Ia mengusap kasar wajahnya. “Capek?” Mata merahnya semakin nanar. “Kamu capek karena terpaksa melakukannya.”“Kamu juga tahu, aku tidak suka jalan-jalan?!”Salwa tersenyum sumbang. “Bi, kami tahu kamu tidak suka keramaian. Coba Abi hitung, sekian tahun kita menikah berapa kali aku meminta jalan-jalan?”Bibir Salman bergerak-gerak tapi tidak ada suara yang keluar.“Oke, tidak usah hitung usia pernikahan kita. Usia Salsa saja. Atau setahun ini berapa kali Salsa minta jalan-jalan ke Abi? Baru kali ini kan?”Salman mengangguk.“Karena ia tahu abinya sibuk. Jika ia bisa memahami kondisi abinya, kenapa kamu tidak berusaha untuk memahami kondisinya? Dia anak-anak, wajar saja jika dia ingin main-main dengan ayahn
Read more
26. Kecemburuan
"... Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri …." (Qs. An-Naml: 40)***Berkat kerja kerasnya, Haira dapat menyelesaikannya bacaannya satu kali khatam dengan baik dan lancar. Ia telah menaiki satu tingkat lagi, sekarang ia telah berada di kelas tahfiz. Di kelas tahfiz inilah ia mengalami kesulitan menghafal. Dalam satu bulan, hafalan tidak bisa naik dari sepuluh surah juz belakang.Atas saran Salwa, Haira dimasukkan ke kelas Silmi. Ustadzah khusus menangani santriwati yang kesulitan dalam menghafal.“Bagaimana hafalannya, Haira? Ada perkembangan?” Salwa menyempatkan diri menjenguk Haira setelah selesai kelas.“Belum ada perkembangan, Ustadzah,” sahut Haira dengan muka cemberut. “Ga nyantol. Hari ini dihafal, besok bisa hilang. Ulang lagi.”“Ustadzah Silmi ngajarin kamu teknik apa?""Menghafal dengan melibatkan indra lainnya seperti penglihatan, pendengaran dan perasa.”“Kita coba dulu ya. Seminggu berikutnya kita lihat bagaimana hasilny
Read more
27. Kecemburuan (2)
Salsabila membulatkan matanya. “Apa itu, Om?”“Bentar. Tunggu, ya.” Aditya berlalu, tak lama datang dengan membawa potongan semangka yang masih terbungkus plastik. “Woah.” Mata Salsabila membesar. Ia mengangkat tangannya, tetapi turun kembali, lalu menoleh ke arah ibunya. Ia tersenyum ceria, ketika mendapat anggukan ibunya. “Terima kasih, Om,” ucapnya sambil menyambut potongan semangka itu. “Sama-sama.”"Tapi Om, Salsabila harus makan di sini." "Salsa," tegur Salwa.Salsabila lupa dengan peraturan yang dibuat ibunya."Kenapa?" "Yah, Om. Kalau sekadar semangka, di jalan juga banyak. Kita harus makan semangka ini bersama. Ingat nggak waktu kita makan semangka di kebun nenek?""Waah, Salsa masih ingat?" Aditya memasang wajah kaget. Dalam hati ia berkata, ia pun tidak melupakan itu. Karena itu kenangan pertama kali setelah sekian tahun."Iya, dong. Itu semangka yang paaaling enak yang pernah Salsa makan.""Masa?!" Aditya membelalakkan matanya. Antusiasnya semakin tinggi. Ia melihat
Read more
28. Jaga Pandangan
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kehormatannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (Qs. An-Nur: 30)🌸🌸🌸Salman berubah banyak dari yang ia kenalnya sebelumnya. Kehangatan, bahkan tatapan mata tidak seperti dulu lagi. Sungguh itu selalu menyiksa dia. Perempuan manapun pasti ingin dinomorsatukan. Meski menyadari kondisi yang dihadapi, selalu ada saja bagian dirinya yang meletup-letup. Berpotensi menjadi ledakan sewaktu-waktu. Ledakan itu kadang menimbulkan obsesi ingin memiliki seutuhnya. Salahkah jika ia ingin memiliki Salman seutuhnya? Ia tidak sepenuhnya salah. Salman sendiri yang salah, jatuh dalam pesonanya. Jika mau disalahkan, Salwa juga salah karena tidak bisa mempercantik diri. Jangan salahkan Salman jatuh cinta padanya. Dihitung usia, Salwa lebih muda darinya. Bodo amat dengan usia. Bodo amat dengan kesederhanaan. Kenyataannya, pandangan di atas sega
Read more
29. Sumber Ketenangan
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (Qs. Ar-Ruum: 21)🌸🌸🌸“Kak Haikal, sayang banget lho sama Kak Haira. Salsa mau nggak jadi adik Kak Haikal?” Salsabila mengangguk tanpa berkedip. Haikal tertawa dibuatnya. "Oh iya, HARA itu nama kalian berdua?" "Iya, Tante. HA dari Haikal dan Ra Haira.""Kalau boleh tau, kapan Hara berdiri?" tanya Salwa. "Kata almarhum Papa, setelah Haira lahir. Makanya diberi nama Hara. Papa bilang kedua anaknya membawa keberkahan baginya.""Masya Allah. Kalian memang anak-anak yang beruntung. Menjadi cahaya mata bagi orang tua.""Sayangnya, Papa tidak lama menemani kami." Seketika wajah Salwa berubah. "Maaf," sesal Salwa.Haikal terkekeh. "Tidak apa, Tante. Itu sudah lam
Read more
30. Sumber Ketenangan (2)
Salwa menggeleng. “Palingan juga karena maag. Biasanya cukup minum madu dan jahe, in sya Allah,” ucapnya sambil meletakkan tangan di atas dahi. Kepalanya pun kita terasa berat. “Tapi lihat, kamu keringatan gini.”“In sya Allah, akan pulih setelah istirahat. Jangan khawatir.”“Assalamu ‘alaikum, Umi.” Salsabila muncul dengan pakaian seragam sekolah. Ia mengulurkan tangannya kepada ibunya. “Yang saleh di sekolah, ya. Ingat, Allah selalu melihat kita!” nasihat Salwa setelah menjawab salam putrinya. “In Sya Allah, Umi.”“Kalau begitu, aku mengantar Salsa dulu, ya. Nanti aku balik lagi ke sini. In Sya Allah,” ucap Salman.Salwa mengangguk. “Hati-hati di jalan.” Ia memejamkan mata. Nyeri di kepalanya benar-benar tidak tertahankan. *** “Abi ga kerja?” tanya Salwa setelah menyadari Salman berada di sisinya. Salman menggeleng. Ia memiringkan badannya, lalu menyentuh dahi Salwa yang terasa sangat dingin. “Bagaimana sekarang perasaan Umi? Sudah agak baikan? Tidur Umi nyenyak sekali.”Sal
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status